Monday, March 23, 2009

Woro-woro






Bye-bye summer...
blue sky, green leaves, warm days...

welcome autumn...


Just a quick info,
sahabat dan saudara,
cek juga postingan tahun 2008/2007, karena sometimes tulisannya saya publish sesuai tanggal. Dulu suka nulis, tapi ga sempat dipublish.

Enjoy...
Wassalam,

Friday, March 20, 2009

While you were here...


Sebelum berangkat ke Manchester dulu, saya sempat membaca buku NH Dini berjudul 'Jalan Bandungan'. Buku itu menceritakan kisah tentang semangat seorang wanita untuk memperbaiki kehidupannya setelah ditinggal pergi suami tanpa pamit. Soal ditinggal kan, bukan inti cerita, tapi mostly tentang perjuangannya dari sebelum menikah sampe setelah menikah etc. Ada bagian penting yang sangat saya sukai, yaitu saat wanita itu mendapatkan beasiswa belajar (short course) ke Belanda. Cerita itu sangat menginspirasi saya, walaupun settingnya sekitar tahun 60-80an. Beberapa poin penting dari kisah itu, saya pegang saat saya sekolah di luar negeri (dulu Manchester, sekarang Perth).

Beberapa hal yang saya angkat dari kisah tersebut adalah mengenai:
1) Image atau kesan. Di negara Barat, banyak orang yang meremehkan pelajar Asia Tenggara dan menganggap mereka suka main-main jika sedang di LN (baca: Luar Negeri) dan kurang bersemangat atau punya daya juang tinggi. Saya mengalami juga masa-masa saat di kelas tidak ada yang mau sekelompok karena menganggap kita kurang qualified. Juga banyak yang senyum-senyum jika pengungkapan saya kurang tepat karena bahasa Inggris yang kurang fasih. Ada juga yang menyangsikan apakah saya bisa menyelesaikan tugas… astaga… pokoknya begitulah image saya di mereka dari awal. Tapi bagaimanapun, walau kadang harus sendiri--- tidak ikut kelompok orang lain, saya selalu berusaha menyelesaikan tugas di kelas. Kadang-kadang dalam ‘diam’, saya terus bekerja keras, pulang larut malam dari perpustakaan dan berangkat pagi-pagi untuk mengerjakan tugas. Alhamdulillah, walaupun nilai saya tidak begitu remarkable, tapi lumayanlah, bisa lulus juga dengan selamat tiap semester. Sampai ada teman dari Asia juga yang sempet terkaget-kaget karena dalam satu mata kuliah saya dapat nilai 82 (tertinggi di kelas). Sama kagetnya ma saya juga... Lumayan jadi bisa menghapus sedikit image 'tong kosong' ituh...

2) Waktu luang. Banyak pelajar Indo yang memang sering menghabiskan waktu luang untuk shopping, jalan-jalan, piknik dan kumpul-kumpul. Di buku NH Dini, hal itu jelas disebutkan. Padahal kegiatan itu banyak juga menyita waktu. Kita perlu mengatur waktu sebaik mungkin, untuk belajar, shopping keperluan sehari-hari, membersihkan rumah, dan yang terbaik memanfaatkan waktu luang kita sebanyak mungkin untuk mengenal negeri domisili sementara kita. Jalan-jalan boleh saja, tapi ikutlah tour-tour yang diselenggarakan universitas/organisasi mahasiswa internasional. Tujuannya supaya kita lebih banyak berinteraksi/berkenalan dengan sesama peserta berbagai bangsa lain di dunia dan mengenal Negara tempat kita tinggal. Jika tidak ada teman, pergi saja sendiri. Yang penting, cek apakah tour tersebut memang official dan dapatkan keterangan sebanyak mungkin tentang tempat yang dituju, apa manfaatnya serta sejarah di balik itu. Jika tidak sempat pergi jauh-jauh, yah, di tempat yang dekat saja--- di kota kan biasanya ada museum, art gallery dan library.

3) Piknik/kumpul-kumpul dengan bangsa sendiri. Saya pikir kegiatan ini tidak usah terlalu diharapkan kehadirannya. Kadang-kadang forum silaturrahmi seperti ini lebih banyak menghabiskan waktu weekend kita dan kurang urgent. Ikut saja satu kali setahun. Di Perth saja, cukup sering juga piknik dari asosiasi pelajar Indo diadakan. Padahal kalau pergi juga, paling dapat makan satu potong steak, satu mangkuk baso, wah… terus omong-omong berjam-jam tentang negara kita juga… Anyway, saya tidak encourage, karena kalo ada waktu, lebih baik explore saja tempat studi anda. Pergi berkumpul dengan teman-teman asing, atau berkunjung ke tempat tinggal orang asing yang anda kenal. Itu lebih membuka wawasan saat kita tinggal di negeri orang. Amati bagaimana cara mereka mengatur kehidupannya, rumahnya, mengatur waktu luang, waktu kerja, sampai cara mereka berinteraksi dengan keluarga. Ambil poin-poin bagus dari kepribadian mereka dan keep in mind, suatu hari akan mewarnai kepribadian anda juga.

