Wednesday, November 25, 2009

Kompasiana



Berhubung lagi demen-demennya main di Kompasiana, blog ini akan absen untuk sementara.

Beberapa minggu lagi aktif lagi kok, saat summer break. Sekarang selain sibuk nge lab, aku juga sibuk cari network di Kompasiana...

http://www.kompasiana.com/monitaolivia

Dengan begini, taste dan style tulisanku akan lebih tajam. Maklum, blog ini kayaknya satu arah (kurang tantangan... karena miskin fans, halah!)

See you around, ya...

Daag...

Saturday, November 14, 2009

Farmville-nemy!

Check my notification… ada requests dari adik dan teman-teman, yang want to be my neighbour! Ada gift dari Farmville, etc… What’s this? Aku sudah cukup kehabisan waktu ngurus my Fairyland, dan sekarang harus mengurus Farmville lagi? No way!


Farmville, game terlaris di Facebook yang digilai orang, tidak tanggung-tanggung lo, 62 juta orang di dunia ini! Prinsipnya mengikuti prinsip Facebook ”the ability to connect with your friends, to express yourself, and invest in the game” kata developernya Mark Pincus yang juga bikin Mafia Wars dan CafĂ© World. Zynga, nama perusahaan yang dikepalai Pincus jadi kaya raya sejak tahun 2007 karena selalu membuat game yang mudah dipelajari tapi sulit sekali ditinggalkan oleh pemainnya.


Game ini minta ampun, memang menghipnotis banyak orang di sekelilingku. Saat aku bekeja di library, aku sering berkeliling patroli cari buku. Semua student terlihat serius melihat komputer. Tetapi yang paling serius, biasanya yang main game! Bener, kan, sempet-sempetnya lagi ngurus farmnya. Alamak! Supervisorku di library juga tidak kalah noraknya. Bayangin, kerja waktu weekend dari pagi sampe sore, sibuk ngurus farmnya aja. Kita udah bolak-balik sana-sini berkarya, beliau malah dengan rajinnya membajak, harvest ini-itu, ngurus kucing, sapi, dan entah apa lagi.


Farmville itu addictive, mungkin karena orang-orang sudah bosan dengan kehidupan modern dan urban lifestyle. Orang ingin kembali ke alam, nanem pohon, ngurus kebun, ngurus ternak, nanem vegies, yang jadi seperti terapi bagi mereka. Apalagi kehebohan saat panen, metik tanaman, seperti dalam dunia nyata, menimbulkan rasa kepuasan tersendiri, kan. Di situlah letaknya ’perasaan berarti’ bagi seseorang, karena sepertinya udah melakukan sesuatu (cause-effect reason).


Apalagi Farmville seperti Tamagotchi, game yang pernah kumainkan sekali saja seumur hidup. Benar-benar tidak terduga kapan dan di mana saja kita harus selalu perlu mengurusnya. Ada berbagai cerita menarik seputar Farmville ini, seperti, tidak bisa keluar rumah karena harus selalu watching his crops! Ada lagi yang sedang hamil, kelaparan, tapi harus nunggu bentar karena suaminya sedang mo harvest ’his stupid raspberries!’ beberapa menit lagi. Banyak orang yang hang out dengan teman tapi topiknya hanya tentang rice paddies and apple fields. Ada yang set alarm tengah malam supaya bisa bangun terus harvest his blueberries! Banyak yang tidur dengan laptop menyala, supaya pas bangun langung ngecek farmnya. Kayaknya lebih ekstrim lagi dari bertani beneran, kalo dalam kehidupan nyata, para petani ga pernah segitu-gitu amat mau harvest plants dan jadi petani siaga gitu!


Tapi kegilaan orang-orang pada Farmville ini perlu direvisi juga. Tidak mungkin waktu kerja, belajar, riset, jadi harus tersita dengan game semacam ini. Aku sering ngamati teman, orang terdekat dan masih banyak lagi yang masih dengan tekun main game ini berjam-jam dari pagi sampe sore kalo perlu. Aku ingat bagaimana rasanya menghabiskan waktu di depan komputer mengurus kebun di Fairyland dan jalan-jalan ke kebun lain selama empat jam waktu weekend! OMG, apa saja dan ke mana saja waktuku pergi?


Well, what is the win-win solution for this?


