Friday, September 16, 2011

Shanghai Museum



Shanghai, October 2009
Jika ingin melihat salah satu koleksi museum terbaik di dunia, datanglah ke Shanghai Museum. Museum yang terletak di pusat kota Shanghai (People’s Square) tersebut setidaknya dikunjungi oleh sekitar 5000 orang setiap harinya. Bisa jadi hal ini sebuah pertanda bahwa museum tersebut memiliki benda-benda bersejarah yang sangat berharga bagi bangsa Cina.

Shanghai Museum sebenarnya sudah ada sejak tahun 1952. Tetapi bangunan sekarang merupakan gedung baru yang selesai dibangun pada tahun 1996. Bangunan berlantai empat dengan warna dasar coklat terang tersebut dibangun selama 3 tahun. Berdasarkan mitologi bangsa Cina, bagian bawah gedung berbentuk empat persegi adalah melambangkan ‘bumi’, sedangkan bagian atap dibangun berbentuk lingkaran guna mewakili ‘langit’. Di depan pintu masuk, terdapat 8 patung hewan berukuran besar seperti naga dan singa, yang mungkin ditujukan untuk menjaga gedung museum tersebut.


Museum tersebut dibuka mulai pukul 9-5pm setiap hari tanpa ada pungutan biaya masuk. Begitu tiba di depan museum, aku sempat tercengang sendiri. Rasanya baru pukul 9.30 pagi, tetapi antrian pengunjung untuk masuk sangat panjang. Antrian tersebut tidak hanya didominasi oleh turis asing, tetapi juga masyarakat Cina sendiri. Setelah ikut berdiri dalam barisan, barulah aku tahu kalau antrian panjang itu juga disebabkan oleh pemeriksaan super ketat di pintu masuk. Berdasarkan brosur yang sempat kubaca, disebutkan juga kalau ‘museum dapat ditutup sewaktu-waktu jika jumlah pengunjung galeri dinilai melebihi kapasitas bangunan museum’. Baru kali ini aku membaca kalimat seperti itu dalam sebuah brosur museum: “closed if the galleries are overcrowded”. Kalau begitu keadaannya, ya tentunya wajar saja, karena Cina adalah negara dengan penduduk terbanyak di dunia!




Shanghai Museum mengoleksi hasil kebudayaan Cina yang telah berumur ribuan tahun lalu. Sekitar satu juta keping koleksi tersimpan di sebelas ruang galeri museum dengan penjagaan ketat. Dari jumlah sebanyak itu, sekitar 10%nya merupakan harta kekayaan negara Cina. Kesebelas galeri tersebut adalah galeri kerajinan perunggu kuno, lukisan, kaligrafi, pahatan kuno, jade kuno, koin Cina, galeri furnitur koleksi dinasti Ming dan Qing, stempel Cina dan galeri budaya bangsa minoritas Cina. Begitu mengetahui jumlah entitas dan galeri di sana, aku berharap kami dapat melihat koleksi fantastis yang tidak sama dengan koleksi barang-barang dari Cina di museum-museum negara lain.


Galeri dengan koleksi jade(giok) kuno yang pertama kali ingin kami (baca: aku) kunjungi. Ancient Chinese Jade Gallery tersebut memamerkan sekitar 300 keping jade yang beragam seperti senjata, hiasan, kepala ikat pinggang hingga penyangga mulut jenazah. Batu giok atau jade sebenarnya tidak hanya dikagumi karena keindahannya tetapi juga karena aura mistiknya. Tidak heran orang-orang kaya bangsa Cina sering menggunakan jade sebagai simbol kekayaan dan kekuasaan, sedangkan orang awam memilih jade sebagai perhiasan. Memiliki reputasi sebagai penghasil dan pengrajin jade sejak 7000 tahun yang lalu, di museum tersebut kita bisa melihat koleksi-koleksi jade berumur ribuan tahun yang sudah pasti bernilai tinggi. Penataan tiap ornament yang dipamerkan juga sangat dramatis. Ruangan dibiarkan remang-remang, sehingga keindahan tiap jade yang diletakkan dalam kotak kaca dengan penerangan secukupnya menggunakan fibre optics, lebih memukau.




Teknik pembuatan ornamen jade ditayangkan dalam bentuk film dokumenter yang diputar berulang-ulang di sudut ruang pameran. Melihat tipe ukiran dan detil yang sangat rapi, barulah aku mengerti mengapa jade bisa menjadi koleksi para hartawan. Para perajin dengan penuh kesabaran dan kecermatan akhirnya berhasil membuat ukiran rumit bercita rasa tinggi yang terlihat hidup di atas kepingan kecil batu jade. Sudah barang tentu, orang tidak akan pernah bosan mengamati berbagai bentuk, warna, hasil ukiran di batu jade tersebut. Apalagi jika kita mengetahui sejarah dan kisah dramatis di balik tiap keping jade peninggalan dinasti tertentu yang dipamerkan di sana. Akupun sebenarnya bertanya-tanya sendiri, cerita apa yang dimiliki sekeping ornamen favoritku berbentuk daun dan buah anggur yang dibuat pada masa dinasti Jin (1115-1234AD), serta ornamen lotus produksi dinasti Yuan (1271-1368 AD) berikut. Sayangnya aku tidak bisa mencuri dengar isi cerita pemandu tour yang ada di sana saat itu, karena ia menggunakan bahasa Jepang.




