Orang-orang punya pilihan dalam merayakan hari ulang
tahunnya. Some of them, memilih bersama keluarga dan anak-anak mengadakan
piknik dan pesta. But, some of them, tidak takut menikmati hari ultah mereka sendirian.
Mereka tetap beraktivitas seperti biasa dan memilih a very quiet ‘me’ time
untuk berkontemplasi. Aku salah satu orang yang memilih ketenangan seperti ini~
bahkan kalau perlu melupakannya…
Soal ultah, well, orang tuaku tidak pernah merayakannya besar-besaran
untuk tiap anak. Mungkin sesekali ada momen yang mereka rayakan untuk
adik-adik, tapi sepertinya ini bukan kebiasaan keluarga kami. Beberapa teman
sangat menikmati pesta-pesta ultah yang disiapkan oleh orang tua mereka. Pada
hari itu, kami diundang untuk makan malam menyenangkan di rumah yang telah
ditata indah. Teman memakai pakaian tercantiknya memandang kami dengan
sumringah. Tumpukan kado-kado dan… oh, kue tart besar yang cukup untuk semua
orang terletak dengan manisnya di tengah ruangan. And, the hell was begun… saat
kue telah dipotong dan musik dinyalakan… .
Sejak kuliah aku tidak terlalu mempersoalkan bagaimana cara
menyambutnya. Ada acara makan-makan atau jalan-jalan bareng teman. Tetapi, lama-lama
aku malah tidak melakukan aktivitas apapun, bahkan memilih untuk diam-diam
merayakannya sendiri. Aku suka risih berada di antara teman-teman yang khusus
datang mengucapkan selamat dan bersikap manis padaku hari itu. Manis karena…
aku sedang ultah. Kalau boleh memilih, aku lebih suka kalau mereka selalu
bersikap manis seperti itu, bukan di hari ultah saja.
So, apa yang kulakukan saat hari ulang tahun? Aku lebih
banyak duduk diam-diam menuliskan muhasabah atau rencana-rencanaku di masa
depan. Mungkin aku akan mengutak-utik beberapa jadwal yang belum kukerjakan
tahun lalu. Tidak jarang aku hanya jalan-jalan berkeliling sebuah tempat sambil
cuci mata. Kadang makan-makan bareng ortu dan adik-adik di rumah dengan masakan
buatan mama. Semua diselingi acara membalas sms atau email dari teman-teman
yang ingat ultahku. Karena, again, ultah bagiku sangat personal dan pribadi
sifatnya. Kuingin hanya untuk diriku dan
orang-orang terdekatku saja.
Btw, saking sibuknya dengan studi saat ultah beberapa tahun
lalu, aku sampai lupa berapa umurku tahun ini. Serius! Aku baru tahu kalau
tahun ini umurku …th (disensor yah), lebih muda satu tahun dari yang kuperkirakan!
What a superb discount! Meski lupa umurku, aku tidak lupa lho, untuk bertingkah
laku sesuai umur, yah minimal sedikit lebih jaim, karena after 35yo sudah masuk
kategori tante-tante kan.
Lagipula, ternyata ada faktor lain yang membuat diriku bisa
lupa usia sendiri. Yang jelas, bukan karena sudah tua. Tetapi, karena
sebenarnya ada lho yang disebut ‘umur biologis’? Itu lho, umur sel-sel tubuh
kita yang berkaitan erat dengan kesehatan fisik dan mental. Umur faktual boleh
muda, tapi umur fisk yang tidak dijaga bisa lebih tua dari sebenarnya. Jadi, jangan
heran, kalau ada orang yang usianya baru 35 tahun, tapi sudah seperti 45 tahun,
atau, kalau misalnya umurku sekarang 40 tahun, tapi umur biologisku 30 tahun,
wouldn’t it be nice?
Nah, jadi tahu kan sekarang, kenapa aku sering melupakan
umurku sendiri? Soalnya, kalau bertemu orang-orang, apalagi saat berada di luar
negeri, mereka kerap menyangka kalau umurku belum lagi 30 tahun. Meski salah, tentu
saja aku menerima hal itu dengan senang hati. Artinya, usia faktual memang
tidak perlu dirayakan, karena usia biologis lebih menyenangkan untuk diingat-ingat.
Hehe…
Pekanbaru,
Sedikit kontemplasi di ultahku hari ini dengan kue ultah
dari Bank Syariah Mandiri, hehe…
No comments:
Post a Comment