Monday, August 9, 2010

Bird’s eye view tour


Trend membangun dan mengunjungi gedung-gedung tertinggi di dunia sedang menjamur. Tiap sebuah gedung tinggi dibangun, maka berita dan ilmu konstruksinya akan banyak dibahas di media massa. Dimulai dengan Sears Tower, Chicago pada tahun 1970-an, hingga Burj Khalifa, Dubai selesai tahun 2009 lalu, tak henti-hentinya para kontraktor bercita-cita membangun sebuah menara mungkin hingga ke batas atmosfir. Para pengunjung dibuat terkagum-kagum akan kerumitan konstruksi pencakar langit tersebut serta keluasan jelajah pemandangan dari puncak menara observasinya. Subhanallah, betapa besarnya milik Allah yang bisa dinikmati dari sudut pandang mata burung-burung atau ‘bird’s eye view’.


Singapore, 2008
Pertama kali menikmati pemandangan 'lewat mata burung' kualami saat kami berkunjung ke Singapore flyer, Singapore (dibuka pada tahun 2008). Ferries wheel atau kincir tertinggi di dunia (165m) dengan diameter wheel 150m berhasil mengalahkan London Eye, London yang dibuka pada tahun 2000 lalu. Tiket seharga SGD 26 per orang dapat diperoleh di counter tingkat bawah. Karena baru dibuka, jadi pengunjungnya masih sepi, sehingga aku dan hubby bisa langsung masuk tanpa menunggu lama di sana. Singapore flyer memiliki 28 kapsul yang dapat memuat 28 orang, berputar 360derajat dengan waktu tempuh satu putaran sekitar 1 jam.

Pemandangan yang kita lihat dari kapsul ini beragam, dari laut lepas, hutan ‘beton’ belantara, Marina Parade, dan racetrack Formula 1.



Mengamati pemandangan melalui kincir angin raksasa memang berbeda, karena kita dapat melihat secara bertahap seiring dengan pertambahan ketinggian. Saat kapsul yang kami tumpangi mencapai titik tertinggi, maka pemandangan yang kami amati lebih spektakuler, terutama saat melihat kapsul di depan meluncur turun perlahan.




Kuala Lumpur, 2008
Skybridge Petronas Twin Tower, satu-satunya tempat bagi pengunjung untuk mengamati pemandangan ala bird eye view paling tinggi di kota Kuala Lumpur. Skybridge terletak di ketinggian 170m di atas tanah, memiliki panjang 58m.



Untuk masuk ke Skybridge, kita dapat mengambil tiket gratis. Jangan dipikir kalau gratis terus langsung dapat masuk ke sana. Untuk antri, paling tidak kita menunggu sekitar satu jam. Saat mencapai counter, sudah nyaris pukul 11 pagi, dan kami baru dapat giliran mengunjungi pukul 3 sore. Tiap hari biasanya sekitar 1700 tiket masuk/orang diijinkan mengunjungi skybridge. Begitu mau masuk, kita juga menunggu sekitar 1-.15jam, untuk pemeriksaan keamanan yang sampai dua kali. Setelah sampai di Skybridge, kitapun cukup kelelahan, dan sayangnya karena Skybridge berada di antara dua menara, maka pemandangan kurang lepas.


Dari skybridge kita dapat melihat sekeliling kota Kuala Lumpur, terutama daerah sekitar Twin Tower. Kota dengan bangunan pencakar langit, taman besar di depan Twin Tower, serta hotel kami yang cukup jauhpun dapat dinikmati dari Skybridge ini. Karena kunjungan di Skybridge hanya maksimum 30 menit, sedang yang diamati juga terbatas, maka pengunjung hanya saling berfoto dan mengamati bangunan-bangunan tertentu di sekeliling menara.


Sydney, 2009
Pemandangan lebih lepas kami nikmati di Sydney Tower. Menara dengan ketinggian 305m ini dibangun pada tahun 1975 dan dibuka untuk umum pada tahun 1981.


Tiket masuk seharga $20, concession, sekalian menonton film 3D dan melihat diorama dapat dibeli di counter. Pemeriksaan masuk tower tidak berbelit-belit dan kita tidak diantar oleh siapapun, langsung masuk ke ruang observasi.


Kita dapat melihat kota Sydney dalam jangkauan 360derajat horizontal. Beberapa tempat yang telah kami kunjungi beberapa hari sebelumnya terlihat lebih menarik dari menara tinggi. Pemandangan Darling Harbour, jembatan Sydney Harbour Bridge, daerah Manly, termasuk airport dapat dilihat dari menara. Beberapa teropong tersedia untuk mengamati obyek lebih detail. Aku menikmati pemandangan berbagai bangunan tinggi di sekitar menara hingga pantai dan teluk di bagian utara kota Sydney.


