Sunday, April 15, 2012

Kita butuh Kekuatan Hati


Queens Park, Perth
Baru duduk dua menit untuk bernafas, seorang teman datang ‘say hello’ kepadaku. Hello-hello bisa satu jam nih, batinku langsung berburuk sangka. Astaghfirullah.

Sudah jamak terjadi, begitu ketemu seseorang yang dikenal baik di kampus, terutama ibu-ibu, acara curhat langsung dimulai. Btw, aku sebenarnya tidak begitu perhatian orangnya, tetapi demi kesopanan bahkan inspirasi untuk tulisan, terpaksa sering mengalah dengan acara omong-omong berujung curhat tersebut.

Bla bla bla, bla bla bla… tamatlah waktu satu jam tanpa pekerjaan apapun kecuali mendengarkan keanehan-keanehan dan penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan orang.

Sebenarnya mau dibicarakan sedalam apapun suatu masalah, intinya adalah ketidakpuasan terhadap sesuatu, seseorang atau sistem.

Karena ada saja orang-orang yang suka melanggar aturan agama dan peraturan di tempat kerja, maka muncul penyimpangan-penyimpangan yang sulit diterima oleh orang lain. Terjadilah acara curhat dan menggunjing, karena ketidakpuasan mereka tetapi tidak dapat menegakkan hukum akibat lemahnya wewenang. Bahkan, saat mereka mencoba tegar dan kokoh melawan, bukannya si pelanggar berhenti berbuat, tetapi semakin menjadi-jadi meneror si pemberi peringatan. Hal ini yang melukai hati orang-orang yang berusaha berlaku lurus dalam koridor kepatutan.

Untuk itulah, kita perlu ‘kekuatan hati’.

Hati yang kuat akan selalu konsisten pada kebaikan dan tidak mau menyerah pada tekanan. Apalagi yang menekan adalah orang zalim dan pembuat kesalahan.

Hati yang kuat akan bertindak secara obyektif pada siapapun dan tidak pilah-pilih kasus.

Hati yang kuat akan selalu ingat bahwa Allah Maha Pengasih dan Penyayang, yang akan selalu melindungi mereka, satu-satunya yang memberikan rezeki, bukan atasan ataupun koneksi, sehingga tidak tergoyahkan oleh kepentingan lain saat bertindak.

Hati yang kuat tidak akan takut mengingatkan orang lain bahwa suatu hal itu benar atau salah. Mereka tidak perlu penilaian atau menjaga citra mereka di depan orang lain.

Hati yang kuat mengerti kalau bekerja adalah amanah, sebuah ibadah yang perlu dibalut keikhlasan dan kesyukuran saat dikerjakan. Apapun yang terjadi, amanah perlu ditunaikan, ketimbang mengambil kesempatan-kesempatan sesaat saat menjabat.

Hati yang kuat tidak mau berlama-lama tenggelam pada pikiran negatif. Selalu berusaha mencari jalan keluar dan menyelesaikan semua dengan positif. Jika tidak mampu menyelesaikan masalah, maka perlu pengakuan jujur dan penerimaan ikhlas dari pemilik hati. Saat ini, back-up atau teman-teman loyal dan positif diperlukan untuk menaikkan semangat kembali.

Semoga semua ini dapat menjadi pengingat bagi diriku dan teman-teman yang membutuhkan. Alhamdulillah, ya Allah atas hidayahMu ini.

Pekanbaru,
Belajar menguatkan hati untuk menghadapi curhat.



No comments: