Thursday, April 23, 2009

Conference Trip


Salah satu bonus menarik bekerja sebagai seorang scientist/researcher (in my case, read: research student), ya, berangkat conference.

Sayangnya sebagai researcher dari Indonesia, kita jarang bisa mendapatkan delicacy seperti itu. Selain biaya pendaftaran yang mahal (sekitar USD300-400), kita juga masih perlu mencari biaya transportasi dan akomodasi. Jika kita top researcher, mungkin kita bisa mendapatkan fasilitas gratis, karena kita diundang sebagai Keynote Speaker.

Conference adalah tempat untuk meeting dan presenting hasil-hasil riset kita. Walaupun hasil riset mungkin kurang terdistribusi luas seperti paper jurnal, tapi kesempatan untuk mempromosikan hasil riset secara langsung dan lebih cepat bisa diakomodir forum seperti ini. Seperti promo buku yang baru kita tulis, tapi kita promo hasil riset kita.

Menurut Frederico & Tudor (my favorite book: Research Skills for Scientists), kita berangkat conference untuk:
a) mengiklankan riset kita dan mendapatkan feedback. Basically, untuk meyakinkan orang bahwa riset kita menarik dan feedback yang didapat bisa digunakan untuk menyempurnakan pekerjaan kita.
b) memperoleh ilmu-ilmu terbaru di bidang kita. Biasanya di conference, kita akan mendengarkan langsung dari first hand sources tentang ilmu-ilmu atau temuan terbaru.
c) mengembangkan network. Saat conference, biasanya ada beberapa top scientists yang diundang sebagai key note speakers. Dalam situasi lebih relax seperti conference, kita dapat langsung berbicara maupun berdiskusi dengan top scientists tersebut.

Tetapi, jika:
a) temuan kita kurang hot (kurang data dan analisis)
b) conferencenya cukup general, dihadiri oleh sedikit orang yang sama dengan bidang riset kita
c) orang-orang penting yang bisa dijadikan network tidak ada...
maka, kita tidak dianjurkan untuk datang.

Sebaiknya kita pilih-pilih conference yang spesifik, sesuai dengan bidang riset kita, sehingga lebih banyak peserta yang memberikan masukan karena satu bidang ilmu.

Persiapan mengikuti conference biasanya membutuhkan waktu sampai satu-dua tahun untuk conference bergengsi. Sedangkan untuk conference skala sedang kita butuh sekitar enam bulan sampai satu tahun. Biasanya kita mulai dengan mengirimkan abstrak artikel sekitar enam bulan atau setahun sebelum conference dimulai. Kemudian mereka akan menghubungi kita, menyatakan bahwa abstrak kita diterima. Setelah itu mulailah saat-saat berat sekitar tiga bulan untuk menulis artikel lengkap. Artikel tersebut dicek lagi oleh reviewer selama 1-2 bulan. Jika ada revisi, kita perlu merevisinya dan mengirim kembali. Begitulah, akhirnya, kalau diterima, kita siap tampil. Dalam kerepotan mengurus transportasi/akomodasi (bisa sebulan juga...) kita mesti mempersiapkan presentasi. Kadang perlu belajar kembali lebih detail, untuk mengantisipasi pertanyaan. Beberapa hari sebelum hari H, barulah kita berangkat ke tempat tujuan conference...

Conference biasanya diadakan di tempat-tempat wisata menarik atau kota-kota besar terkenal. Panitia conference biasanya memberikan tour gratis ke tempat-tempat menarik di sekitar kota peserta. So, semua jadi paham kan, kenapa conference trip adalah bonus menarik dari pekerjaan researcher. Setelah present paper, esoknya kita bisa jalan-jalan bareng, relax dan mengenal tempat yang kita kunjungi. Aku suka sekali liburan seperti ini... short, full of quality time... and quite free... hehehe...

Aku sudah pernah mempresentasikan paperku di conference. Hal yang paling membuatku terharu adalah... saat duduk di penerbangan yang membawaku ke negara tujuan dan... saat ikutan tour bersama teman-teman researcher yang hadir di conference itu. Kok terasa seperti 'wong penting' ya... se-bis dengan para famous Professor yang tulisannya cuman bisa dibaca di jurnal-jurnal keren. Mereka juga ga sombong dan mau foto bersama atau bahkan membantu memotretkan kita.

Dalam satu kesempatan aku bertemu dengan dua Professor keren nan lucu. Aku tertarik dengan kemampuan bahasa mereka. Yang satu dari Egypt, ngajar di Malaysia, dan satunya dari Algeria, researcher di Jepang. Kalo bicara biasa-biasa aja, mereka pake bahasa Inggris, tau-tau ganti bahasa Perancis,(mungkin ada yang rahasia mo diketawain)... tak lama, mereka bicara dalam bahasa Jepang (hebat nian, duo bertampang Arab berbahasa Jepang sangat fasih) dan diakhiri dengan ngerumpi seru-seru dalam bahasa Arab... saat kita udah ga ikutan lagi karena pusing. Amazing, ya!

Perjalanan-perjalanan itu benar-benar membuka 'mata'ku...
Alhamdulillah ya Allah… syukurku dalam hati… sambil menghayati tiap detik dari 'kemewahan' itu…

Perth,
Thank you so much to my supervisor, Prof Nikraz, to introduce me to this ‘delicacy’ as a researcher… (It’s a new opportunity to see the world!)

No comments: