Saturday, January 15, 2011

Pelajaran dari pengendalian bencana banjir di Queensland


Selama berhari-hari sejak dua minggu lalu, berita di tivi nasional selalu menayangkan bencana alam banjir di negara bagian Queensland. Negara bagian yang terletak di sebelah Timur benua Australia tersebut cenderung memiliki iklim tropis dan menjadi pusat penghasil sayur-buah terbesar di Australia. Bencana banjir seperti ini bukannya berhenti, tetapi makin meluas seiring dengan peningkatan curah hujan di daerah tersebut. Benar-benar tragedi nasional bagi bumi Australia.

Pada hari ini, banjir telah melewati kota Brisbane, kota terbesar ketiga di Australia. Jika banjir sebelumnya melewati kota-kota kecil di bagian Utara Brisbane, kali ini giliran Brisbane yang mengalami bencana tersebut. Sehari sebelumnya, premier Anna Bligh sudah mengambil alih komando pengendalian bencana dengan para stafnya, serta mengumumkan langkah-langkah yang harus diambil bagi warga kota Brisbane agar dampak bencana tersebut tidak begitu besar. Aku sangat kagum melihat kegigihan para pemimpin seperti Anna Bligh dan Julia Gillard yang berusaha sedapat mungkin mencoba mengendalikan keadaan darurat untuk mengurangi jumlah korban banjir tersebut.

Premier Anna Bligh turun langsung memimpin keadaan darurat dengan didampingi para stafnya. Berbagai informasi yang dapat ditafsirkan sebagai bagian dari ‘early warning system’ dibagi dengan masyarakat melalui konferensi media setiap beberapa jam sekali. Beberapa hal yang membahayakan seperti pemadaman listrik, pesan untuk tidak mengendarai kendaraan di daerah yang terkena banjir, sampai skenario evakuasi bagi tempat-tempat yang dilalui air bah tersebut disampaikan dengan cermat. Warga dianjurkan untuk menyelamatkan diri atau tidak berada di luar rumah selama banjir terjadi. Regu penyelamat, helikopter, polisi, tentara, semuanya dikerahkan untuk membantu warga yang terjebak banjir di daerah-daerah terisolasi. Namun begitu, korban jiwa dan orang hilang masih ada, tetapi dalam jumlah yang minimal.

Keadaan tempat pengungsian warga juga turut diliput dalam tivi. Warga diungsikan ke sekolah, gereja, stadion olahraga, dan berbagai community centre lain. Tempat pengungsian itu dilengkapi dapur umum, tempat tidur dari kasur tiup, pojok bermain untuk anak-anak, serta sebuah pojok menarik, yaitu baju-baju layak pakai untuk para korban yang tidak sempat membawa apa-apa. Para sukarelawan sibuk menghibur anak-anak dan warga yang trauma dengan kejadian banjir, terutama banjir bandang di Towoomba beberapa hari lalu.

Kerugian yang dialami tentulah besar sekali. Rumah-rumah yang terendam hingga ke atapnya, merusakkan semua barang dalam rumah. Kendaraan seperti mobil, motor dan boat, semuanya bertumpukan di jalan-jalan, akibat didorong air banjir dengan kekuatan luar biasa. Belum lagi usai, saat para warga kembali ke dalam rumah, tak jarang mereka menemukan banyak ular hingga buaya mendekam di dalam rumah mereka. Untuk itulah banyak relawan datang membantu warga membersihkan rumah dan lingkungan paska bencana tersebut. Mereka tak jemu-jemu mengingatkan, "we're always behind you, All Australian are behind you", agar para korban tidak kecil hati menghadapi kenyataan pahit saat melihat kerusakan besar di rumah mereka.


Semoga pelajaran langsung dari penanganan bencana banjir di Australia yang dapat kita contoh dalam menangani bencana alam di negara kita. Amin.

Perth,
image from http://www.deplu.go.id/canberra/Pages/Embassies.aspx?IDP=30&l=id