crippencartoons.co.uk |
Day 1, 16 Juni 2000,
It was the D-Day! Pagi-pagi sekali, aku, mbak S, kak T dan
kak A, dua teman kami dari Malaysia, siap menunggu bis wisata yang akan membawa
kami ke Perancis. Kami menunggu selama 2 jam di sebuah taman dekat kompleks
perumahan. Aku sampai bisa mengarang sebuah cerpen saking lamanya menunggu di
situ! Ceritanya menggunakan setting rumah khas Inggris dengan pohon rindang di
depan rumah. Mawar-mawar putih bergerombol memenuhi halaman. Lewat jendela
besar yang mengarah ke jalan, orang bisa melihat betapa rapinya rumah tersebut.
Maklum, hanya dihuni oleh dua orang tua… orang tua… zzz…
Sebuah bus besar berwarna hijau tua berhenti di depan kami.
Seorang supir tua berpakaian rapi dan mengenakan kaca mata hitam keluar dari
bus. Kami langsung menghampirinya sambil menunjukkan tanda terima booking tour.
Ia mengangguk, lalu menunjukkan di mana kami bisa meletakkan koper dan tas di
tempat barang. Kemudian kami berempat naik ke dalam bus, berharap bisa
melanjutkan lamunan atau kantuk yang sedari tadi menyerang.
Tapi sayangnya, tempat duduk terbaik telah diambil semua
oleh peserta tour! Kami mendapatkan tempat duduk paling belakang, tanpa kursi
yang bisa disetel. Hoaaa… aku sempat shock dan tidak terima lho. Tapi mau
bagaimana lagi. Lebih dari 90% populasi bus ini adalah orang-orang tua. Tidak
heran kalau kami yang muda ini harus duduk di bangku paling tak nyaman selama 8
-9 jam perjalanan tersebut. Setelah beberapa jam, barulah aku bisa menerima
kenyataan dan mulai bisa menyesuaikan diri dengan posisi tidur yang enak di bangku
keras itu. Yah, sesuai budgetlah, kan cuman 60GBP!
Rute menuju British Terminal di Folkestone, Kent, dari Manchester
melewati Chester Rd, lalu masuk M6 menuju Birmingham. Kami melewati kota-kota
seperti Northampton, Dartford, Ashford, untuk sampai di Folkestone. Folkestone
merupakan titik awal penyeberangan Channel Tunnel dari sisi Inggris, ke Pas-de-Calais,
Calais, daratan Utara Perancis. Sepanjang jalan di daerah Kent tersebut, kami
melihat beberapa kastil besar yang lengkap dengan kolam dan kebun indah.
Mungkin seperti itu ya, rumah Mr Darcy of Pemberley~ di Jane Austen (wink!). Apalagi
saat itu sudah awal musim panas, sehingga pemandangan di antara taman-taman bergaya
Inggris tersebut terlihat sangat dramatis.
Setibanya di Folkestone,
aku terkejut karena tidak pernah mengira kalau penyeberangan dengan
Channel Tunnel tersebut ditata dengan sangat serius. Pengamanannya sangat
ketat, seolah-olah kami akan memasuki kawasan perang. Berhubung di dalam bus
itu hanya ada empat orang berpaspor asing, maka bis harus dihentikan untuk pemeriksaan. Sebenarnya ada dua orang yang
paspornya sangat perlu diperiksa untuk masuk Perancis, siapa lagi kalau bukan~ diriku dan mbak S. Prosesnya tidak lama, karena hanya ada
empat paspor asing yang perlu diperlihatkan kepada petugas imigrasi. Sebuah
bangunan dengan struktur tenda berfungsi menjadi terminal keberangkatan. Di
balik bangunan besar itu, aku nyaris terbelalak melihat fasilitas yang disediakan untuk menyeberangi Channel Tunnel!
Pekanbaru
(to be continued to Part 3)
No comments:
Post a Comment