Saturday, February 6, 2010

Tips menabung (1): untuk Karyawan


Ingin menabung, kok tidak bisa-bisa juga, pengalamanku suatu waktu yang lalu. Kemana saja semua pendapatan, padahal pengeluaran tidak terlihat. Pada ngalami hal yang sama ga, teman-teman?

Saat baru mulai kerja dulu, maklumlah, yang namanya dosen ce-pe-en-es itu, gaji kita ampiun, kecil banget. Untunglah masih single, numpang ma ortu pula, sehingga tidak terlalu berat. Setelah beberapa saat mengalami siklus gali lubang tutup lubang melulu, akhirnya aku mengambil langkah-langkah pengamanan pada sumber pendapatanku. Nah, kayaknya tips ini tidak pandang bulu buat yang bergaji kecil atau besar lo. Yang penting, ada sumber pendapatan, terus keinginan untuk menabung.

a) Buat anggaran dan catat tiap pengeluaran
Sebaiknya tiap bulan, kita membuat anggaran belanja. Gampang aja, misalnya sewa rumah, transportasi (bensin/karcis bis), toilettries (sabun, tissue), stationery (kalau pelajar: buku, kertas, pena), food (makanan), komunikasi (pulsa, kartu telepon), zakat profesi (2.5% pendapatan bruto) dan sedekah. Biasanya food dapat anggaran terbesar, dengan catatan, biaya makan-makan di resto tidak terlalu besar. Kalau sudah dapat anggarannya, tinggal mengatur yang lain. Buku catatan juga diperlukan untuk mencatat total berapa pengeluaran dan pemasukan. Minimal bikin kaget ternyata kalau ga sering-sering keliling mal, ternyata bisa menghemat beberapa ratus ribu sebulan. Ya gag?

b) Buat dua rekening bank
Aku punya rekening bank biasa untuk transaksi gaji dan satu lagi rekening di bank yang tidak pakai fasilitas apa-apa termasuk ATM. Kuncinya di situ, semakin sulit akses kita ke sana, maka semakin tidak kepengen kita ngambil uangnya. Jadi untuk menabung, aku gunakan rekening di bank yang tidak ber-ATM tadi.

c) Bayar diri sendiri terlebih dahulu
Begitu anggaran di atas jadi, biasanya anggaran memakan 1/2-2/3 pendapatan. Berarti sisanya bisa dipatok sekitar X untuk masuk ke tabungan begitu gaji diterima. Jika perlu, datang sendiri ke bank untuk menyetor pada tanggal 5 tiap bulan. Setelah rutin sekitar 6 bulan, kita akan lebih termotivasi untuk menabung karena melihat tabungan kita mulai bertambah.

d) Bonus
Kalau dapat bonus di luar gaji, biasanya aku sisihkan jumlahnya untuk diberi pada ortu (dikit juga tak mengapa), tabungan (10-30% dari jumlah bonus), dan belanja keperluan tertentu seperti pakaian baru, tas atau sepatu. Jika bonus tidak ada, maka bisa dipastikan aku tidak akan mengeluarkan anggaran khusus untuk membeli pakaian. Tabungan dari bonus ini, bisa dipakai untuk anggaran jalan-jalan. Tiket pesawat dan hotel kan tidak membutuhkan biaya sedikit.

e) Investasi
Setelah tabungan rutin bulanan mencapai jumlah tertentu, bergeraklah membuat deposito, tabungan haji, tabungan pendidikan atau tabungan pensiun. Uang yang akan ditabung bisa dibagi dalam persentase, misalnya tabungan haji 25%, pendidikan anak 20%, pensiun 30%, tabungan biasa 25%. Investasi jenis lain misalnya membeli rumah kedua, tanah ataupun emas batangan bersertifikat.

f) Disiplin dan jangan gengsian
Berdisiplin dalam membelanjakan uang itu sulit sekali. Makanya jangan sering-sering nongkrong di mal atau kalau pusing ke mal. Kita akan cenderung mengeluarkan uang lebih banyak kalau lebih sering ke pusat perbelanjaan. Sebab itulah aku berusaha belanja tiap Sabtu saja. Kalau pakai hari-hari lain, bisa dipastikan jadi numpuk, soalnya udah sayang waktu dan biaya ke sana.

Rasa gengsi juga jangan dipelihara. Kalau belum sama, kok gengsi ya. Kalau belum punya, kok kurang ok rasanya. Memang itu butuh kerja keras untuk menghilangkan rasa gengsi. Biarlah dikira ga punya, padahal misalnya punya tabungan banyak di bank, hehe, kan ga kalah gengsi. Ini cuman masalah mind-set aja, jadi silakan diperbaiki.

g) Rajin mengeluarkan zakat dan bersedekah
Jangan lupa kalau sebagian harta yang kita miliki juga ada hak orang lain padanya. Keluarkan zakat profesi (bruto, belum dikurangi penggunaan, kata ulama untuk menutupi hal-hal yang mungkin pernah kurang kita keluarkan), sedekah kecil tapi rutin, serta zakat mal dari hasil investasi kita. Tidak perlu merasa kurang, karena beribadah bukan berdasarkan kalkulasi otak, tetapi karena keyakinan dan ketakwaan kita pada Allah SWT dan pahala dariNya.

h) Besar pasak daripada tiang
Sederhana saja, jika besar pengeluaran daripada pemasukan, maka bisa dipastikan kita akan nombok. Supaya tidak nombok, cari pekerjaan tambahan atau mengurangi pengeluaran.

Buat teman-teman yang merasa perlu sekali untuk memperbaiki pengelolaan keuangannya, silakan baca-baca buku mas Safir Senduk.
Link judul-judulnya ada di http://www.bukabuku.com/search/index?searchtype=author&searchtext=Safir%20Senduk

Selamat mencoba,

Perth,
hemat pangkal kaya:)