theeword.co.uk |
Terowongan Channel yang membentang dari Folkestone ke
Pas-de-Calais, terdiri tiga terowongan dengan panjang 50km. Satu terowongan
untuk Eurotunnel, terowongan kedua untuk Eurostar dan yang ketiga untuk
Emergency Exit. Channel Tunnel terletak sekitar 250m di bawah laut, dan
terkenal sebagai ‘salah satu keajaiban dalam dunia modern’.
Hal ini tidak
mengherankan, karena terowongan ini dibangun dengan mengebor dasar laut
berkapur dan pembangunannya sendiri menelan biaya GBP 4650 juta atau setara 700
kali biaya yang dibutuhkan untuk membuat Golden Gate Bridge di San Fransisco,
Amerika. Pembangunannya pun dibagi dua
oleh negara Inggris dan Perancis. Keduanya sepakat menggunakan teknologi
masing-masing dan bertemu di tengah terowongan.
Berdasarkan kondisi geologi, kapur yang terdapat di dasar
laut tersebut sangat menunjang pembuatan terowongan. Kapur yang ditemukan
lunak, tetapi kuat, mudah digali dan bisa mendukung konstruksi walaupun tanpa
dinding penahan. Kondisi yang 80% lebih dari kapur tersebut membuat kondisi di
sekelilingnya ‘anti air’. Selain itu, lapisan kapur tersebut cukup tebal untuk
menahan dinding terowongan yang dibuat dari beton pracetak.
un.museum.org |
Tadinya aku punya imajinasi bahwa bus kami akan melewati
Channel Tunnel seperti memasuki terowongan biasa di daratan. Lewat dinding atau
jendela di terowongan, kita bisa melihat ikan-ikan di dasar laut. Begitu masuk
ke sana, barulah aku geli sendiri, karena imajinasi itu cocoknya untuk seorang
murid TK ketimbang mahasiswa S2. Rupanya Channel Tunnel dibangun jauh di bawah
dasar batuan laut yang keras. Bukan seperti di film ‘Tunnel’ dengan pemeran
Sylvester Stallone itu!
Well, back to fasilitas yang kuceritakan tadi. Aku melihat
beberapa gerbong berwarna tembaga seperti kompartemen khusus di atas rel kereta
api. Kabel-kabel listrik berwarna putih tersusun rapi di gerbong. Bus kami
berhenti di depan antrian panjang dekat gerbong. Tadinya kupikir para penumpang
akan naik gerbong tersebut dan kendaraan dibawa oleh sopir.
myopera.com |
Ternyata, satu demi
satu kendaraan di depan kami memasuki gerbong-gerbong warna tembaga tersebut
dengan hati-hati. Begitu bus kami mendapatkan giliran untuk masuk, aku takjub
melihat suasana di dalam gerbong yang lain dari perkiraan semula. Gerbong
tembaga itu benar-benar seperti penjara! Beberapa kendaraan dipisahkan oleh
pintu kaca yang otomatis tertutup saat kereta mulai berjalan. Pintu-pintu itu
seperti memisahkan gerbong menjadi beberapa bagian demi keselamatan penumpang
dan kendaraan di dalamnya. Rupanya kereta ini yang disebut dengan Eurotunnel,
yaitu kereta untuk membawa kendaraan dalam gerbong. Eurotunnel dioperasikan
selama 24 jam setiap hari.
Saat kereta mulai berjalan, perasaan aneh sempat melandaku. Penumpang
tidak dapat melihat apapun di luar gerbong kecuali dinding terowongan yang
disinari lampu temaram lewat jendela kecil. Penumpangpun tidak dapat berbuat
apa-apa dan tidak ada tempat untuk duduk di gerbong. Orang-orang turun dari
kendaraan mereka hanya untuk berjalan-jalan di dalam gerbong. Selama
perjalanan, televisi di tiap gerbong memutar sejarah dan teknik konstruksi
Channel Tunnel. Ketika gerbong melewati titik terdalam, sekitar 165m di bawah
laut, telingaku terasa kurang nyaman, persis seperti saat terjadi perbedaan tekanan di ketinggian. Tetapi rasa itu cepat berganti, apalagi setelah mengetahui
Eurotunnel telah memasuki wilayah Perancis.
Pengalaman masuk Channel Tunnel itu memang patut dikenang. Sebagai
seseorang yang mengetahui ilmu Teknik Sipil, maka pengalaman berada di Tunnel
legendaris tersebut sangat menyenangkan. Hal itu tentu tidak akan terwujud
tanpa sebuah cita-cita besar Albert Mathieu
pada 1802 yang menginginkan prajurit Perancis dapat masuk ke Inggris
secara diam-diam lewat terowongan di bawah laut. Ia yang tak pernah mengetahui
teknologi pembangunan terowongan yang tepat saat itu, pastilah sangat bersuka
cita kalau mengetahui bahwa 150 tahun kemudian impiannya telah tercapai. Tetapi
Tunnel di masa depan ini tidak digunakan untuk maksud perang sepihak saja,
karena tanpa kerja sama Inggris dan Perancis, maka Tunnel itu tidak akan pernah
terwujud.
Pekanbaru,
to be continued to Part 4
No comments:
Post a Comment