Sunday, February 17, 2013

Sturt's Desert Pea

During a short afternoon walk at King's Park Botanical Garden yesterday, I spotted the scarlet pea which is a state flower of South Australia: Sturt's Desert Pea.

This cute wild pea is named after Captain Charles Sturt (1795-1869), who recorded Australian native plants in 1844. The flower has a story is related to grief and sadness in Aboriginal legend, so it is called 'flower of blood' by some native people. It grows in sandy well drained soil. The pea does not like wet roots because it is more susceptible to fungal disease and insect attack.


The flowers bloom in summer with various colors ranging from blood scarlet, pink and pale cream. A black part in the middle is called central boss with different colors, too. Essence from this flower is powerful and could be used as a healing remedy for deep hurts, emotional pain and sorrow. However, recently, the federal drugs law proposed to ban this plant from domestic garden since it contains dangerous chemicals.

Despite the rumor, I think Sturt's Desert Pea is really a pretty eye catching plant.

Perth,


Tuesday, February 12, 2013

Manipulasi


Berhadapan dengan seseorang manipulatif dan memiliki berbagai teknik dan cara untuk mendapatkan hal yang mereka inginkan bisa sangat menantang mental. Hal yang paling tidak kusukai saat berhadapan dengan mereka adalah ketidakacuhan untuk melanggar batas-batas agama dan etika supaya tetap mendapatkan keinginan mereka dengan memaksa secara halus.

Pelajaran hidup paling berharga justru kudapatkan dari orang-orang yang manipulatif. Mereka bukan orang kasar dan suka memaksa. Mereka lihai dan licin seperti belut tapi tak pantang menyerah dengan berbagai penolakan. Jika kita mengelak, dengan cepat mereka menemukan alasan lain untuk meyakinkan kita. Selagi mereka belum mendapatkan keinginan mereka, kita harus sabar mengatakan ‘tidak’ karena mereka akan terus mencoba sampai mendapatkan yang diinginkan.

Mekanisme ini salah satu teknik memaksa seseorang untuk mendapatkan sesuatu. Berbeda dengan bully, seorang bully memiliki emosi tak terkontrol untuk memaksa orang lain guna mendapatkan keinginannya, tetapi seorang manipulator, sangat pintar mengarahkan pikiran orang lain tanpa perlu mengeluarkan energi besar.

Jika ditinjau dari latar belakang perbuatan tersebut, maka kita dapat melihat orang-orang yang tidak puas dengan kehidupan mereka dan cenderung lebih sering menginginkan hal-hal berbau materi. Mereka lihai memanfaatkan situasi. Saat orang lengah, maka mereka beraksi. Kadang-kadang dengan berita mengenai hal yang sama berulang-ulang, atau cerita-cerita sedih tentang kehidupan mereka dieksploitasi agar kita merasa simpati lalu membiarkan mereka mendapatkan apa yang diinginkan. Kisah seperti ini bisa inspiratif kalau sesekali diutarakan, tetapi kalau sering kali didengar akan menjadi semacam keluhan yang menyebalkan.

Sebenarnya, untuk membedakan seseorang yang manipulatif atau tidak, kita bisa melihat adanya semacam pola. Sebelum mendapatkan keinginannya, mereka berusaha dengan berbagai cara mengutarakan maksudnya terus-menerus. Ia tidak segan-segan meminta, dan sepertinya malah membantah serta tidak terlihat adanya rasa malu jika diingatkan berulang kali. Jika telah mendapatkan apa yang diinginkannya, kadang ia tidak mengacuhkan kita lagi karena ia merasa berhak mendapatkan hal tersebut. Ia tidak merasa bersalah dengan cara dan tidak merasa perlu menimbang perasaan orang yang melihatnya sebagai orang agresif dan tidak empati. Demikian selanjutnya.

Meski kadang-kadang kita boleh bersimpati pada mereka, tetapi mereka harus belajar untuk tidak selalu mendapatkan apa yang mereka inginkan. Untuk itu, kurangi interaksi dan mendengarkan kisah-kisah drama tadi. Batasi memperlihatkan rasa kasihan atau simpati kepada mereka yang membuat kita rentan dimanipulasi. Secara bertahap kita bisa menyadarkan mereka dengan mencontohkan kisah-kisah hidup orang lain yang suka menipu orang lain.

Perth,

Wednesday, February 6, 2013

Memaafkan, ikhlas dan move on


Hari itu aku seperti sudah jatuh, tertimpa tangga pula dan ditimpuk payung, oleh tiga orang berbeda. Bayangkan, dalam 12 jam, keteguhan mental diuji berulang-ulang oleh 3 (baca: tiga) orang yang cukup dekat denganku! Ada yang backstabbing, memarahi tanpa penjelasan, juga menunjukkan sikap putus asa. What a grief.

Sebuah latihan terus-menerus yang sangat penting dilakukan dalam hubungan dengan sesama manusia adalah ‘memaafkan dan ikhlas’. Semua mesti dilakukan agar kita bisa move on (move forward = maju ke depan) dan tidak terganggu dengan masalah tersebut selamanya.