Shanghai, 2009
Di Shanghai ada tiga menara yang dapat kita kunjungi. Tetapi Pearl Oriental TV Tower menjadi pilihan awal kami. Dek observasi berada di ketinggian 468m, jika dilihat di foto, yaitu di mutiara paling atas. Tiket dapat dibeli di mana saja, apa di terowongan Bund atau di depan Tower. Tiket seharga RMB 97 untuk semua akses hingga ruang observasi tertinggi. Kami diantar oleh mbak pemandu yang keren-keren menuju lantai teratas.


Pemandangan di sekeliling meliputi semua daerah Bund, beberapa tempat di sekitar sungai Huangpu, dan kota Shanghai di bawahnya. Di dinding atas ruangan, dipasang informasi arah dan kota-kota besar di Cina, lengkap dengan jaraknya dari menara Pearl. Karena Shanghai sangat besar, maka perlu waktu cukup lama juga untuk mengamati tiap sudut kota. Shanghai lebih padat, luas, ramai dengan udara cukup mendung. Mendung bukan karena mau hujan, tetapi karena tingkat polusi udara yang sangat tinggi.


Setelah puas mengitari observasi area, kami diarahkan menuju tingkat bawah. Ternyata, ini tempat uji nyali beneran! Deck dibuat dari kaca tebal, tempat orang berjalan mengitari sambil mengamati pemandangan di bawah. Bukan main, rasanya! Reaksi pengunjung bermacam-macam, ada yang dengan santai malah duduk mengamati, ada yang bergandengan dengan istri atau suami, ada yang berlagak fashion show, ada yang jingkat-jingkat takut jatuh, juga ada yang teriak-teriak histeris saat ditarik berjalan di atasnya. Aku hanya berani berjalan di tepi sambil memanggil-manggil hubby yang excited mencoba berjalan di sana. Bagi yang takut ketinggian, mending bagian ini di-skip saja. Selain pemandangan di bawah begitu jelas terlihat, kami juga kuatir-kuatir dikit... soalnya kan, menara ini ‘made in China’, gurau kami berdua sambil berdebar-debar mencari tempat berpegang, karena adrenalin jadi naik saat berada di tempat paling ‘ga nyangka’ ini.




Menara kedua yang kami kunjungi, adalah menara dengan ruang observasi tertinggi di dunia (474m) bahkan setelah Burj Khalifa (828m), Dubai dibuka pada tahun 2010. Ruang observasi Burj Khalifa terletak di ketinggian 442m. Bentuk SWFC (Shanghai World Financial Centre) memang mengadopsi bangunan persegi yang stabilitasnya tinggi. Pintarnya, daerah observasi diletakkan di level paling atas sehingga jadi tempat paling tinggi di dunia (hingga saat ini) untuk mengamati pemandangan kota Shanghai yang menakjubkan.


Tiket masuk sekitar RMB100 per orang. Pengawasan cukup ketat tapi antrian tidak terlalu panjang dan bertele-tele. Kita diantar ke ruangan gelap untuk presentasi sistem keamanan gedung dengan ilustrasi modern menggunakan cubicle kaca sebagai sumber iluminasi cahaya. Berbagai huruf yang dibentuk oleh lampu membantu narrator menyampaikan ucapan selamat datang dan panduang keamanan. Karena kami datang pada tanggal 31 Oktober, jadi di tengah cubicle kaca itu dipasang labu, witch, yang ga jelas hubungannya apa dengan tradisi di Cina. Kemudian kami boleh naik lift dengan kecepatan yang tak pernah kurasakan sebelumnya hingga tiba di puncak gedung, yaitu observasi area. Di sana kami langsung masuk ke ruangan panjang seperti Skybridge di Petronas Tower. Pengunjung dapat merasakan bulu roma berdiri (goosebumps) saat melewati ubin kaca di lantai.


Sama merindingnya saat mendekat ke dinding bangunan yang transparan. Kita dapat melihat Pearl Oriental TV Tower dan Jin Mao Tower, salah satu bangunan tertinggi lainnya di Shanghai. Semuanya terlihat lebih rendah dan kecil. Dari sini pemandangan arah Timur dan Barat Shanghai dapat diamati. Puluhan ribu rumah dan bangunan apartment tersusun rapi di daerah Pudong baru. Walaupun kita tidak dapat mengamati Shanghai 360derajat, tetapi kita cukup senang melihat betapa luasnya Shanghai, metropolitan di negara dengan manusia terbanyak di dunia secara bird’s eye.


Perth,

Alhamdulillah, ya Allah, terima kasih karena telah memberikan kesempatan bagiku untuk melaksanakan perjalanan-perjalanan tersebut.


Next destination?