Wednesday, August 12, 2009

Dibalas lebih banyak oleh Allah (2)


Episode dua,

Tahun ini aku mau kurban di sini saja, tempat aku tengah menuntut ilmu. Sayangnya panitia yang kucari-cari hanya ada di mushalla. Temanku berusaha memberikan info bahwa grup pengajian pelajar dan masyarakat Indonesia juga menerima sumbangan kurban.

Aku berharap dapat ikut merayakan hari raya kurban seperti di kampung halaman. Setelah sarapan selesai shalat Ied, kami bersama-sama berangkat ke lapangan untuk melihat hewan kurban dan menyaksikan pemotongan. Mungkin di sini akan sama meriahnya seperti itu, pikirku. Juga, kesempatan dapat mencicipi daging kurban yang sacred mungkin akan menggembirakan diriku yang sendirian saat hari raya kurban ini.

Setelah uang ditransfer, panitia hanya memberi kabar jika uang telah diterima. Aku kembali bertanya di mana tempat kurban dan bagaimana cara penyalurannya, karena ini pengalaman baru bagiku, ternyata tidak dibalas. Aku terus menanti-nanti apakah kurban telah dilaksanakan, karena masih tidak ada kabar apa-apa. Tetapi hingga hari Tasyrik berakhir, mereka tetap tidak memberi tahukan apa yang terjadi. Mungkin mereka lupa mengundangku, pikirku lugu.

Aku tidak tahu, bahwa ternyata uang kurban kami mungkin dikirimkan ke Indonesia untuk membeli hewan kurban dan disumbangkan ke masyarakat di daerah tertentu. Tetapi, tentu saja lengkapnya aku tetap tidak mengetahui apa yang terjadi.

Ini belajar ikhlas, kataku dalam hati. Tidak selalu hewan kurban kita saksikan penyembelihannya. Lagipula sistem di sini tidak memungkinkan hal itu. So, biarlah domba itu diberikan pada yang lebih layak menerimanya.

Setitik harapan mencicipi daging domba kurbanku pun sudah punah. Tak apalah, pikirku, toh, bisa beli di halal meat.

------------------
Sore itu aku baru kembali dari kampus. Teman se apartment, dari Malaysia mengajakku datang ke rumahnya. Karena sudah lama tidak datang, akhirnya aku sempatkan diri berkunjung sebentar. Saat pulang, ia mengambil sebuah kantong plastik besar dan terlihat berat dari kulkas. Plastik itu diulurkan kepadaku yang keheranan menerimanya.

Temanku menerangkan, bahwa itu adalah daging kurban milik temannya yang sedang pulang ke Malaysia. Temannya berpesan agar daging itu diberikan padaku, karena ia baru akan pulang sebulan lagi ke tempat kami sekolah. Dengan sedikit bingung aku melihat isi plastik tersebut.

Subhanallah, mungkin beberapa kilogram daging domba, beraneka rupa, ada iga, daging, paha, usus, dstnya. Yang jelas ini sangat kebanyakan untuk diriku sendiri.

Alhamdulillah, syukurku sambil menenteng plastik tersebut pulang ke rumah. Aku teringat nasib kurbanku yang tidak ada kabar tersebut.

Ternyata Allah berkenan mengijinkan aku mencicipi sedikit daging domba kurban tersebut. Akan kubagi dengan teman-teman lain, tekadku.

Perth,
love to share with you!