Tuesday, December 29, 2009

It may not be perfect, but you need to get started


Weih, kurasa aku cukup telat mulai menulis tesisku. Soalnya terlalu banyak tips masuk ke telinga, bikin aku bimbang mengambil keputusan yang tepat. Ada yang bilang supaya langsung mulai saja, tapi dari mana juga tidak ada clue. Ada yang bilang, selesaikan data dulu semua, tulis beberapa paper, nanti tinggal dikumpulkan dalam tesis. Tetapi aku sadar, tesis itu lebih panjang dari paper, kalau tidak dimulai segera, aku kuatir akan menyesal karena telah terlambat memulainya.


Sudah mau tahun baru 2010, jadi salah satu resolusiku tentu saja bergerak terus menyelesaikan sekolah. Urusan eksperimen sudah setengah jalan dan syukurlah tidak harus membuat sampel lagi, kecuali mungkin beberapa buah silinder kecil untuk tes lain. Mayoritas kerjaanku sekarang adalah menjalankan tes, mengambil data, mencatat hasil, mengolah data dan membuat laporan-laporan singkat setiap hari.

Nah, pusing kepalaku memikirkan kapan mau mulai menulis. Mungkin pusingnya berkaitan dengan yang mana dulu mau dikerjakan. Tesis itu kan ada beberapa bab. Biasanya orang mulai dulu dengan bab yang paling mudah, yaitu bab Experimental Work. Sayangnya aku bukan orang yang fokus pula, jadi ingin juga mulai Literature Review, mungkin dikit ke Introduction, kali lain mau jajal Results and Discussions. Ga jelas, kan di mana pokok permasalahannya?

Pekan lalu aku meminjam buku How to write a better thesis (David Evans & Paul Gruba, 2nd ed, Melbourne University Press, 2002). Biasalah, aku begitu panik mo mulai nulis, jadi suka minjem yang berbau-bau cara menulis tesis, misalnya, Surviving Your Dissertation, You can Write, Manual for Writer, dan sebagainya yang biasanya lebih sering menghiasi meja kerjaku saja.

Tapi begitu baca buku David Evans ini... Subhanallah, aku sudah bisa menulis, saudara-saudara! Sudah dua hari aku rutin menulis tesisku sekitar 1.5 jam per hari, tiap pagi. Aku dapat kira-kira dua halaman per hari. Nah, kalau rutin begini tiap hari selama 6 bulan, berapa halaman yang bisa kutulis, ya?

So, gimana cara bapak David Evans mengajariku mulai menulis tesis?

1) Kata beliau, "write early and often". Maksudnya, tulis sesegera dan sesering mungkin.

2) Mulai dari mana? Di antara sekian banyaknya hal yang ingin kita tulis, mulailah membuat struktur penulisan. Ringkasnya, outline, table of content, daftar isi. Di situ kita bisa mulai memilah-milah bagian penting mana yang ingin dimasukkan dalam tesis dan urutannya.

2) Setelah daftar isi jadi, sekarang saatnya untuk memulai dari bab paling dasar, yaitu Introduction. Lah, biasanya bagian ini ditulis terakhir? Correct. Tetapi, supaya kita dapat melihat the whole big picture tesis kita, maka paling tepat jika kita menuliskan tujuan-tujuan riset serta apa yang ingin dicapai sehingga kita tidak melenceng sana-sini dalam mengerjakan riset dan menuliskannya. Kadang, riset sudah terkerjakan, ternyata yang dikerjakan tidak ketemu benang merahnya! Dalam bab ini kita bisa melihat keterkaitan satu sama lain.

3) Coba kendalikan yang namanya 'tarik-menarik' antara rational (conscious thinking) dan creative (unconscious thinking). Begitu kita menulis, mulailah dengan rational thinking dahulu untuk mendapatkan struktur yang ingin kita tulis. Waktu kita sudah mulai menulis, biarkan bagian creative thinking kita menganalisa dan mencarikan argumen.