4) Library is the richest place in the world. Jadikan library tempat anda ngetem. Library di Negara maju, biasanya punya koleksi item yang sangat banyak. Saya tidak hanya membaca buku tentang beton saja di sini, tapi juga buku psikologi, fiksi, ensiklopedia, buku tentang bunga, tempat wisata, buku masak, buku cara menggambar, mengatur keuangan… all in… apa saja yang saya butuhkan, saya cari di library. Library juga punya koleksi film-film, dvd/vcd, video-video education yang bisa kita tonton di ruang audio visual. Kita bisa pakai tv & headphone yang disediakan, lalu menonton sepuasnya tanpa mengganggu orang lain. Saya juga sering meminjam film2 bagus untuk ditonton di rumah saat weekend. Jika memerlukan internet, kita bisa gunakan komputer di cluster computer/wireless. Capek, ya langsung ke lounge untuk makan bekal kita atau nonton berita di newsroom. Jika lapar dan ga bawa makanan, bisa beli makanan--- pilih yang dalam kemasan di cafĂ© pas depan library. Library memang seperti mall--- all in one dalam satu gedung. Selain library kampus kita, kita bisa kunjungi library kampus lain dan State Library atau local library milik suatu suburb. Jadi, kenapa minat baca bisa tinggi… pantas saja. Librarynya memang sangat nyaman dan mudah diakses.

Beberapa hal penting di atas memang saya coba laksanakan.

Belajar dan riset dengan schedule yang tight, saya coba lakukan supaya dapat hasil yang bagus. Saya memang jarang kumpul dengan sesama warga Indo, kecuali saat hari raya atau mungkin PEMILU nanti. Teman akrab saya malah seorang OZ wanita, Mareese... kami biasa hang out bersama di library atau email-emailan saat sibuk.

Weekend, saya pilih beres2 rumah dan hari Minggunya waktu kerja di library untuk bersosialisasi dengan other international students. Cita-cita saya mau mengunjungi art galleries and museums yang tersebar di Perth.

Tiap ada waktu luang, saya berjalan-jalan agak jauh ke luar kota, untuk belajar lebih dekat mengenal alam Western Australia.

Library adalah resouces saya dalam hal apapun... dan saya sungguh sedih mengingat 2 tahun lagi akan meninggalkan library yang sangat nyaman dan kaya koleksi ini...

Wednesday, March 18, 2009

3 Basic Laws for the Scientist Wanna be


Tiga laws ini saya temukan di buku Federico Rosei, 2007, Survival Skills for Scientists. Tiga laws yang menurut beliau, perlu dilatih secara disiplin dan terus-menerus sehingga kita bisa sukses berkarier jadi scientist.

First law, “Know thyself”, atau “Know yourself”, maksudnya amati diri kita sendiri, apa kelebihan dan kelemahan kita lalu berusaha untuk memperbaikinya. Mengetahui diri sendiri, bikin kita lebih mudah membuat cita-cita hidup yang realistis. Misalnya, kata Federico, “do not try to be the perfect scientist, try to be the best scientist you can be”.

Second law, “Know thy tradecraft”. Tradecraft, maksudnya keahlian yang diperlukan dalam menjadi scientist. Misalnya cara menulis paper/artikel jurnal yang ingin dibaca orang, cara presentasi menarik yang suka didengar orang, belajar cara menjawab interview, cara berkomunikasi dengan orang penting yang dapat menunjang karier dan ambisi kita.

Third law, “Know thy neighbor”. Untuk bisa sukses berinteraksi dengan orang lain, kita harus memperhatikan kebutuhan orang yang berkaitan dengan interaksi kita tadi, misalnya pembimbing, pendengar di seminar kita, pembaca artikel kita atau penguji. Coba bayangkan kita berada di posisi mereka, bagaimana keinginan mereka terhadap kita, sehingga kita bisa melakukan pekerjaan yang terbaik untuk mereka.

Kalo menurut saya, 3 basic laws ini berlaku untuk semua bidang kerja. Tahu diri kita, tahu keahlian yang diperlukan dan tahu orang lain di sekeliling kita, menjadi modal utama dalam tiap profesi. Jadi, gunakan 3 basic laws ini dalam tiap pekerjaan apapun yang kamu lakukan sekarang, baik professional maupun casual.

PS: Know Thyself; a famous Greek maxim that is attributed to any number of ancient Greek philosopher like Socrates.

Wednesday, March 11, 2009

Bukannya bandell... kalo dinasehati...

