Friday, July 15, 2011

Sun tan vs White


Di Perth, aku merasa lucu kalau ada orang yang mengatakan ‘You have a beautiful brown skin’. Beautiful? Kagak salah yaw? Apalagi kalau melihat mereka begitu tergila-gila berjemur supaya segosong diriku. Selain berjemur di pantai, sampai-sampai ada yang menyewa solarium, tempat tidur untuk ‘menggosongkan kulit’ di salon-salon agar mendapatkan ‘coklat yang cantik’ seperti kulitku itu. Hehe…


Menurut pengamatanku saat masih berada di UK, memiliki kulit coklat setelah berlibur seperti ukuran gengsi setelah liburan usai. Semakin coklat semakin jauh dan mahal lokasi liburan mereka. Pada saat itu, berlibur di negara-negara tropis masih sangat mahal, karena jumlah penerbangan dan harga tiket belum tentu terjangkau bagi semua orang. Kulit coklat rata tersebut mereka sukai karena identik dengan kondisi fisik yang sehat dan bugar. Oleh karena itu mereka berlomba-lomba berjemur atau melakukan tanning instant di salon untuk mendapatkan kulit coklat seperti kita, orang Asia.


Akan halnya di Australia, kami malah diwanti-wanti untuk tidak selalu terpapar sinar matahari, karena intensitas sinar Ultra Violet (UV) di Australia sudah melebihi batas aman. Beberapa kenalan dosen di kampusku sempat mengingatkan kami akan bahaya UV tersebut. Konon, waktu muda dahulu, para kakek-nenek yang sangat suka berjemur di musim panas, ketika tua mendapati diri mereka didiagnosa mengidap kanker kulit (melanoma). Sedikitnya dua diantara tiga orang Australia telah didiagnosa melanoma sebelum berusia 70 tahun. Penyakit ini disebabkan oleh gelombang UVA dan UVB saat matahari bersinar pada pukul 10 pagi sampai 4 sore.


Beberapa sumber menyebutkan telah didapati beberapa lubang ozone di benua Australia yang cukup besar dan akan terus membesar hingga kini. Hal ini disebabkan oleh tingginya pemakaian aerosol oleh penduduk bumi yang mengeluarkan senyawa CFC di udara. Senyawa dengan caranya sendiri terbang dan berkumpul di belahan bumi Selatan, lalu menipiskan lapisan ozon di daerah tersebut secara lambat-laun. Oleh karena itu, tidak heran, paparan UVA dan UVB di Australia dan belahan bumi Selatan benar-benar tinggi karena tidak tertahan oleh lapisan ozon secara sempurna.


Cara instan untuk mendapatkan kulit coklat adalah menggunakan solarium, atau tempat tidur pembuat tan (tan: kulit kecoklatan. Biasanya solarium digunakan untuk mendapatkan kulit coklat rata dan dioperasikan di gym atau salon tanpa izin khusus dari departemen kesehatan. Solarium termasuk barang berbahaya, karena energi yang dikeluarkan oleh solarium sebenarnya lima kali lipat dari sinar matahari biasa. Jika digunakan secara berlebihan, maka kulit akan cenderung terbakar dengan cepat dan resiko melanoma bisa lebih besar. Dalam kondisi normal, kulit mungkin hanya mengalami iritasi biasa seperti kering, gatal dan memerah. Disamping itu, sinar UVA dan UVB dalam solarium akan merusak kornea mata yang dapat mengarah pada kataraks dan kebutaan. Karena solarium begitu berbahaya, saat ini telah dikeluarkan peraturan yang membatasi penggunaan solarium secara komersial tanpa pengawasan. Seingatku, di UK dulu, solarium seperti ini dipakai dalam terapi sinar matahari bagi penderita depresi ‘gloomy weather’. Penderita depresi ini adalah orang-orang yang tidak memiliki uang untuk berlibur ke daerah tropis tetapi mengalami stress berada di udara dingin dan mendung terus-menerus.


Sedangkan di Asia, konsep ‘cantik itu kalau berkulit putih’ telah merusak konsep pemikiran mereka. Para wanita berlomba-lomba memutihkan kulit wajah dan tubuh mereka dengan berbagai cara. Dari cara tradisional seperti memakai bengkoang, suntik vitamin hingga menggunakan krim khusus untuk pemutih. Wajah putih bersih tak bernoda dianggap moda kecantikan baru bagi mereka. Padahal, penggunaan krim-krim pemutih dalam jangka panjang, bisa menyebabkan kerusakan ginjal maupun kanker akibat logam-logam berbahaya yang terdapat dalam krim tersebut. Belum lagi krim pemutih tak berizin produk suatu negara, dapat mengakibatkan lapisan kulit luar terkelupas habis sehingga malah tidak dapat menahan sinar matahari. Pada akhirnya, paparan UVA dan UVB secara langsung ke kulit akan menyebabkan kanker kulit seperti yang dialami para penggemar kulit coklat tadi.


Hal ini mengingatkanku bahwa manusia memang tidak pernah merasa sempurna dan mudah cemburu pada orang lain. Wanita Australia yang berkulit putih kemerah-merahan ingin memiliki kulit coklat seperti wanita Asia. Sedangkan wanita Asia malah tidak bersyukur dengan kondisi kulit gelapnya, berpikir bahwa kulit putih lebih cantik. Pada akhirnya, kedua belah pihak perlu merubah cara pandang mereka terhadap konsep warna kulit. Jika wanita Australia menyadari bahwa terlihat bugar bukan dari warna kulit coklat, maka wanita Indonesia juga perlu ingat bahwa cantik tidak identik dengan kulit putih. Wanita Australia tidak perlu berjemur seharian, mereka dapat menggunakan produk kecantikan dengan efek ‘tan’ yang berkilau. Sedang wanita Indonesia tidak perlu menggunakan produk pemutih, cukup menggunakan bedak dengan warna setingkat lebih terang agar kulit mereka terlihat cerah.

Pekanbaru.