Untuk bisa memaafkan, kita harus ingat bahwa tiap orang pasti punya kebaikan lain, meski dia sangat menyebalkan dalam satu hal. Seharusnya semua kebaikannya itu bisa menutupi kekurangannya di mata kita. Sebuah pelajaran penting telah dialami seorang teman yang sangat berpandangan negatif pada seorang rekannya. Rekan tersebut tidak pernah benar di matanya. Mungkin pernah ada rasa sakit hati, lalu menjadikan ia trauma setiap bertemu sang rekan. Ia baru menyesal saat rekan tersebut wafat dalam kondisi sakit parah. Ditambah itu, saat melayat barulah ia melihat sisi kehidupan keluarga rekannya yang cukup menyedihkan. Penyesalan datang terlambat. Andaikan ia tidak begitu keras pada sang rekan, tentu ia tidak merasa bersalah seperti itu seumur hidupnya.

Lalu setelah memaafkannya dengan mengingat kebaikan lain, kita mesti belajar ikhlas. Ikhlas kalau kita tidak dapat menyenangkan hati semua orang, kalau tidak dapat melakukan segala sesuatu dengan sempurna, kalau Allah yang lebih berkuasa menentukan apa-apa yang baik untuk kita. Pengalaman mengajarkan kalau terlalu ingin sesuatu, meski itu tak baik untuk diri, Allah tetap memberikan, dengan konsekwensi yang berat. Tetapi, kalau malah berlaku ikhlas saat sesuatu tak berjalan sebagaimana mestinya sambil tak berkeluh-kesah maka hal terbaik dan menjadikan jiwa tenang yang terjadi.

Kemudian, kita harus ‘move on’. Tidak melihat-lihat, mengukur-ukur, menimbang-nimbang atau meninjau ulang perasaan kita tentang sesuatu, saat membantu proses ini. Bulatkan tekad untuk tidak marah dan kecewa pada orang tersebut tanpa alasan yang jelas dan saintifik. Kemudian lakukan semuanya tanpa beban seperti mulai dari titik nol. Tetap ramah, membantu jika diperlukan dan tidak takut trauma kalau ia bersikap menyebalkan lagi. Mengapa? Karena kita telah dapat mengatur rasa kecil hati dan sakit hati berkat latihan memaafkan dan ikhlas. Niscaya kita tidak akan berlebihan lagi merespon orang tersebut karena telah memahami proses ini dan lebih kuat menghadapinya jika suatu hari ia mengecewakan lagi.

Hal-hal dunia tidak semestinya dianggap sesuatu yang besar sehingga kita murka dan kecewa jika tidak mendapatkannya. Coba mundur sejenak dari keadaan tak kondusif. Cari lingkungan kondusif lain untuk sementara, menjaga jarak dengan bijaksana, melakukan hal-hal positif dan inspiratif yang harus dikejar, sehingga kita tetap moving forward, bukan moving backward.

Pekanbaru,

Friday, February 1, 2013

Wildflowers

So strange, that I had an eye for these flowers when nobody didn't even pay any attention on them at the Uni.

It was a nice morning near Arboretum at Uni. I took some nice pictures of flowers and cute critters near the bush. Suddenly, I saw this flower that looks like banksia, a native flower in Australia. This one had dried cylindrical spike was sticky and light. The fresh spike consisted of hundreds individual petal with attractive blue-purple colors. I kept this secret safe with me because I want to enjoy the plant as much as I can. It blooms in rainy season, for its love of high humidity temperature. No one knows the location of this flowers and I will tell no body about my 'tropical dubbed banksia'.
 


Another secret is pretty difficult to be kept, since the plants grow along the pedestrian road at the Uni. However, I guess no one will be interested in this wild orchid, since it is too miniscule for people's eyes. It must be beautiful plants for my garden, but deep in my heart, like the 'banksia', I know I won't be able to domesticate it. Just leave it at the Uni forest to be taken care by nature.


Pekanbaru,
 

Our US-Canada Trip: The Long Haul Flight

29 May 2012

Excited part 1!
Tentu saja. Begitulah perasaan kami saat tiba di depan konter check-in Cathay Pacific di Bandara Soetta. Saking excitednya, mungkin grup kami yang pertama tiba di sana dan mendapat pelayanan lebih dahulu. Semua barang bagasi akan diambil lagi di John F Kennedy Airport, New York esok pagi.  

Well, the trip has just begun!
 
Pukul 13.50pm semua penumpang sudah boarding di pesawat Cathay yang akan membawa kami ke Hong Kong. Perjalanan dari Pekanbaru-New York terdiri dari empat leg. Satu, leg Pekanbaru-Jakarta selama 2 jam. Kedua, leg Jakarta-Hong Kong yang ditempuh selama 5.5 jam. Ketiga, leg Hong Kong-Vancouver sekitar 12 jam. Keempat, leg Vancouver-New York yang ditempuh dalam waktu 5.5 jam lagi. So, total waktu terbang adalah sekitar 24 jam dari Pekanbaru ke New York. Belum lagi waktu yang digunakan untuk transit sekitar 3 jam di Hong Kong dan Vancouver, yang menambah panjangnya perjalanan menjadi around 30 jam! 