4) Setelah bagian Introduction dimulai, lanjutkan dengan dengan bab Experimental Work, bab tempat rational thinking lebih dominan. Di dalam bab ini, kita bisa menceritakan apa yang benar-benar terjadi, suatu metode riset, cara merancang eksperimen dan pelaksanaannya. Jika kita mulai dengan Literature Review atau Results & Discussions, kita bisa macet, karena bab-bab tersebut membutuhkan creative thinking, jadi benar-benar menguras kemauan kita untuk mulai menulis.

5) Tahap selanjutnya, save tulisan kita tadi. Buka lagi besok, lanjutkan menulis, dan kembali mengedit tulisan kemarin. Coba cek dalam tulisan kemarin, apakah kita telah menulis fakta atau hal lain yang tidak berhubungan? Nah, kita bisa mengeditnya sambil menuliskan yang lebih baik dan seterusnya.

6) Sekali dimulai, just continue...

Wow! Poin terpenting yang tidak kusadari itu, ternyata rational vs creative thinking.

Ternyata otak kita bisa bentrok ingin menuliskan fakta atau mendiskusikan argumen. Pantaslah kita merasa berat mulai menulis tesis. Soalnya seringkali creative thinking kita tidak dapat dikontrol sehingga dapat menghalangi niat kita memulainya. Sebab itu kita perlu mendapatkan outline lebih dahulu supaya tahu mulai dari mana.

Ok, to conclude with
:
"menulislah mengikuti outline yang dibuat dengan rational thinking. Begitu sudah dimulai, agar berjalan lancar, biarkan creative thinking kita bekerja mencarikan argumen".

Insha Allah terus semangat menulis sampai selesai 200 halaman ya!

Perth,
mencari letak suatu permasalahan itu menarik, ya?

Saturday, December 26, 2009

Just Info and Entertainment


Syukurlah, Alhamdulillah, berita besar ni, akhirnya MUI memberi fatwa haram bagi infotainment yang menyebarkan gosip.

Menurut definisi dari Wikipedia (kurang valid, ya?), infotainment berasal dari kata information dan entertainment yang digunakan untuk meningkatkan popularitas seseorang atau produk.

Lha, kalau begitu tayangan tersebut memang hanya bertujuan untuk mendongkrak popularitas supaya lebih banyak penonton menonton filmnya, membeli lagunya, atau membaca buku si artis. Tetapi, berapa banyak artis yang diungkap di infotainment tidak ada hubungannya dengan lagu, film atau buku? Bukannya soal buku, lagu atau karya seni yang mayoritas dibahas, justru kehidupan artis dengan tutur kata bergaya menggosip.

Tipikal acara infotainment memang dibuat ringan dan menghibur. Tidak banyak yang bertujuan menginspirasi orang. Mayoritas memang ingin mengungkapkan sensasi-sensasi dalam hidup artis. Kalaupun ada artis menginspirasi, seringnya yang dibahas adalah perkembangan terkini mereka saja dan yah, tidak terlalu signifikan buat penonton.

Nah, entah mengapa di Indonesia, acara yang dikategorikan hiburan beginian diputar nyaris lima kali sehari di sebuah tivi. Kalau punya lima siaran tivi, bayangin saja, kita dijejali acara yang hampir-hampir sama isinya hampir tiap jam! Apa tidak ada cara lain untuk menghibur orang? Hanya karena rating yang tinggi dan keuntungan untuk tivi?

Isi infotainment sering kali membosankan dan berlebihan, karena umumnya berkisar pada soal:

a) kehidupan sehari-hari artis yang sama sekali tidak dapat dijadikan panutan atau inspirasi, karena semua orang tidak hidup sebagai artis

b) huru-hara rumah tangga artis yang perlu dilaporkan perkembangannya dari detik ke detik

c) opini yang mayoritas dangkal dari artis tentang masalah aktual

d) kehidupan cinta artis dan tiba-tiba menyeret pasangan yang tidak artis ikut-ikutan ngetop

Panjang lagi dah, kalau dibahas satu-persatu dan sudah jelas tidak mendongkrak penjualan lagu, buku atau film secara drastis. Yang penting isinya bombastis.

