Tuesday, December 22, 2009

So do you want to present your paper?


Kayak "So, you think you can dance" aja slogannya. Tahun ini sudah memasuki tahun ketiga aku bersekolah. Nah, aku sudah punya pengalaman beberapa kali presentasi paper di berbagai forum. Jujur aja, presentasi serius seperti ini baru pertama kali aku lakukan, ya saat sekolah ini. So, how did I cope?

Saat pertama kali presentasi aku ingin menyajikan sesuatu yang sederhana dan informatif. Karena isi riset baru cuma tentang teori, metodologi atau asumsi dan belum ada data bagus, jadi aku cuma isi power pointku dengan beberapa tabel, grafik dan foto. Berhubung English bukan bahasa ibuku, jadi tiap kali latihan aku pasti mengatakan hal yang sama dengan cara berbeda. Terus, selalu ada aja ide baru timbul, dan bikin aku tidak konsisten dengan kata-kataku. Tapi, senangnya, presentasiku dinilai sangat 'clear' dan menyenangkan oleh teman-teman peserta lain. Alurnya mudah dimengerti, isi tabelnyapun tidak ribet, serta penyampaiannya mungkin kelewat sederhana sehingga tidak sulit dipahami.

Ini membuatku lebih semangat memperbaiki diri. Aku mulai berkreasi dalam memperbaiki penyajian isi power point. Mulai dari hal-hal yang umum dulu sebagai latar belakang, baru ke hal-hal spesifik. Kalau perlu, permasalahan diberikan dalam bentuk pertanyaan sehingga audiens lebih mudah mengikuti pemikiran kita.

Sayangnya sudah berkali-kali presentasi, aku baru sadar dalam melakukan presentasi aku suka berbicara cepat-cepat. Ditambah lagi dengan bahasa Inggris yang harus kita gunakan, menambah rasa tidak nyaman ingin menuntaskan presentasi. Hal itu kukira membuat presentasiku tidak menarik karena kurang banyak pertanyaan atau tanggapan. Audiens barangkali 'lost' dalam presentasi yang sudah kusiapkan susah-payah tersebut.

Barulah saat presentasi ketiga, aku berusaha sebaik mungkin menggunakan strategi agar presentasiku menarik, mudah dicerna dan mengundang banyak pertanyaan dari audiens. Intinya, aku ingin bercerita tentang proses risetku hingga aku mendapatkan hasilnya. Bolak-balik aku membaca buku tentang presentasi, barulah aku mengerti apa yang harus kita lakukan. "Give the audience a take home message", yaitu sesuatu yang akan melekat di pikiran mereka selamanya setelah kita selesai presentasi.

Aku butuh waktu sebulan untuk membuat power point seprofesional mungkin, tanpa menggunakan latar belakang menyolok, huruf melayang-layang atau animasi. Kesan yang ingin kuberikan, adalah aku mengerjakan power point itu dengan matang dan benar-benar bersiap untuk memberikan presentasi. Aku memilih latar belakang berwarna putih dan menggunakan dua-tiga macam warna saja. Isi slide diatur sedemikian rupa, sehingga tidak terlalu besar, tidak terlalu ramai isinya dan tidak terlalu membosankan. Untuk menambah daya tarik, slide dihias dengan berbagai garis yagn memiliki berbagai ketebalan. Semua ditata seapik mungkin, jangan sampai terlihat penuh dan bikin bosan yang melihat. Di tiap slide, aku menaruh logo universitas/perusahaan di tiap halaman, dan logo konferensi di halaman depan.

Tabel yang penuh dengan angka atau huruf, sebaiknya ditampilkan saja semua, tetapi fokuskan pada huruf/angka yang ingin kita jelaskan. Maksudku, tebalkan warna deretan kolom yang ingin dijelaskan, sedang informasi yang lain diberi warna lebih terang yang masih dapat terbaca tetapi tidak mengganggu info utama kita. Grafikpun jangan sampai penuh sesak di dalam satu halaman. Satu grafik per halaman bagus, tetapi maksimum letakkan dua grafik per halaman jika diperlukan.

Bagian paling sulit adalah untuk mengatur alur presentasi. Introduction cukup 1-2 slide. Untuk melangkah ke bagian selanjutnya, gunakan pertanyaan-pertanyaan untuk membantu audiens supaya tetap 'alert' dalam mengikuti presentasi kita. Misalnya,
"Apa kelebihan beton A?"
"Bagaimana beton A dibuat?"

Jika permasalahan disajikan dalam bentuk pertanyaan-jawaban, maka audiens tidak akan merasa bosan mendengarkan kita. Mereka tentu akan bertanya-tanya sendiri, apakah jawaban dari pertanyaan tersebut?

Setelah power point lengkap, maka mulailah saat-saat belajar, latihan dan melancarkan presentasi kita.

Aku menggunakan teknik seperti ini. Aku membuat 'presentation script'. Semua yang ingin aku sampaikan, kubuat sedetail mungkin, mulai dari Ladies and Gentlemen.

Saat mengetik itu, aku baru tau isi kepalaku memang kosong:)
Jadi aku perlu membaca buku, paper atau kamus untuk melengkapi isinya. Isi 'presentation script' akan bertambah perlahan-lahan sejalan pengetahuan kita. Usahakan untuk membuatnya selengkap mungkin, karena kita toh tidak akan menghafalnya.

Saat presentation script selesai, maka kita bisa mulai berlatih. Kita akan kembali setiap saat ke script, dan kita senang, karena tiap kemungkinan pertanyaan telah kita antisipasi saat membuat skrip tersebut. Mungkin kita perlu berlatih 5-10 kali, barulah kita dapat mengingat apa saja yang harus kita terangkan kepada audience. Dengan begitu, kita tidak menyimpang dari apa yang ingin kita terangkan, dan pada saat bersamaan kita sudah sangat siap untuk memberikan presentasi yang sarat ilmu.

Perth,
Fiuh, presentation again?