Aku sudah pernah addicted di Fairyland. The main thing is, maen game seperti ini, pertama perlu kesabaran. Jika tidak sabar, kita akan terus berada di depan komputer untuk naik level, kerja keras dan kadang mengeluarkan penny beli modal. Worthless! Jadi, bersabarlah, nikmati prosesnya... jangan dilihat terus, diurus terus... dan ga usah ada perasaan harus panen, tanem, atau kucing harus terlihat gemuk dan terurus.


Kedua, bikin plan mengurangi jadwal main di Farmville. Misalnya tiap 8 jam sekali. Check aja pagi hari, terus siang waktu break, sore waktu mo dinner sekitar 10 menit. Kita toh tidak dapat blueberries, apple, milk dari Farmville, jadi kenapa produktivitas kita di real life harus berkurang? Kita malah harus perlu kerja keras cari uang, bikin paper, ngurus rumah tangga dan keluarga. Game online itu tidak membantu kegiatan kita, malah nambahin jadwal kerja kita di sana tanpa kita sadari.


Ketiga, pakai caraku~ aku ga mau nangkep/ngurus sendiri, jadi aku sering-sering posting my kebun di news (kalo ada). Biar orang lain yang catch. Ga keluar uang dan waktu. Kalau kebun kita lambat produktivitasnya, so biar aja, toh kemampuan kita ngurusnya juga begitu. At the end of the day, it’s just a game! Tidak perlu ada perasaan ingin dipuji karena kebunnya bagus/cantik/produktif… apalagi compete dengan orang yang levelnya tinggi. We’re not on a competition, ga pernah kan developer ngasi award ke yang naik levelnya cepet? Kalopun ada, itu kan di game… heheh, dimaenin gameJ


So friends, banyak bener tantangan mau sukses ya?


Jadikan game ini cuman tempat nyantai sesekali, bukan jadi petani dedicated yang tidak menghasilkan even satu biji blueberry pun di kulkasmu!


Perth,

Adapted and inspired by “Getting virtually back to nature” from The Global Edition of the New York Times (Monday, 2 November 2009)

Sunday, November 8, 2009

Ciri-ciri Orang yang Sombong


Semoga ini bisa jadi point untuk introspeksi diri bagi diriku dan teman-teman lain. Kuakui, diriku kadang suka sombong, padahal tidak memiliki apa-apa yang perlu disombongkan. Sifat ini menjadi cobaan bagi diri kita dan semuanya. Mari, kita perbaiki diri...


Tajuk :Sombong Pusaka Iblis
Artikel ini diambil dari koleksi artikel myMasjid :
http://wwwmymasjid.com.my/article/show.asp?id=2114

Sombong merupakan satu sifat keji yang dibenci Allah dan rasul malah oleh seluruh isi alam ini. Mengekalkan sifat sombong ertinya mengekalkan diri dalam kutukan Allah. Abu Laits Al Samarqandi meriwayatkan ; daripada Ka'bul Ahbar :
Orang yang sombong itu akan datang pada Hari Qiamat berupa orang sekecil semut, diliputi oleh kehinaan dan diberi minum "Thinatul Khabaal" yakni darah bercampur nanah daripada ahli neraka.

Sifat sombong atau ego ini hampir semua orang memilikinya , cuma sesiapa yang kuat mujahadah dan takutkan Allah sahaja berjaya mengikis sifat keji ini. Antara ciri-ciri seseorang itu ada penyakit sombong ialah:

1. Suka memperkecilkan orang lain lebih-lebih lagi orang yang dipandang hina dan lebih rendah taraf darinya.
2. Susah menerima sebarang nasihat, teguran atau kritikan daripada orang lain terutama orang di bawahnya.
3. Bermegah dengan keistimewaan anugerah Allah kepadanya, seperti cantik, berjawatan tinggi, kaya, bijak, mahsyur, dipuji orang, keturunan baik dan sebagainya.
4. Suka marah-marah kepada orang atau membentak-bentak orang di khalayak ramai.
5. Rasa diri hebat, sempurna, kuat hingga membelakangkan kehebatan dan kebesaran Allah samasekali.
6. Suka bergaul dengan orang yang setaraf dengannya sahaja.
7. Pendapatnya sahaja yang betul dan mesti diterima, orang lain salah dan tidak penting.
8. Susah minta maaf dan senyum pada orang lain.
9. Tidak pernah fikir kesusahan orang, ia fikir kesenangannya sahaja.