Lalu, kalau memang ditujukan pada info dan entertainment, kenapa infotainment hanya berat sebelah membahas artis? Bukankah publik figur seperti guru besar, politikus, anggota DPR bukan dari kalangan artis, atlit, penulis, pengusaha terkenal atau sosok-sosok lain di sekitar kita tidak pernah masuk infotainment? Bukankah kalau mereka ada di infotainment lengkap dengan cerita inspiratifnya (bukan gossipannya), sukur-sukur masyarakat tertular dengan sikap-sikap mereka. Selain lebih inspiratif, bermanfaat, juga dapat membantu merubah mind set masyarakat menjadi lebih positif serta kreatif.

Jadi, acara infotainment akan lebih berbobot, karena semua orang tidak dibombardir dengan publik figur yang diartikan secara sempit (hanya artis) saja. Kan asik, kalau ada profil inspiratif masuk tivi dengan tayangan ala infotainment, ya toh? Pasti lebih berguna untuk kembali mencerdaskan masyarakat Indonesia dalam waktu jangka panjang.

Siapa tahu dengan ekspos profil-profil bermutu tersebut sehari-harinya, akan bertambah banyak munculnya anak muda yang mau jadi peneliti, pengusaha, penyelamant lingkungan, penemu, dan sebagainya. Yah, daripada banyak yang ingin jadi artis, bergaya hidup artis, ataupun hanya se ngetop artis!

Perth,
heuys,... social maggot:)

Tuesday, December 22, 2009

So do you want to present your paper?


Kayak "So, you think you can dance" aja slogannya. Tahun ini sudah memasuki tahun ketiga aku bersekolah. Nah, aku sudah punya pengalaman beberapa kali presentasi paper di berbagai forum. Jujur aja, presentasi serius seperti ini baru pertama kali aku lakukan, ya saat sekolah ini. So, how did I cope?

Saat pertama kali presentasi aku ingin menyajikan sesuatu yang sederhana dan informatif. Karena isi riset baru cuma tentang teori, metodologi atau asumsi dan belum ada data bagus, jadi aku cuma isi power pointku dengan beberapa tabel, grafik dan foto. Berhubung English bukan bahasa ibuku, jadi tiap kali latihan aku pasti mengatakan hal yang sama dengan cara berbeda. Terus, selalu ada aja ide baru timbul, dan bikin aku tidak konsisten dengan kata-kataku. Tapi, senangnya, presentasiku dinilai sangat 'clear' dan menyenangkan oleh teman-teman peserta lain. Alurnya mudah dimengerti, isi tabelnyapun tidak ribet, serta penyampaiannya mungkin kelewat sederhana sehingga tidak sulit dipahami.

Ini membuatku lebih semangat memperbaiki diri. Aku mulai berkreasi dalam memperbaiki penyajian isi power point. Mulai dari hal-hal yang umum dulu sebagai latar belakang, baru ke hal-hal spesifik. Kalau perlu, permasalahan diberikan dalam bentuk pertanyaan sehingga audiens lebih mudah mengikuti pemikiran kita.

Sayangnya sudah berkali-kali presentasi, aku baru sadar dalam melakukan presentasi aku suka berbicara cepat-cepat. Ditambah lagi dengan bahasa Inggris yang harus kita gunakan, menambah rasa tidak nyaman ingin menuntaskan presentasi. Hal itu kukira membuat presentasiku tidak menarik karena kurang banyak pertanyaan atau tanggapan. Audiens barangkali 'lost' dalam presentasi yang sudah kusiapkan susah-payah tersebut.

Barulah saat presentasi ketiga, aku berusaha sebaik mungkin menggunakan strategi agar presentasiku menarik, mudah dicerna dan mengundang banyak pertanyaan dari audiens. Intinya, aku ingin bercerita tentang proses risetku hingga aku mendapatkan hasilnya. Bolak-balik aku membaca buku tentang presentasi, barulah aku mengerti apa yang harus kita lakukan. "Give the audience a take home message", yaitu sesuatu yang akan melekat di pikiran mereka selamanya setelah kita selesai presentasi.

