Saturday, August 16, 2008

Makanan kita



Ini cerita tentang makanan Indonesia kita di sini.

Saya pikir bule ga doyan nasi. Tak taunya di Australia ini, banyak juga bule yang makanan pokoknya juga nasi dengan menu lauk kurang lebih seperti makanan kita. Saya lihat di beberapa rumah OZ (baca: ouwzie = bule Australia) mereka memiliki rice cooker. Ternyata mereka memang mengkombinasikan makanan sehari-hari dengan nasi dan kentang/roti. Beras jadi makanan yang paling mudah ditemukan di mana-mana. Bahkan di Deli (toko kecil dengan perumahan) yang mayoritas lebih banyak OZ penghuninya, tidak sulit menemukan beras. Saat ditanya kenapa suka nasi, mereka bilang, nasi itu bagus karena tinggi serat, kemudian menu pendampingnya lengkap karena ada protein dan sayuran.

Makanan favorit kita (pasti nih) yang juga disukai OZ, adalah mie goreng instant Indomie. Mereka menyebutnya "mee gowreng". Konon, katanya mie goreng Indomie super sedap. Mie goreng Indomie banyak dijual di Supermarket dan Deli. Saya pernah lihat beberapa student undergrad membawa bekal mie instant ini, yang dimasak di microwave kampus. Baunya yang memenuhi ruangan... sangat familiar dah!

Beberapa teman/dosen bule yang saya kenal sering menyatakan makanan favoritnya "nasi padang". Wih wih, hebat benar citarasa nasi padang, sampai orang bule di sini terkesan. Teman adik saya, seorang OZ, sangat menggemari rendang, sampai-sampai ketika ia diberi rendang oleh adik saya, ia berniat tidak akan mau membagi rendang itu dengan siapapun. Nasi padang dengan lauk berempah memang nikmat, apalagi untuk lidah mereka yang sangat welcome dengan masakan Asia.

Makanan Indonesia tidak sulit dicari di Perth. Tapi sekali makan, satu porsi lengkap sekitar $8 atau 65ribu rupiah. Kenapa masakan Indo lebih mahal dari fish and chips ($5) di kantin Fakultas? Jelas... karena rasanya yang lebih nikmat dengan aneka bumbu yang eksotik daripada rasa flat fish & chips. Selain bumbu-bumbu dapur orisinal untuk masakan Indo, kita juga bisa temukan tahu, tempe, terasi, teri. Jadi, wajarlah kalo saya rasa memang susah mau convert ke makanan western kalo bahan makanan oriental/Asia selalu tersedia.

Salah satu program tv di sini pernah menayangkan acara petualangan masak di Tasmania Island. Si presenter dengan berbunga-bunga memasak lobster dicampur saus raspberry (??? apa rasanya?) di hadapan seorang koki OZ di sebuah restoran. Oleh sang koki restoran, masakan itu dinilai cukup-lah. Terus saat giliran sang koki yang memasak, beliau cuman memanggang fillet ikan kakap, kemudian mengeluarkan pestle and mortar (baca: ulekan) untuk mengulek cabe, shrimp paste, bawang, etc. Kemudian saus berbau tajam itu dihidangkan dengan ikan yang dipanggangnya tadi.

"Ini baru delicacy... perfect" kata sang koki bule, sambil mencolek dipping yang baru selesai diuleknya.
”Memangnya pakai sausnya apa?” tanya si presenter.
"Sambal terasi..."
Hehehe...

2 comments:

Alina's Blog said...

Menginspirasi juga nih tulisannya.. Makanan padang memang lasuah kak.. Welcome back to blogspot. Semoga bisa jadi thesis pressure release.. Kok ga nulis tentang.. Prabir gitu? Hehe..

Monita Wibisono said...

Na' ja... Mr P perlu di ban dari blog kakak... hihihi...