Apakah ciri-ciri di atas ada pada kita? Kalau ada ertinya kita memiliki sifat sombong, dan kita dalam kemurkaan Allah.

Perth,
Astaghfirullah... Renungan dari bilik hati yang terdalam...

Wednesday, November 4, 2009

Small things that can make me happy (^_^)


Lalalaaa...

1) Ngeliat foto Alila (my cute niece) dalam ban renang di tempat tidur

2) Bisa ngumpet di TRC (Teaching Resources Library) waktu kerja, sambil baca buku anak-anak bergambar sepuasnya

3) Jajan di Cafe Basement setelah ketemu Supervisor

4) Ndengerin Yanni sambil daydreaming

5) Mewarnai catatan pakai stabilo

6) Nulis blog

7) Nyanyi keras-keras kalo lagi curing room (lab)

8) Menikmati angin menggoyang daun-daun pohon dan bunga-bunga dari kaca jendela

9) Memotret apa saja pake kamera hape

10) Nibbling satu toples kacang mete sambil main Fairyland

Hahaaa...


Perth,
Just try to appreciate how things can be so meaningful to me!

Sunday, November 1, 2009

From "How to pass your thesis with flying colours!" Seminar


PhD thesis di universitas Australia tidak perlu oral defence. Kita hanya perlu submit thesis dan dikirim ke dua external examiners. Keduanya akan memberikan rekomendasi bahwa thesis kita lulus; lulus dengan perbaikan; lulus dengan resubmit dan failed. Very straightforward, ya?

Aku tahu beberapa orang skeptis dengan tipikal PhD thesis evaluation seperti di universitas Australia. It's just a method, untuk mengevaluasi pekerjaan candidate. Pada kenyataannya, tidak mudah juga menulis thesis yang bisa mewakili kita di depan examiner. Untuk itu, mari aku jelaskan beberapa hal mengenai PhD thesis.

Beberapa kriteria yang diinginkan oleh examiner:
"The thesis should demonstrate that the candidate has:
a) adequately surveyed literature relevant to the thesis
b) adequate skills in the gathering and critical analysis of information and report presentation
c) demonstrated the capacity to conceive, design and carry to completion independent research and,
d) made a substantial original and significant contribution to the knowledge or understanding in the field of study.
(source: http://research.curtin.edu.au/form.cfm#thesisexam)

Berdasarkan kriteria di atas, sungguh tidak mudah menulis thesis bermutu. Semua itu dimulai dengan critical literature review, formulate research questions menjadi rancangan riset, bisa menyelesaikan problem riset yang muncul, serta punya kontribusi yang signifikan di bidang ilmu. Tambahan lagi harus original, belum pernah dilakukan orang sebelumnya. Bukan purely original, tapi mesti unik, beda dan tepat.

Oleh sebab itu, karena kita tidak muncul defense sendiri thesis di sana, maka poin-poin tersebut harus dipenuhi. Kalau tidak jelas, kan examiner tidak bisa nanya sendiri untuk clarify.

Soal penulisan thesis, gaya scholar pasti bagus. Tapi ternyata, try to communicate your thesis in the simplest way so the audience will understand the story. Heavily critical analysis mungkin bagus, tapi jangan sampai blur ide di dalamnya. Clarity is important, terutama jika masalah itu baru dan kontribusinya besar untuk riset selanjutnya. Kita juga perlu confident dalam menulis, karena sikap ini akan terlihat. Semakin confident kita, maka semakin mudah tulisan itu dibaca. Jika kita tidak confident, kita akan berusaha make the writing up dengan berbagai cara, termasuk gaya bahasa meninggi.

Semua examiners ingin kita lulus! Karena mereka ingin membantu kita mengembangkan dan memperbaiki diri dengan feedback dari mereka. Just think like that, not necessarily, "pass or fail" saja.

In short, jenis assessment seperti ini, again, is just a method.

Hasil akhirnya yang paling penting, seperti:

apakah kita para kandidat doktor ini bisa menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan,

dan,

apakah begitu kembali ke tanah air bisa develop riset yang lebih baik serta banyak berkontribusi dengan skills yang kita dapatkan selama PhD study?

Jadi, bukan jenis assessmentnya, atau lebih-lebih lagi... bukan lulusan dari benua mana, ya Prof?:)

Perth,
It's a PhD, not a Nobel Prize!