Thursday, June 12, 2014

Mengunjungi Otaru

Post ini adalah bagian dari perjalanan di Jepang yang kami lakukan September 2013 lalu.

Berhubung aku dan hubby tiba lebih awal satu hari di Sapporo, Hokkaido, kami ingin melakukan perjalanan ke tempat wisata yang tidak jauh dari kota besar Sapporo. Kami mengunjungi Otaru, sebuah kota kecil di barat daya Sapporo yang terkenal dengan kanalnya. Cerita tentang Otaru Canal secara singkat sudah kutulis di sini.

Pagi-pagi aku dan hubby sudah berangkat berjalan kaki menuju Sapporo Train Station. Stasiunnya tidak jauh dari rumah pak FH, tempat kami menginap sementara di Sapporo, sehingga berjalan kakipun masih tetap nyaman. Apalagi di tepi-tepi trotoar bunga-bunga musim panas banyak bertebaran mempercantik pemandangan.

Bunga-bunga musim panas di Sapporo
Kami ke kantor informasi turis untuk mendapatkan rute paling murah. Ternyata naik bus masih jauh lebih murah daripada naik kereta api. Stasiun bus terletak di samping stasiun kereta api, jadi masih bisa mengejar bus waktu tertentu. Tentu saja kami berdua ingin naik bus meski agak was-was apakah petunjuk tulisan pakai kanji, bayarnya di mana dan berapa farenya, atau supirnya tidak tahu bahasa Inggris samasekali! Sayang sekali dugaan kami salah. Petunjuk di stasiun sangat jelas dan hubby dengan cepat bisa mengetahui bus mana yang harus kami pilih. Tugasku hanya mengatakan ingin turun di dekat Otaru Canal dalam bahasa Inggris, lalu duduk manis di bus tanpa perlu memusingkan farenya terlebih dahulu. Ongkosnya dibayar pada saat akan turun bus. Mengapa? Karena ada alat penunjuk fare vs nama stasiun berikut:
Alat ini benar-benar praktis. Kalau kita naik dari stasiun 1, begitu turun di Otaru (misalnya stasiun 6), maka farenya akan terbaca, misalnya 590 yen.
Dua orang yang masih excited ini, berusaha menikmati pemandangan sebaik-baiknya. Apalagi aku yang suka tanaman, pohon, bunga, sangat menikmati sekali aneka tanaman negara empat musim dengan salju tebal di musim dingin ini. Paling banyak pohon Ginkgo Biloba, pohon maple dan bunga-bunga musim semi. Ketika melewati hutan di luar kota Sapporo, aku dan hubby langsung bernostalgia tentang pemandangan alam di film-film Voltus atau film-film kartun Jepang masa kecil kami. Semuanya sangat tepat menggambarkan suasana alam di film, termasuk kota di teluk Ishikary ini. Aku tidak bisa membayangkan keadaannya di musim dingin. Pasti penuh salju tebal dan suhu minus.
Ishikari Bay, kota teluk tempat seorang Profesor Beton dari Hokkaido melakukan tes long term perendaman beton di air laut.

Tidak sulit sebenarnya mencari Otaru Canal. Begitu masuk kota Otaru, sudah terdapat papan penunjuk Otaru Canal yang cukup besar. Kami memilih turun satu bus stop sebelum stasiun Otaru berhubung ada jembatan penyeberangan yang langsung mengarah ke Canal. Jalan ke Canal sendiri penuh dengan nuansa khas Jepang. Ada warung makan, rumah, toko, dan trotoar lebar. Kesannya bersih dan asri karena banyak bunga-bunga musim panas yang hanya bisa tumbuh di daerah dingin, misalnya hollylock dan morning glory biru muda!

Otaru kanal bukan satu-satunya atraksi menarik di kota Otaru. Tempat ini terkenal dengan industri kotak musik, pusat perdagangan dan restoran/kafe di bekas gudang penyimpanan barang yang telah direnovasi. Sebenarnya ada banyak museum menarik, tetapi kami hanya sempat mengunjungi Museum Keuangan untuk melihat sejarah perbankan dan keuangan di Jepang. 

Otaru Canal nan asri

Kanal yang terkenal ini telah dikurangi lebarnya dari ukuran semula. Fungsi kanal pada tahun 1920an adalah untuk transportasi batu bara dan produk laut untuk diekspor ke luar negeri. Gudang-gudang di tepi kanal merupakan tempat penyimpanan barang-barang perdagangan. Sejak pelabuhan Otaru dibuka, kanal tersebut tidak digunakan lagi. 

Pemerintah kota memutuskan untuk menutup kanal dan menjadikannya jalan raya, tetapi ditolak oleh masyarakat Otaru karena kanal tersebut merupakan 'heritage landmark', dan sudah menjadi bagian dari kehidupan mereka. Pemerintah hanya mengurangi lebarnya dan membersihkan kanal sehingga bisa digunakan untuk pariwisata. Turis juga bisa naik gondola atau boat untuk menyusuri kanal sambil menikmati pemandangan kota. 

Sama seperti turis lain, kami berdua sibuk memotret, berjalan kaki menyusuri bagian depan dan belakang kanal. Bagi turis yang malas berjalan kaki keliling, ada persewaan rickshaw ditarik oleh manusia. Para penarik rickshaw tersebut mengenakan tarif lumayan untuk waktu tertentu. Sedangkan kami berdua memutuskan untuk berjalan kaki saja karena tiap tempat jaraknya tidak terlalu jauh. Kami melihat museum music box dari jauh, memperhatikan warung makan sushi tanpa berani mencicipi (takut tidak halal), lalu mencari toilet dekat toko milik Japan Post. Ternyata toko itu menjual aneka souvenir seperti music box hasil karya perajin di Otaru. Cantik-cantik bentuk kotaknya, dan lagu-lagunya juga bagus-bagus. Agak aneh juga karena orang Jepang sepertinya suka sekali dengan musik sederhana dari music box.

Jenis-jenis music box yang dijual. Kecil-kecil tapi lucu dan harganya lumayan juga.

Oh well, setelah beberapa jam melihat tempat lain seperti museum perbankan dan rel kereta api historis, serta berbelanja buah-buahan musim panas seperti aprikot, kami berdua memutuskan untuk pulang ke Sapporo. Kali ini kami melewati jalan berbeda dari tempat kami datang dan langsung menuju stasiun bus Otaru. 

We do love our visit in Otaru:)

Pekanbaru,

No comments: