Wednesday, February 6, 2013

Memaafkan, ikhlas dan move on


Hari itu aku seperti sudah jatuh, tertimpa tangga pula dan ditimpuk payung, oleh tiga orang berbeda. Bayangkan, dalam 12 jam, keteguhan mental diuji berulang-ulang oleh 3 (baca: tiga) orang yang cukup dekat denganku! Ada yang backstabbing, memarahi tanpa penjelasan, juga menunjukkan sikap putus asa. What a grief.

Sebuah latihan terus-menerus yang sangat penting dilakukan dalam hubungan dengan sesama manusia adalah ‘memaafkan dan ikhlas’. Semua mesti dilakukan agar kita bisa move on (move forward = maju ke depan) dan tidak terganggu dengan masalah tersebut selamanya.

Untuk bisa memaafkan, kita harus ingat bahwa tiap orang pasti punya kebaikan lain, meski dia sangat menyebalkan dalam satu hal. Seharusnya semua kebaikannya itu bisa menutupi kekurangannya di mata kita. Sebuah pelajaran penting telah dialami seorang teman yang sangat berpandangan negatif pada seorang rekannya. Rekan tersebut tidak pernah benar di matanya. Mungkin pernah ada rasa sakit hati, lalu menjadikan ia trauma setiap bertemu sang rekan. Ia baru menyesal saat rekan tersebut wafat dalam kondisi sakit parah. Ditambah itu, saat melayat barulah ia melihat sisi kehidupan keluarga rekannya yang cukup menyedihkan. Penyesalan datang terlambat. Andaikan ia tidak begitu keras pada sang rekan, tentu ia tidak merasa bersalah seperti itu seumur hidupnya.

Lalu setelah memaafkannya dengan mengingat kebaikan lain, kita mesti belajar ikhlas. Ikhlas kalau kita tidak dapat menyenangkan hati semua orang, kalau tidak dapat melakukan segala sesuatu dengan sempurna, kalau Allah yang lebih berkuasa menentukan apa-apa yang baik untuk kita. Pengalaman mengajarkan kalau terlalu ingin sesuatu, meski itu tak baik untuk diri, Allah tetap memberikan, dengan konsekwensi yang berat. Tetapi, kalau malah berlaku ikhlas saat sesuatu tak berjalan sebagaimana mestinya sambil tak berkeluh-kesah maka hal terbaik dan menjadikan jiwa tenang yang terjadi.

Kemudian, kita harus ‘move on’. Tidak melihat-lihat, mengukur-ukur, menimbang-nimbang atau meninjau ulang perasaan kita tentang sesuatu, saat membantu proses ini. Bulatkan tekad untuk tidak marah dan kecewa pada orang tersebut tanpa alasan yang jelas dan saintifik. Kemudian lakukan semuanya tanpa beban seperti mulai dari titik nol. Tetap ramah, membantu jika diperlukan dan tidak takut trauma kalau ia bersikap menyebalkan lagi. Mengapa? Karena kita telah dapat mengatur rasa kecil hati dan sakit hati berkat latihan memaafkan dan ikhlas. Niscaya kita tidak akan berlebihan lagi merespon orang tersebut karena telah memahami proses ini dan lebih kuat menghadapinya jika suatu hari ia mengecewakan lagi.

Hal-hal dunia tidak semestinya dianggap sesuatu yang besar sehingga kita murka dan kecewa jika tidak mendapatkannya. Coba mundur sejenak dari keadaan tak kondusif. Cari lingkungan kondusif lain untuk sementara, menjaga jarak dengan bijaksana, melakukan hal-hal positif dan inspiratif yang harus dikejar, sehingga kita tetap moving forward, bukan moving backward.

Pekanbaru,

No comments: