Sunday, May 26, 2013

Kebun Rempah (Tropical Spice Garden), Penang


Kebun Rempah di Batu Feringhi, Penang, terletak di kaki bukit tidak jauh dari tepi pantai. Tidak sulit untuk mencapai kebun ini, karena posisinya di tepi jalan dan selalu dilewati transportasi umum. Tanpa banyak kesukaran, aku dapat menikmati kunjungan selama 3 jam di Kebun Rempah pada suatu siang (bulan November 2012).

 
Kebun rempah tampak lengang hari itu. Maklumlah, langit mendung dan kebun tampak gelap tidak bersahabat untuk dikunjungi. Setelah membayar beberapa ringgit di konter depan, aku dipinjami sebuah payung besar untuk berjaga-jaga kalau hujan lebat turun. Meski cuaca tidak mendukung, aku tetap bersikeras ingin mengelilingi dan memotret tanaman di dalam kebun.

Tempat wisata itu hanyalah seperti sebuah kebun tropis penuh daun-daun berwarna hijau. Tetapi jangan tertipu, karena pada saat memasukinya barulah kita bisa melihat ‘harta’ terpendam. Misalnya kolam air di sebelah pintu masuk membuat mata kita tertuju pada sebuah perahu merah di atas kolam yang ditata penuh tanaman air. Perahu, kolam dan tanaman-tanaman tersebut, masya Allah, sangat serasi dan elok dipandang mata. Di tengah taman yang cukup tinggi, malah dibangun sebuah ayunan yang mengarah ke jalan raya. Sungguh menarik karena sambil berayun kita bisa melihat kebun hijau di bagian bawah dan laut biru di seberang jalan raya.

bat flower
Kebun tersebut memiliki ketinggian berbeda-beda. Semakin jauh memasuki kebun, kita diajak mendaki bukit kecil melewati jalan-jalan setapak ditata cantik dengan daun-daun pakis, keladi tikus dan paku-pakuan. Beberapa kali aku menemukan bunga-bunga jahe atau bunga anggrek liar, maupun bunga rempah yang indah. Bunga bat flower berwarna hitam baru sekali ini aku lihat, ternyata sangat eksotik dan tidak selalu mekar. Sangat beruntung hari itu aku berhasil memotretnya, meski nyaris masuk kolam karena tidak hati-hati.

Sebuah pondok berbau wangi rempah memandu hidung pengunjung untuk melihat tanaman berbau semerbak di sana. Rupanya seonggok rempah kering seperti pala, cengkeh, merica, kembang anis, kayu manis, dan cardamom diletakkan di sana. Wangi serai, lengkuas, kunyit dan jahe segar juga silih-berganti tercium. Alangkah menariknya pondok rempah yang ditata dengan aneka bentuk lumpang tradisional dari batu. Mungkin tiap lumpang digunakan untuk menggerus rempah-rempah berbeda.

flax lily
leaf of God
Penang dikenal sebagai Pulau Rempah penghasil cengkeh dan pala pada saat ditemukan oleh pelaut jaman Elizabethan, James Lancaster (1592). Hingga saat ini Penang tetap merupakan ‘Negara Bagian Pala’ yang menghasilkan produksi pala dalam bentuk manisan, minyak, jus, dan sirup pala terbesar. Sebagian buah pala juga diekspor ke Eropa dan USA sebagai bahan baku pada industri spa. Namun demikian ‘keharuman’ industri buah pala masih tetap tercium di Penang, dengan banyaknya produk pala yang dijual di pasar sebagai oleh-oleh khas.

fish killer fruit
Kebun yang dipenuhi tanaman endemik tropis pastilah tidak hanya untuk berwisata, tetapi juga menjadi kebun untuk belajar dan penelitian obat-obatan tradisional. Papan nama petunjuk di depan rumpun tanaman mengenalkanku pada jenis tanaman dan khasiatnya dalam pengobatan tradisional, seperti hophead (bisa ular), leaf of God (daun dewa), flax lily (akar siak), Asian pennywort (pegaga), atau king of bitter (hempedu bumi). Sebuh tanaman yang disebut fish killer fruit (putat), mengandung biji beracun yang dapat membuat ikan pingsan. Biji tersebut dapat mengobati diabetes, meski tidak terlalu populer karena kandungan racunnya.

Setelah letih mendaki bukit kecil selama beberapa menit, aku seperti menemukan sebuah oase pada sebuah kolam penuh aneka tanaman air seperti teratai, melati air dan kiambang. Rasanya ingin sekali berlama-lama di sana karena banyak bunga-bunga tropis yang tidak pernah kulihat sebelumnya.

Sayang sekali, tempat itu terlalu sepi dan langit yang kembali mendung membuatku merasa creepy. Pasalnya aku melihat puluhan kera kecil di atas pohon-pohon di puncak bukit. Tanpa pikir panjang aku memutuskan untuk kabur dan melupakan keinginan melihat taman dari atas bukit lebih jauh. 

Subhanallah, pada musim-musim lain tempat itu mungkin lebih semarak dengan keindahan bunga-bunga liar atau tanaman rempah-rempah

Di dekat pintu keluar, lagi-lagi aku menemukan alat dari batu, yang kira-kira gunanya untuk apa ya?




Pekanbaru,

Wednesday, May 15, 2013

Prof Muhaya Mohamad: Celik Mata Reset Minda

I got this book accidentally at KLIA. 
Got a feeling that this book was as beautiful as the lady on the cover. 
When I read the first page, I never regret to buy the book.


In this book, Prof Muhaya tries to encourage us to read between the lines and look upon all good reasons behind every situation (celik mata). 
We also need to reset our mind, change our view from negative to positive. 
A positive mind creates positive emotion and eventually results on positive actions (reset minda). 

What a beautiful inspiration.

To get more inspirational things from Prof Muhaya in various topics, 
just visit her recorded programs at Youtube (key word: Prof Muhaya IKIM FM). 

Soothing. 

Pekanbaru,