Perjalanan ke Hong Kong agak luar biasa karena pesawat tidak penuh. Saat terbangun, aku melihat pesawat setengah kosong itu dengan cemas. Di luar sana, langit mendung dan sudah mulai gelap. Pesawat ini jadi sangat spooky.
 
Saat di bandara Hong Kong, dengan terkantuk-kantuk harus menunggu waktu boarding pada pukul 00.30am. Saat terbangun, ratusan orang sudah berbaris untuk masuk ke pesawat, sehingga kamipun harus bergegas-gegas antri untuk berangkat lagi.

Excited part 2.  
Pesawat Boeing 77W amat besar. Pesawat terbesar yang pernah kutumpangi. Sekitar 300 orang masuk ke dalam perutnya, untuk melakukan perjalanan panjang ke Vancouver/New York dengan jarak tempuh sekitar 14 jam. Belakangan aku tahu kalau pesawat dengan jarak tempuh yang panjang setidaknya dilengkapi empat mesin pesawat. Satu mesin pesawat harus dapat mengangkut pesawat dengan muatan penumpang dan bahan bakar penuh untuk terbang selama 240 menit atau 4 jam. Demikianlah sebuah pesawat telah dirancang untuk terbang lama. 

Pada long-haul flight seperti ini, jika duduk di kelas ekonomi~ maka sebaiknya memakai pakaian casual yang nyaman dan jaket tipis. Jika tidak tahan dingin, gunakan legging untuk lapisan dalam celana luar dan kaus kaki. Aku juga menyarankan pakai handyplas guna menutupi pusar. Jangan lupa membawa bantal tidur, earplug dan penutup mata supaya tetap tidur nyaman. 

Kegiatan yang utama sepanjang perjalanan hanyalah tidur. Supaya jangan jetlag, aku membaca bahwa sepanjang perjalanan kita harus mengikuti jadwal yang telah ditentukan.  Saat lampu pesawat dimatikan, maka kitapun harus tidur. Ketika pesawat melintasi zona perubahan tanggal internasional, maka tubuh kita mesti beradaptasi dengan keadaan tersebut. So, tidur, jika tidak, minum antimo atau lelap, supaya cukup tidur.

Satu rule lain yang harus diikuti,  

Saat makan tiba, maka tidak ada alasan malas makan, ya harus makan. 

Ibu yang sempat malas makan terpaksa kelaparan sepanjang sisa perjalanan karena makanan itu tidak dapat diminta kembali. Aku jadi harus bergerilya minta sandwich vegetarian di kitchen belakang pada pramugari untuk ibu. 

Selama long-haul seperti itu, tenggorokan dan kulit kita cenderung kering. Siapkan sebotol air mineral di tempat duduk. Jika kehabisan, kita bisa kok minta air isi ulang kepada pramugari di kitchen. Mereka tak segan mengisikan botol air kita tersebut, ketimbang harus bolak-balik mengantarkan bergelas-gelas air minum ke tempat duduk kita. Gunakan juga pelembab wajah dan kulit yang disediakan di toilet jika tidak membawa sendiri. Kulit harus dijaga supaya tidak kering dan bibir pecah-pecah. 

Supaya kedua kaki tidak bengkak, sangat dianjurkan untuk jalan-jalan singkat mengelilingi tempat duduk penumpang. Saat duduk terlalu lama, cairan tubuh akan turun dan mendekam di kedua kaki. Kita bisa kesakitan, karena sepatu tidak muat atau kaki terasa pegal saat berjalan. Oleh karena itu, jika harus ke toilet, pilihlah jalan memutar yang cukup jauh supaya aliran darah lancar dan tidak banyak tumpukan cairan di kaki. Berdiri selama 15-30 menit di bagian belakang pesawat sambil menggerak-gerakkan kaki sangat membantu.  

Supaya tidak bosan, coba diam-diam amati gerak-gerik penumpang atau interior dalam pesawat. Aku paling mengagumi dapur pesawat yang dirancang sangat efisien dan memudahkan pelayanan bagi penumpang. Semua memiliki kompartemen praktis serta persediaan makanan yang cukup kalau terjadi delay di tarmac sebelum pesawat mengudara.

Bagaimana dengan in-flight entertainment dan kegiatan lain? Meski menarik, kadang kita harus ingat untuk beristirahat dan tidak berfoya-foya menonton. Membaca, merajut atau mengetik laporan sepertinya juga bukan pilihan baik untuk menghabiskan waktu, karena lampu yang digunakan bisa mengganggu penumpang lain. Sebaiknya hal tersebut kita lakukan dalam 5 jam pertama dan 3 jam terakhir perjalanan kita, karena saat itu semua orang telah bangun dari tidur mereka.  

Pekanbaru,