Hari ini aku diberi ’kado indah’ oleh teman. Sudah beberapa hari ini aku kecapekan karena terlalu sibuk dengan rencana-rencana ngebut ngerjain thesis. Antara lain, bikin 26 mixes beton, tulis empat paper (iya, empat dalam 2 bulan) dan mo ngebut nyelesein semua tes-tes yang sudah saatnya dikerjakan. Kebayang, kan puyengnya? Jadi aku agak-agak kurang tidur, stress ringan, kecapekan, punggung pegal-pegal... agak mudah emosi, apalagi kalo udah menyangkut kerjaan lab dan orang lab. Mungkin kondisiku yang tampak tak keruan ditambah lagi dengan warna baju dan jilbab kurang cocok dengan warna kulitku (masa, sih?) membuat teman mulai berkomentar.


Mulanya cerita-cerita biasa tentang target-target riset, soalnya udah di awal tahun ketiga riset. Lama-lama kok, teman jadi mulai menyinggung-nyinggung soal caraku mengatasi keadaan nih. Aku mulai bercerita bahwa kadang-kadang aku menggunakan herbal untuk bisa tidur. Saat tubuh lelah, banyak pikiran, deadline menanti... semua ide-ide terasa beterbangan di kepala. Tubuh seperti tidur, tapi tidak masuk ke zone nyenyak. Kayak zombie... tidur enggak, bangun enggak... Aku tidak menyangka kita bisa alami fase demikian. Berarti persoalan ini cukup serius. Lalu daripada ambil obat tidur, aku minum herbal pembuat rileks syaraf supaya bisa tidur. Alhasil, aku tidur nyenyak, and besoknya ga ada masalah emosi jiwa karena kurang tidur.


Just it. Tetapi, kok... teman malah mulai mendiagnosa kalo aku bermasalah dan menyarankan aku bertemu dokter. Aku pun terkejut, karena kukira itu wajar-wajar aja. Mengerjakan PhD kan tidak mudah, lagipula ini riset long term dengan tingkat stress tinggi. Apalagi kalo tipe risetnya bukan straightforward. So, ribuan trial-error, digging sana-sini, digesting bermacam-macam info, sudah jadi makananku. Beberapa teman lain sempat sampai tidak pulang-pulang ke rumah, karena ingin menuntaskan permasalahan riset. I think it is bit normal.... Teman itu kemudian menegaskan soal life-balancing, kerja dan own life, yang aku kira poin bagus. Tapi kok, jadi kurang sreg gini…


Aku ingat, sugesti orang kadang membuat kita sering merasa goyah dengan pendirian kita. Selama kita masih bisa kontrol diri, berserah diri pada Allah, berharap Allah membantu, maka semua usaha yang mendahuluinya menurutku tidak ekstrim. Aku percaya diriku berbeda, mungkin stressful itu jadi bagian kepribadianku. Harus berusaha keras-keras dulu, mungkin itu udah jadi jalanku, ya mau bagaimana lagi. Selama kita masih bisa mengontrol diri, lupa makan, lupa tidur, kepikiran... alah... itu baru ekstrim. I think we do know ourselves very well, so aku berharap komentar temanku tadi tidak membuat goyah.


Kisah ini aku angkat karena aku mengerti teman peduli dengan keadaanku yang sampai tidak menyeimbangkan antara kehidupan pribadi dan riset. Tapi aku merasa tidak begitu buruk, karena tiap hari aku masih bersosialisasi dengan teman-teman di FBJ, masih berkomunikasi dengan dengan orang-orang di sekelilingku, jika bermasalah aku minta pendapat suamiku dan cari sumber-sumber ilmu di website Islami favoritku. Aku merasa lebih tenang dengan satu-dua artikel tentang kehidupan akhirat, satu-dua email teman tentang keadaan mereka yang kadang membuatku bersyukur jika aku masih punya kehidupan ini, walau penuh kepusingan riset... It’s just a research, gimana perasaanku jika aku tidak dapat berkarir karena baru di PHK? Jadi, mengerjakan riset ini ga seburuk keadaan dia tadi. Akhirnya aku bersyukur karena Allah berikan keadaan ini, dan mengerjakan riset jadi sebuah tantangan biasa dan luar biasa dalam hidup yang harus kujalani.


Nasihat teman memang bagus. Kadang nasihat itu keluar karena latar belakang kita berbeda dan cara pendekatan berbeda. Tapi, sebelum kita memberikan nasehat, hendaklah tidak over-estimate keadaan orang yang akan kita nasehati. Mungkin saja dia tidak bermasalah, lalu hari itu kurang tidur karena bertahajjud tadi malam dan terlihat kurang tidur... bukan berarti dia stress dengan riset, kan?


Kejadian itu membuat aku merasa lebih berhati-hati dengan kondisiku yang mungkin terlihat parah di mata orang-orang. Lebih baik bersikap slowly-steady walaupun dalam kondisi stress. Mungkin sikap agresif-ku saat stress berpengaruh besar dan mengganggu teman-teman sekelilingku. Anyway, aku berprinsip, nasehat baik aku terima dan amalkan, nasehat yang agak menyimpang karena mungkin terlalu mengambil kesimpulan secara umum tentang risetku... yah, tidak perlu dipusingkan.


Perth, "saat mulai goyah perasaan karena dikomentari teman, tapi udah oke lagi waktu ditulis gini..."