Aku butuh waktu sebulan untuk membuat power point seprofesional mungkin, tanpa menggunakan latar belakang menyolok, huruf melayang-layang atau animasi. Kesan yang ingin kuberikan, adalah aku mengerjakan power point itu dengan matang dan benar-benar bersiap untuk memberikan presentasi. Aku memilih latar belakang berwarna putih dan menggunakan dua-tiga macam warna saja. Isi slide diatur sedemikian rupa, sehingga tidak terlalu besar, tidak terlalu ramai isinya dan tidak terlalu membosankan. Untuk menambah daya tarik, slide dihias dengan berbagai garis yagn memiliki berbagai ketebalan. Semua ditata seapik mungkin, jangan sampai terlihat penuh dan bikin bosan yang melihat. Di tiap slide, aku menaruh logo universitas/perusahaan di tiap halaman, dan logo konferensi di halaman depan.

Tabel yang penuh dengan angka atau huruf, sebaiknya ditampilkan saja semua, tetapi fokuskan pada huruf/angka yang ingin kita jelaskan. Maksudku, tebalkan warna deretan kolom yang ingin dijelaskan, sedang informasi yang lain diberi warna lebih terang yang masih dapat terbaca tetapi tidak mengganggu info utama kita. Grafikpun jangan sampai penuh sesak di dalam satu halaman. Satu grafik per halaman bagus, tetapi maksimum letakkan dua grafik per halaman jika diperlukan.

Bagian paling sulit adalah untuk mengatur alur presentasi. Introduction cukup 1-2 slide. Untuk melangkah ke bagian selanjutnya, gunakan pertanyaan-pertanyaan untuk membantu audiens supaya tetap 'alert' dalam mengikuti presentasi kita. Misalnya,
"Apa kelebihan beton A?"
"Bagaimana beton A dibuat?"

Jika permasalahan disajikan dalam bentuk pertanyaan-jawaban, maka audiens tidak akan merasa bosan mendengarkan kita. Mereka tentu akan bertanya-tanya sendiri, apakah jawaban dari pertanyaan tersebut?

Setelah power point lengkap, maka mulailah saat-saat belajar, latihan dan melancarkan presentasi kita.

Aku menggunakan teknik seperti ini. Aku membuat 'presentation script'. Semua yang ingin aku sampaikan, kubuat sedetail mungkin, mulai dari Ladies and Gentlemen.

Saat mengetik itu, aku baru tau isi kepalaku memang kosong:)
Jadi aku perlu membaca buku, paper atau kamus untuk melengkapi isinya. Isi 'presentation script' akan bertambah perlahan-lahan sejalan pengetahuan kita. Usahakan untuk membuatnya selengkap mungkin, karena kita toh tidak akan menghafalnya.

Saat presentation script selesai, maka kita bisa mulai berlatih. Kita akan kembali setiap saat ke script, dan kita senang, karena tiap kemungkinan pertanyaan telah kita antisipasi saat membuat skrip tersebut. Mungkin kita perlu berlatih 5-10 kali, barulah kita dapat mengingat apa saja yang harus kita terangkan kepada audience. Dengan begitu, kita tidak menyimpang dari apa yang ingin kita terangkan, dan pada saat bersamaan kita sudah sangat siap untuk memberikan presentasi yang sarat ilmu.

Perth,
Fiuh, presentation again?

Thursday, December 17, 2009

Sydney Tour

Asyik, Alhamdulillah, bisa muter-muter Sydney, salah satu kota besar yang ingin sekali kukunjungi selain London, Paris, Toronto dan Beijing. Konon katanya Sydney dikenal sebagai kota kedua terindah di dunia setelah Rio de Janeiro, Brazil.


It’s time buat jalan-jalan lagi! Setelah berletih ria mempersiapkan dan mengikuti konferensi Concrete in Australia dengan serius, tibalah saatnya berkeliling Sydney. Berbekal hubby yang jago baca peta, browse timetable dan bikin rencana jalan-jalan, kita get ready menikmati Sydney dalam dua hari.


Sydney Harbour Bridge



Jembatan scenic satu ini adalah landmark terpenting setelah Sydney Opera House and Sydney Tower yang menghubungkan Sydney CBD dengan North Sydney. Harbour bridge yang tergolong single span steel arch bridge ini merupakan bridge tertua di Australia yang pertama kali dibuka tahun 1932. Jembatan ini mungkin bukan single span steel arch yang terpanjang di dunia (walopun panjangnya 503m) tapi jadi yang terlebar di dunia (49m). Jembatan ini punya 10 line~ dua untuk kereta bolak-balik, dua untuk bis dan sisanya untuk mobil. Tempat pedestrian juga ada, kalo mau jalan kaki di jembatan. Atraksi terbaru yaitu Bridge Climb, yang menghabiskan 3.5 jam jalan di atas jembatan dengan titik tertinggi 134m tersebut. I don’t have any gut to try it, selain expensive!



Sydney Opera House



Bangunan berbentuk layar kapal ini terletak di tepi laut, di daerah Circular Quay. My breathtaking moment, yaitu saat mengamati Sydney Opera House dari arah North Sydney. Keren sekali, kombinasi jembatan dan Opera House yang unik ini. Bangunan thin shell berlapis keramik putih tersebut dibuka pada tahun 1978 dan digunakan untuk menggelar opera dan konser kelas dunia. Beberapa restoran terbaik juga ada di sana. Teknologi precast and pretension memungkinkan struktur atap Sydney Opera House dibangun pada saat itu.



Sydney Tower



Landmark tertinggi di Sydney yang sudah ada tahun 1981. Tower ini memiliki dua buah restoran, a coffe lounge, observatory deck (Sky lounge). Sebagai tambahan, di dasar tower ada bioskop dengan 180degree cinema screen untuk film 3D animasi Oztrek yang bikin jerit-jerit dengan real-motion seating. Ada lagi atraksi terbaru, yaitu Skywalk, naik keluar puncak tower langsung dan melihat pemandangan di atas deck kaca dari ketinggian 260m. Itu baru confident! Dari Sky lounge, kita bisa melihat segala penjuru Greater Sydney. Kebetulan Sydney Tower ini tempat terakhir yang kita kunjungi, jadi kita bisa mengamati lagi tempat-tempat yang sudah kita kunjungi kemarin-kemarin.



Sydney Aquarium



Aku ingin mengunjungi semua aquarium yang ada dalam tiap kunjunganku. Aku suka lihat ikan air tawar, ikan air laut, ikan aneh, etc. Waktu di London, aku excited lihat tank air tawar dengan ikan arwana gedee banget. Di Singapore, it’s my first time menikmati ruangan syahdu penuh jelly fish. Sedang di Perth, ada water horse langka yang tidak boleh dipotret dengan blizt supaya tidak stress. Sydney aquarium ternyata punya platipus super energetic dan dugong segede kerbau yang cute sekali.



Royal Botanical Garden



Cita-citaku dulunya adalah botanist, ahli tanaman, karena itu walo pergi tour, kita wajib brushing my knowledge tentang pohon-pohon langka dan mengelus bunga-bunga cantik di sana-sini. So, mengunjungi kebun raya wajib dimasukkan itinerary, walaupun gempor deh, jalan kaki di sana. Kebun di Sydney bersebelahan dengan laut langsung. Cantik sekali, rasanya pengen ngetem aja seharian di sana. Kebunnya terawat dengan baik dan terlihat ramah. Sayangnya karena waktu kita singkat, jadi hanya mau lihat lokasi yang menarik hati saja. Spring walk ini tak sengaja kutemukan di balik pohon-pohon. Wangi, penuh bunga spring beraneka warna... Subhanallah... indah, indah, ya Allah.



NSW Art Gallery



Setelah dipikir-pikir ke museum atau art gallery, aku prefer Art Gallery. Museum nanti saja kalau ke Sydney lagi karena waktu terbatas untuk mental attraction seperti itu. Cita-citaku mengunjungi art gallery NSW, karena mau beli poster yang berlabel art gallery tersebut untuk dipasang di rumah kelak. Ternyata koleksinya banyak sekali, tidak hanya lukisan-lukisan. Karena kesukaan baruku Contemporary Art, maka aku menghabiskan waktu lebih banyak mengunjungi area tersebut. Di sini juga ada Aboriginal Art yang dipamerkan dan saat kami datang ada pameran Ikat dari Asia. Sayangnya, again, waktu sangat terbatas!



Darling Harbour



Tempat menarik untuk keluarga dan diri sendiri. Di sini ada teater IMAX 3D, Sydney Aquarium, Chinese Garden of Friendship, Museum Navy, Australian Wildlife, tempat hang out, restoran, hotel, kasino, dan banyak lagi. Malam terakhir di Sydney kami menonton Imax 3D, tentang Jurrasic. Agak kurang menarik, karena versi dokumenter dan aku sudah bosen sama Dinosaurus. Film lain sudah ketinggalan sih, padahal ada Underwater 3D yang lebih seru, atau Mummy discovery yang mungkin lebih serem. Film yang akan diputar di sana berikutnya tentang Perjalanan Haji ke Mekkah. Serius! Keren ya, coba kalo bisa dilihat sekarang (sayangnya masih bulan depan).



Circular Quay



Circular Quay tidak hanya jadi pelabuhan ferry dari tempat lain di sekitar North Sydney. Tetapi di sebelahnya ada stasiun kereta, bis, bridge, Opera House, port tempat sealiner (cruise yang mewah itu…), art museum, hotel-hotel mewah dan restoran-restoran keren. Malam hari masih tetap rame dengan orang-orang yang berkunjung ke sana. Akupun suka naik ferry dari Darling Harbour ke Circular Quay daripada nge bis atau naik kereta. Selain bisa menikmati view yang indah, juga lebih cepet sampenya.



Chinatown

Bagi yang doyan shopping, bisa deh ke Market City atau Paddy’s Market di Chinatown. Di sini bisa ditemukan tempat makan yang halal. Kalau mau beli bahan makanan Asia juga banyak sekali di sini. Oleh-oleh made in China tetapi ikon Australia tersedia di toko-toko Chinatown. Pendeknya, tidak terasa seperti di Sydney, sampai di Chinatown sedang Sydney CBD lebih didominasi bule OZ.


Manly



Tempat ini agak jauh di utara Sydney. Kita kira mungkin ferrynya sepi-sepi aja, tapi ternyata banyak juga orang yang tinggal di Manly dan bekerja di CBD. Kita coba ke Manly, napak tilas rute my dad yang pernah ke Sydney. Kita bisa lihat batas laut Pasifik, port kapal Navy, Taronga Zoo, dan tempat-tempat indah lain. Bagusnya tata letak Sydney ini yang dikelilingi air, jadi bisa naik ferry saja ke daerah utara. Sampai di Manly, kita tidak turun, langsung balik lagi dengan ferry yang sama ke CBD. Cuman menikmati perjalanan saja...



Beberapa tempat lain yang kukunjungi sambil jalan seperti Luna Park, Tempe Mosque, UNSW, UniSydney, George Street, Town Hall, Martin Place, Hyde Park, Barrack Museum, dan Wynyard Station tempat aku selalu nyasar. Kami mencoba nge-bis, naik train, monorail dan ferry keliling Sydney. Aku tidak sempat mencoba water taxi dan tram yang juga ada di sana.


Sydney memang indah dan banyak tempat menarik yang mudah dikelilingi dengan berbagai cara.


Pendeknya, Alhamdulillah, it was a very wonderful holiday again...


Perth,

Thanks Professor;)