Aku ingin mengunjungi tempat ini karena menyukai poster-poster berlabel Art Gallery of New South Wales yang tergantung di dinding kampus IALF Jakarta. Poster-poster tersebut umumnya menggambarkan lukisan asli khas aborigin (lazim disebut 'dotcom') atau gambar kumpulan titik-titik dan garis yang mencoba menceritakan sebuah kisah.
Art Gallery NSW terletak di depan Royal Botanical Garden, Sydney. Bagian depan bangunan dengan susunan pillar yang besar-besar seperti bangunan heritage mengingatkanku pada nuansa bangunan di Eropa. Saking terpesonanya dengan tempat yang sangat ingin kukunjungi itu, akupun nyaris ditabrak mobil saat mencoba memotret bangunan kokoh tadi sambil menyeberang jalan!
Bapak resepsionis berseragam dengan gesture ala conventional butler tersenyum ramah melihat aku dan hubby datang menghampirinya. Mesti nitip tas ya, pak? Could we bring our camera? Yes, you can, enjoy the gallery! katanya ramah. Asik, bisa berfoto-foto di dalam art gallery. Sungguh berbeda tempat ini dengan Western Australia Art Gallery. Para security sempat membuntuti kami dengan curiga karena main jepret-jepretan di depan lukisan dan kerajinan.
Modern Gallery banyak menampilkan lukisan karya abad 20 yang lebih kaya corak dan temanya. Lukisan berikut karya David Hockney (A closer winter tunnel) melukiskan tanah Yorkshire dalam enam lukisan terpisah. Menurutku, lukisan ini membuat kita seperti melihat pemandangan dari balik kamera. ‘Camera obscura’ adalah gaya lukisan Hockney untuk menampilkan pemandangan secara spatial, cara yang tidak dapat ditampilkan oleh kamera sebelum abad 20.
Karya seni ini terpajang di depan Contemporary Gallery. Menarik bukan, tangga terlipat sedikit seperti sehelai syal yang jatuh di lantai? Bayangkan berapa paku yang dipakai untuk menyangga tangga itu di sana, ck ck ck... Karya seni kontemporer berarti dibuat dengan energi, imajinasi dan eksperimen. Pantaslah kalau teknologi dan semangat manusia dapat menghasilkan karya-karya dalam skala besar, yang sering tidak terbayangkan oleh kita. Karya tersebut dibuat oleh Anselm Kiefer dengan judul Von den Verloerenen geruhrt, dieder Glaube nicht trug, erwachen die Trommeln im Fluss atau the drums in the river came alive, beaten by the lost ones, who were not supported by faith. Btw, aku ga nyangka yang dimaksud pembuatnya tangga itu adalah jembatan runtuh karena kepastian dan kegembiraan dunia berikutnya. Hmm, tetapi aku lebih tertarik pada aspek engineering-nya. Maksudku, gimana caranya benda tidak teratur itu dapat dipasang dengan stabil di dinding, tangga bekas bangunan mana yang diambilnya ataupun aspek metode konstruksinya~ gimana cara masang tangga itu dengan seimbang di dinding, hehe...
Siapa bilang batu-batu ini disusun karena kurang pajangan? Anish Kapoor (Void Field) sang artis menginginkan kita untuk berpikir bahwa lubang dalam batu-batu tersusun tersebut sebenarnya sama sekali bukan ‘sebuah tempat kosong’. Kita mesti berimajinasi, kira-kira ruang kosong itu sebenarnya berisi apa? Konsep yang ngebingungin (termasuk saat aku menerjemahkan kata-kata Anish Kapoor dari buku panduan ini). Empat batu yang memiliki warna dan tekstur berbeda kelihatan kokoh dan padat. Tapi sebenarnya harus ada ruang, tempat batu yang benar-benar keras berada. Mungkin lubang gelap itu diibaratkan Anish adalah batu yang super keras tadi. Anyway, just get out from here before semakin puyeng.
Beberapa contoh pajangan di Art Gallery yang sempat kami potret.
