Wednesday, September 10, 2008

Mestakung- The Secrets


Prof Yohanes Surya
Penerbit Hikmah (PT Mizan Publika, cetakan ke IV, 2007)

Siapa sekarang yang masih tidak kenal Prof Yohanes Surya? Beliau adalah seorang dosen penuh dedikasi membimbing Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI) mulai tahun 1994. Berbagai prestasi telah diraih oleh siswa TOFI sejak itu, tidak hanya medali perak, emas bahkan salah seorang siswa bimbingannya, Jonathan, menjadi absolute winner (peraih nilai tertinggi) dalam Olimpiade Fisika di Singapura, tahun 2007. Hal ini membuat kita semua jadi terkesima, karena konsep bimbingan intensif dan penguatan positif (seperti pujian, motivasi, dorongan) memang sangat terbukti keampuhannya untuk mencapai kesuksesan di suatu bidang.

Konsep mestakung = semesta mendukung, diluncurkan oleh beliau untuk fenomena alam semesta yang dapat mengatur sendiri untuk dapat keluar dari kondisi kritis. Contoh yang dapat ditemukan dalam buku ini, seperti butir pasir dituangkan akan membentuk bukit kecil, dan jika terus ditambahkan, pada ketinggian kritis, butir pasir yang ditambahkan akan mengatur dirinya sehingga kemiringan bukit tetap sama.

Jika dipikir-pikir, kadang mestakung ini sering juga terjadi pada kita. Sebagai contoh saat kita sedang dalam kondisi super-kritis: ada tugas harus dikumpulkan besok, ujian dua hari lagi, catatan belum lengkap, eh… ketiduran pula malam ini. Hehehe… tau-tau jam 2 pagi, terbangun, duduk menghadap komputer/meja, lalu otak kita segera berproses menulis/menghitung, membaca kembali… Sesuatu yang mungkin tidak pernah kita lakukan jauh-jauh hari… ternyata bisa terjadi saat last minute. Pagi hari menjelang dan tugas siap dikumpulkan, tau-tau teman telpon bisa meminjamkan catatan asalkan mau mengajari dikit (ahh, fiksi banget!) dan akhirnya kita bisa belajar menyongsong ujian dua hari kemudian. Itu mestakung, menurut Prof Yohanes.

Soal mestakung ini, ternyata proses terjadinya juga tidak mendadak. Ada proses krilangkun, yaitu KRITIS, LANGKAH dan TEKUN. Kritis, yaitu menempatkan diri pada kondisi kritis, misalnya kita pakai target, harus lulus kuliah 2 tahun lagi, harus selesaikan TA 3 bulan lagi. Kondisi kritis itu, konon, akan menggerakkan lingkungan dan diri kita untuk berjuang mencapai target. Tiba-tiba kita dapat topik TA menarik dari dosen, ada teman-teman yang rela meminjamkan catatan dan rajin belajar bersama, atau dapat beasiswa supaya tetap dapat terus kuliah.

Langkah, yaitu saat berada di kondisi kritis, kita mesti harus melangkah, mesti sedikit/kecil. Untuk dapat menyelesaikan skripsi, tentu kita harus mengerjakannya tiap hari, walaupun kadang hanya bisa sebentar. Melangkah ini berarti bersiap-siap juga. Untuk meningkatkan nilai TOEFL, saya hanya sempat berlatih listening dan reading 0.5 jam tiap pagi dan malam. Saat akan ujian, tidak disangka saya ternyata sangat sibuk dengan kerjaan dan tidak sempat berlatih intensif satu bulan sebelum maju tes. Tapi saya berusaha yakin saja, karena sudah bersiap-siap hampir satu tahun dan melakukan latihan rutin listening-reading tadi. Tidak tahunya, skor TOEFL saya naik kira-kira 17 points dari tahun sebelumnya, (17 points sangat kritis juga lo, bikin skor bisa naik dari 550 ke 567)

Tekun, berarti fokus, tidak gentar menghadapi cobaan/rintangan. Jika ada masalah, terus berupaya mencari cara dan tetap bekerja untuk menyelesaikan target. Jangan katakan “takutnya…” atau “kuatirnya…” soalnya pasti jadi takut dan kuatir. Just say, “saya bisa, saya pasti akan selesaikan ini bagaimanapun beratnya, Insha Allah saya bisa dan akan maju terus”… Dalam ketekunan, kita juga diingatkan untuk percaya bahwa Allah akan membantu kita melewati kondisi kritis tersebut.

“Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, kecuali jika kaum tersebut mau merubah nasibnya…” QS

Perth,
Saat berharap mestakung terjadi untuk paperku