Sebelum aku berangkat ke Perth, Alhamdulillah, banyak mahasiswa yang memberikan kado perpisahan. Semuanya aku terima dengan senang hati. Tetapi yang membuatku terharu, kado Al Quran dengan terjemahannya dari seorang mahasiswa, F, yang mungkin ingin ibu dosennya tidak jauh dari Al Quran. Terima kasih F, ibu sedang 'mencuci jiwa' dengan pemberian anda.
Di saat ulang tahunku dua bulan lalu, aku tidak sempat membuat catatan refleksi maupun rencana setahun ke depan. Pendeknya, aku sedang pasrah, sudah tahun terakhir masa riset, kok masih jauh rasanya. Semangatku mulai memudar. Kadang-kadang aku berharap waktu berjalan cepat saja hingga waktu thesis submission, tapi kadang-kadang aku berharap waktu melambat, agar aku sempat menyelesaikan risetku. Aku juga sering sulit tidur saat malam hari, pikiranku melayang-layang. Tanpa kusadari, aku mudah sekali emosi dan merasa terpancing hal-hal negatif seperti pikiran buruk, takut menghadapi seseorang yang galak, nasty, tidak jelas deh, rasa hatiku.
Beberapa hari sebelum hari ulang tahun, aku membaca artikel tentang keutamaan membaca Quran, yang aku lupa sumbernya, entah di Eramuslim atau Rumaysho. Intinya begini, Al Quran, panduan hidup kita yang diturunkan Allah SWT memiliki berbagai keutamaan. Saat membacanya kita juga mendapat pahala untuk tiap huruf yang kita baca. Al Quran juga membuat jiwa lebih tenang, apalagi saat kita mengerti artinya (sekalian dengan terjemahan). Kadang kita bertemu ayat-ayat pelembut jiwa yang keras, maupun ayat-ayat penguat untuk jiwa kita yang sedang lemah.
Menurut artikel tersebut, rutinitas membaca Quran sebenarnya tidak berat. Jika kita membaca empat halaman Quran setiap selesai shalat wajib, maka dalam sebulan, kita bisa menamatkan 30 juz. Empat halaman, jika dibaca menurut aturan yang benar, akan memakan waktu sekitar 10-15 menit. Ya Allah, sepuluh-lima belas menit? Padahal yang kita tau, kita sering menghamburkan waktu bermain game atau Facebook serta membaca berita-berita online!
Alhamdulillah... Kurasa aku telah menemukan artikel yang tepat untuk menyemangati diriku. Memang tidak sempurna, tetapi aku niatkan membaca tiga lembar surat Al Quran dan terjemahannya setiap selesai shalat wajib. Kadang aku sempat membaca saat shalat Dhuhur, kadang tidak sempat. Tapi sedapat-dapatnya, sekuat-kuatnya aku usahakan. Aku ingin mencuci jiwaku yang sedang down, selalu gundah, sedih, nyaris putus asa dan tidak bisa kukontrol lagi.
Setelah beberapa minggu, Insya Allah, aku merasa my life is getting slower. Dari a very fast pace sana-sini-situ yang aku lakukan, saat ini aku lebih rileks dan tidak mau tergesa-gesa. Akupun merasa lebih mudah mengontrol emosi. Tidak kusangka, membaca Quran jadi semacam penguat jiwa untukku agar lebih berani dan sabar menghadapi orang-orang yang kutakuti atau tidak kusenangi.
Teman dan saudara,
mudah-mudahan kita selalu menjadikan Al Quran sebagai pelita jiwa, pencuci jiwa kita dan pemandu hidup kita selamanya. Mudah-mudahan hal itu membuat kita selalu mengingat Allah dan semua kebesaranNya melalui ayat-ayat yang kita baca. Insya Allah, hidup kita akan tenang di bawah lindunganNya.
Perth,
Alhamdulillah, ya Allah, untuk hadiah terindah ulang tahunku kali ini...