Art Gallery berumur 139 tahun ini telah menjadi tempat yang dicita-citakan para pendirinya dahulu. Tempat untuk menonton film, mendengarkan kuliah, konser, atraksi seni, tempat untuk bertemu teman, belajar seni maupun tempat pameran kerajinan tertentu. Pendeknya, Art Gallery, atau ‘museum seni’ telah menjadi tempat untuk mencari pengalaman dan inspirasi melalui koleksi karya-karya seni di dalamnya. Btw, aku malah sempat ketemu teman dari Unimelb, di depan pintu masuk. Padahal baru aja kemaren kenalan di Conference. Memang Art Gallery bisa jadi tempat ketemuan, apalagi yang ga janjian gini!
Setelah memutuskan untuk lebih selektif dan tidak mengunjungi galeri Asia dan Aboriginal, aku langsung ke AG Shop membeli souvenir sebiji-dua biji poster berlabel Art Gallery NSW untuk di rumah. Setelah setengah jam mencari-cari poster idaman, aku dengan senang hati keluar gedung membawa tabung poster berisi dua macam gambar. Yang pertama, poster bergambar lukisan Aborigin dotcom, yang kedua, poster pameran seni Islam.
Sebelumnya, aku dapati si peminat Art Gallery (atau tak minat?) duduk terkapar dengan manis di depan instalasi baling-baling kapal terbang menunggu istri yang tak kunjung datang dari 'cuci mata'.
Anyway, that was a good trip! Thank's hubby for waiting for me, hiks!
Perth,
September 21, 2009
Next destination, is the Art Gallery of New South Wales.
Art Gallery NSW terletak di depan Royal Botanical Garden, Sydney. Bagian depan bangunan dengan susunan pillar yang besar-besar seperti bangunan heritage mengingatkanku pada nuansa bangunan di Eropa. Saking terpesonanya dengan tempat yang sangat ingin kukunjungi itu, akupun nyaris ditabrak mobil saat mencoba memotret bangunan kokoh tadi sambil menyeberang jalan!
Bapak resepsionis berseragam dengan gesture ala conventional butler tersenyum ramah melihat aku dan hubby datang menghampirinya. Mesti nitip tas ya, pak? Could we bring our camera? Yes, you can, enjoy the gallery! katanya ramah. Asik, bisa berfoto-foto di dalam art gallery. Sungguh berbeda tempat ini dengan Western Australia Art Gallery. Para security sempat membuntuti kami dengan curiga karena main jepret-jepretan di depan lukisan dan kerajinan.
Art Gallery NSW dibangun pada tahun 1871. Tujuan awalnya untuk mempromosikan fine art melalui kuliah, kelas art serta pameran art. Awalnya Art Gallery ini tidak mampu membeli lukisan apapun termasuk lukisan cat air. Setelah dibentuk semacam badan pengurus, pemerintah memberikan dana untuk membeli lukisan sebesar 500 poundsterling. Secara bertahap, Art Gallery membeli lukisan-lukisan artis lokal hingga lukisan-lukisan berukuran besar karya artis Eropa dengan dana seadanya ataupun sumbangan para pencinta seni.
Bangunan besar ini memiliki tiga basement dan satu lantai atas. Lima area dibagi untuk memajang koleksi art, yaitu Yiribana (koleksi Aboriginal dan Torres Strait Islander), Old Courts (koleksi artis Eropa dan Eropa-Australia pre 20th century), Modern gallery, Contemporary Art gallery dan The Asian collections.
Obyek pertama yang mencuri perhatianku adalah piano bersusun di depan Old Courts.
Kami memasuki Old Courts untuk melihat koleksi lukisan yang umumnya bergaya natural. Ruangan ini mengingatkan aku pada sebuah ruangan besar di Versailles Palace penuh dengan lukisan menggambarkan Revolusi Perancis dan perang Inggris-Perancis. Lukisan favoritku dan hubby umumnya tentang landscape, alam, hewan dan tanaman. Mungkin lukisan WC Piguenit (The flood in the Darling 1890) menggambarkan langit dan genangan air saat banjir di sungai Murray Darling adalah lukisan yang paling indah bagiku.