Setelah puas mengamati jade-jade mahal itu, kami mendatangi Chinese Coins Gallery di samping galeri jade. Koleksi ini tergolong koleksi terbaik, karena bangsa Cina termasuk salah satu bangsa di dunia yang paling awal menggunakan koin sebagai alat tukar . Tidak heran jika terdapat sekitar 7000 keping koin dari berbagai dinasti dapat dipamerkan di galeri itu. Tiap koin dapat menggambarkan sejarah perkembangan teknologi yang dikuasai oleh bangsa Cinad dari masa ke masa. Berbagai bentuk dan bahan dasar koin yang berbeda-beda itu sungguh menarik, meski diperlukan waktu sangat lama untuk dapat mengamati koin demi koin.




Koin yang digunakan oleh bangsa Cina pada masa ancient silk road juga dipamerkan secara khusus di museum tersebut. Koleksi bernilai tinggi ini sebenarnya sumbangan dari dua orang donator. Diantara ribuan koin tersebut, aku dan hubby sangat gembira menemukan bentuk koin yang sangat familiar dan sering digunakan sebagai uang dalam film-film kung fu tradisional!




Chinese Painting dan Chinese Calligraphy Gallery adalah tujuan kami yang berikutnya. Aku ingin melihat lukisan gaya Cina yang terlihat sederhana tetapi elegan dan sarat makna.




Lukisan gaya Cina harus dibuat menggunakan kuas, tangkai tinta, sutera dan kertas Xuan. Sekitar 120 buah lukisan-lukisan yang berasal dari dinasti Tang, Song, Yuan, Ming dan Qing dipamerkan secara berjejer di dalam kotak kaca setinggi dinding. Lukisan-lukisan tersebut masih tampak memukau jika diingat umur mereka yang sudah lebih dari ribuan tahun. Selain bertema pemandangan dan alam, aku sangat gembira bisa menemukan koleksi lukisan bunga-bunga (tetep!) seperti bunga peony, lotus dan lili. Sayangnya pengetahuan kami berdua tentang lukisan-lukisan masterpiece dari Cina benar-benar nol besar, sehingga sulit bagi kami untuk menentukan lukisan mana yang perlu diamati baik-baik dan diingat sejarahnya.



Galeri lain seperti Ancient Chinese Bronze Gallery dan Ming & Qing Furniture Gallery juga sempat kami kunjungi. Tempat itu penuh dengan 400 buah koleksi perunggu dari Chinese Bronze Age pada abad 18th BC hingga 3rd BC. Sedangkan di galeri furniture, berbagai furnitur dari dinasti Ming dan Qing yang elegan tetapi fungsional dipamerkan. Sebagai orang yang gemar bangun-rancang, aku ingin sekali berlama-lama mengamati gaya dan konsep rancang furniture tersebut. Tetapi sayangnya waktu sangat terbatas. Biasanya tempat-tempat seperti inilah menjadi sumber inspirasi bagi perancang produk furniture yang memiliki aliran klasik-kontemporer.




Saat menyusuri tangga untuk turun ke lantai bawah, aku merasa sedikit iri pada gedung museum yang ditata modern, bersih, luas dan memiliki fasilitas lengkap bagi pengunjung sungguh. Tidak kusangka negara Cina sudah mulai memperhatikan kepentingan publik yang ingin mengetahui sejarah dan kekayaan melalui koleksi museum. Seperti layaknya museum di negara Barat, tempat ini tidak hanya ditujukan untuk pameran, tetapi dilengkapi restoran, kafe, ruangan teh bergaya tradisional, toko yang menyediakan reproduksi barang antik, buku, lukisan bahkan money changer. Fasilitas ruangan Multimedia dan High Definition Graphics Hall yang ada memiliki perpustakaan audio video, rekaman kuliah umum dan buku mengenai koleksi museum. Malah kalau ingin mendapatkan informasi koleksi secara lengkap, maka kita dapat mengikuti free guided tour dan audio guide multilingual yang bisa didapatkan di meja informasi.




Aku sangat merekomendasikan museum yang memiliki koleksi barang-barang kekayaan bernilai tinggi ditunjang oleh sejarah dan kebudayaan bangsa Cina dengan peradaban tertua di dunia. Tempat ini membuktikan kalau bangsa Cina memang termasuk bangsa yang terampil sejak ribuan tahun silam. Tidaklah heran jika Nabi Muhammad SAW sampai pernah mendorong umat muslim untuk menuntut ilmu sampai ke negeri Cina.

Jadi, saat di Shanghai, jangan lewatkan koleksinya.

Pekanbaru,
Kenang-kenangan perjalanan di Shanghai, Cina.