Friday, October 1, 2010

Belajar ilmu padi, semakin berisi semakin merunduk


Suatu hari ibu R menyatakan penyesalan sekaligus kekesalannya kepada kelasku, 3A1-2 SMACR, karena nilai rata-rata Matematika kami menurun semester ini. Kelas yang memiliki beberapa jagoan Matematika langsung terkejut. Bayangkan, si O, A, V, J, V lagi, T dan pendatang baru R, sudah cukup membuat keadaan kami-kami yang tak jago pelajaran pita keriting itu bisa hidup nyaman tenteram selama beberapa semester. Bu guru yang merasa prihatin pada kelas favoritnya ini lalu ingin mengetahui alasan dibalik penurunan nilai rata-rata tersebut. Setelah tertegun beberapa lama, A menjawab, “Karena itulah bu, karena kami menganut ilmu padi, bu, yang kalau semakin diisi akan semakin merunduk,” Grrr... semuanya tergelak mendengar alasan dibuat-buat A tadi. Walau betul juga, karena semakin diisi semakin menunduk, bukan merunduk, alias tambah bingung, kali. Akhirnya bu guru tak marah lagi, malah tersenyum sangat lebar.

Kali ini aku ingin membahas tentang ilmu padi, tapi bukan ‘ilmu padi’ milik temanku A di atas. Setangkai padi berisi ratusan atau ribuan bulir yang tumbuh semakin besar di dalam kantung-kantungnya. Wajarlah, jika semakin berisi bulir tersebut, maka tangkai padi akan bertambah berat dan perlahan -lahan mulai mengarah ke bumi. Maksud peribahasa tersebut, dengan bertambah ilmu seseorang, maka ia seharusnya lebih banyak menunduk, atau rendah hati dan tidak sombong.

Betapa sulitnya menjadi padi, upps, maksudku, menjadi orang yang seperti itu.

Saat ilmu pengetahuan mengisi tiap rongga otak dan darah kita, maka berbagai reaksi akan timbul. Perasaan bahagia dan berarti karena mengetahui sesuatu membuat kita ingin selalu membaginya kepada sekeliling kita. Apalalgi kalau hal itu adalah hal-hal yang kita sukai, maka kita seperti tak sabar ingin meluapkannya. Tergantung dari cara berbaginya, karena seringkali orang-orang memiliki pengetahuan jadi sering dicap sombong, suka pamer atau sok tahu. Bahkan ilmu seperti hanya dijadikan sarana untuk berbuat riya, mendapatkan penghargaan, atau meninggikan derajat saja. Ilmu tadi bukan menjadi rahmat baginya dan orang di sekelilingnya, tapi menjadi sebuah ujian pula dalam hidup.

Seseorang yang mengerti ilmu itu datang dari Allah, merupakan karunia dan amanahNya, tidak akan besar kepala kala menguasai sebuah ilmu. Hal itu terlihat dari reaksinya terhadap diri dan lingkungan sekitarnya. Orang berilmu lagi rendah hati akan mencoba tetap berdiri sejajar dengan orang lain, tanpa merasa ada yang membedakan mereka. Ia tidak akan menyebut-nyebut hal yang tidak diketahui orang awam, hanya menjawab sesuatu yang ia ketahui dengan baik dan tidak mencoba selalu menasehati orang-orang lain karena merasa lebih tinggi derajatnya. Diapun tidak akan pamer menyebutkan segala macam kesuksesannya setelah berilmu, karena ia mengetahui bahwa ilmu itu milik Allah, dan yang dimilikinya itu hanyalah sepermiliar persen dari pengetahuan total Allah.

Semakin ia mengetahui sesuatu, hatinya semakin kuat membenarkan bahwa ia ternyata baru mengetahui sedikit hal saja dari semua ilmu yang ada. Maha Besar Allah, yang memberikan segala macam ilmu kepada makhluk hidup di dunia berdasarkan insting dan ilham. Oleh sebab itu orang berilmu tadi bisa semakin merunduk, menundukkan kepala, lebih hormat pada Allah yang telah memberikan sedikit ilmunya. Maka, betullah, lambat laun ia akan berubah seolah setangkai padi yang tiap diberi ilmu semakin merunduk. Subhanallah.

Perth,
Inginnya aku seperti itu, Alhamdulillah atas pengetahuan ini, ya Allah, mudah-mudahan dapat mengoreksi berbagai kesombongan hamba selama ini.