Modern Gallery banyak menampilkan lukisan karya abad 20 yang lebih kaya corak dan temanya. Lukisan berikut karya David Hockney (A closer winter tunnel) melukiskan tanah Yorkshire dalam enam lukisan terpisah. Menurutku, lukisan ini membuat kita seperti melihat pemandangan dari balik kamera. ‘Camera obscura’ adalah gaya lukisan Hockney untuk menampilkan pemandangan secara spatial, cara yang tidak dapat ditampilkan oleh kamera sebelum abad 20.
Karya seni ini terpajang di depan Contemporary Gallery. Menarik bukan, tangga terlipat sedikit seperti sehelai syal yang jatuh di lantai? Bayangkan berapa paku yang dipakai untuk menyangga tangga itu di sana, ck ck ck... Karya seni kontemporer berarti dibuat dengan energi, imajinasi dan eksperimen. Pantaslah kalau teknologi dan semangat manusia dapat menghasilkan karya-karya dalam skala besar, yang sering tidak terbayangkan oleh kita. Karya tersebut dibuat oleh Anselm Kiefer dengan judul Von den Verloerenen geruhrt, dieder Glaube nicht trug, erwachen die Trommeln im Fluss atau the drums in the river came alive, beaten by the lost ones, who were not supported by faith. Btw, aku ga nyangka yang dimaksud pembuatnya tangga itu adalah jembatan runtuh karena kepastian dan kegembiraan dunia berikutnya. Hmm, tetapi aku lebih tertarik pada aspek engineering-nya. Maksudku, gimana caranya benda tidak teratur itu dapat dipasang dengan stabil di dinding, tangga bekas bangunan mana yang diambilnya ataupun aspek metode konstruksinya~ gimana cara masang tangga itu dengan seimbang di dinding, hehe...
Siapa bilang batu-batu ini disusun karena kurang pajangan? Anish Kapoor (Void Field) sang artis menginginkan kita untuk berpikir bahwa lubang dalam batu-batu tersusun tersebut sebenarnya sama sekali bukan ‘sebuah tempat kosong’. Kita mesti berimajinasi, kira-kira ruang kosong itu sebenarnya berisi apa? Konsep yang ngebingungin (termasuk saat aku menerjemahkan kata-kata Anish Kapoor dari buku panduan ini). Empat batu yang memiliki warna dan tekstur berbeda kelihatan kokoh dan padat. Tapi sebenarnya harus ada ruang, tempat batu yang benar-benar keras berada. Mungkin lubang gelap itu diibaratkan Anish adalah batu yang super keras tadi. Anyway, just get out from here before semakin puyeng.
Beberapa contoh pajangan di Art Gallery yang sempat kami potret.
Art Gallery berumur 139 tahun ini telah menjadi tempat yang dicita-citakan para pendirinya dahulu. Tempat untuk menonton film, mendengarkan kuliah, konser, atraksi seni, tempat untuk bertemu teman, belajar seni maupun tempat pameran kerajinan tertentu. Pendeknya, Art Gallery, atau ‘museum seni’ telah menjadi tempat untuk mencari pengalaman dan inspirasi melalui koleksi karya-karya seni di dalamnya. Btw, aku malah sempat ketemu teman dari Unimelb, di depan pintu masuk. Padahal baru aja kemaren kenalan di Conference. Memang Art Gallery bisa jadi tempat ketemuan, apalagi yang ga janjian gini!
Setelah memutuskan untuk lebih selektif dan tidak mengunjungi galeri Asia dan Aboriginal, aku langsung ke AG Shop membeli souvenir sebiji-dua biji poster berlabel Art Gallery NSW untuk di rumah. Setelah setengah jam mencari-cari poster idaman, aku dengan senang hati keluar gedung membawa tabung poster berisi dua macam gambar. Yang pertama, poster bergambar lukisan Aborigin dotcom, yang kedua, poster pameran seni Islam.
Sebelumnya, aku dapati si peminat Art Gallery (atau tak minat?) duduk terkapar dengan manis di depan instalasi baling-baling kapal terbang menunggu istri yang tak kunjung datang dari 'cuci mata'.
Anyway, that was a good trip! Thank's hubby for waiting for me, hiks!
Perth,
Source: Art Gallery of New South Wales, Highlights from the collection (Edmund Capon, 2008)