Wednesday, July 11, 2012

Jangan minta-minta


Seorang teman yang tengah hamil tua, hampir setiap hari mendapat pesan manis dari sang suami sebelum berangkat bekerja. “Jangan minta-minta ya, nak…”, katanya sambil mengelus perut si bunda. Maksudnya, sang suami berpesan agar si jabang bayi tidak menyusahkan orang lain dengan permintaannya seperti makanan atau minuman. Dan, benarlah si jabang bayi mendengar kata-kata ayahnya. Saat sang bunda tak sengaja meminum jus permintaan kepada seseorang, perutnya mendadak tak nyaman dan jus yang baru diseruput harus dimuntahkannya. Bayangkan, jabang bayipun bisa teguh memegang kata-kata ayahnya. Bagaimana dengan kita yang lebih dewasa ini?

Jengkel mendengar seorang pengemis di jalan bisa mendapatkan 500 ribu rupiah sehari atau 15 juta rupiah sebulan? Keterlaluan? So pasti.  Padahal orang yang meminta-minta padahal tubuhnya masih kuat dan tak ada uzur untuk bekerja, haram untuk meminta-minta. Kata pak ustadz, di hari kiamat nanti, mereka datang tanpa wajah, atau mencakar-cakar wajah mereka sendiri karena perbuatan minta-minta mereka di dunia. Jangan tanya lagi, bagaimana dengan orang-orang yang senang meminta-minta sambil mencela orang yang diminta. Benar sekali, ada juga orang tak tahu diri seperti ini, sudah meminta, tapi mencela dan mencemooh pula.

Bagaimana dengan orang-orang yang meminta-minta pekerjaan tapi tidak mau bekerja dengan professional? Sungguh terlalu, sama dengan si pengemis tadi. Tidak sedikit orang datang menggunakan katabelece supaya mendapatkan sebuah pekerjaan. Giliran kerja di dapat, mereka malah tidak memanfaatkan kesempatan dengan baik. Pukul 7 pagi berangkat, pukul 10 pagi sudah pulang, pukul 12 siang pulang lagi untuk makan siang, dan pukul 2 siang sudah di rumah lagi? Btw, ini kerja atau ngecek kantor?

Jangan minta-minta, kata seorang temanku saat di kampus Curtin University. Kerjakan sendiri apa yang bisa dikerjakan. Minta-minta bantuan bakal lama dan tidak dihargai oleh orang bule. Mereka cenderung mengerjakan segala sesuatunya sendiri karena tenaga kerja mahal harganya. Kalau kamu minta-minta terus, mereka akan kehilangan kesabaran dan menilai kamu tak kompeten mengerjakan PhD. Minta mereka mengajarimu sedikit, lalu berimprovisasi dengan apa yang ada. Yang penting, jangan minta-minta, jangan tergantung pada orang lain untuk apapun, demikian pesannya.

Temanku memang benar, minta-minta di sana membuat aku terlihat seperti seorang pemalas. Tetapi temanku lupa mengatakan, kalau meminta-minta sebaiknya hanya kepada Allah, sang Pencipta saja. Allah SWT punya segalanya. Tidak punya ide penelitian, baca-baca terus dan pikir-pikir terus, insya Allah… voila, Allah menganugerahi ide dari sebuah fenomena. Kalau tidak punya keahlian di bidang potong-memotong beton, minta pada Allah agar ada yang mengajarkannya. Betullah, suatu hari, aku tak ragu lagi memegang saw blade tersebut, karena Allah menggerakkan hati seseorang untuk mengajariku menggunakan saw blade dengan benar. Bahkan ia membuatkan sebuah penahan agar blok beton itu tak tergelincir dari cengkeram jari-jariku yang tak seberapa besar.

Anyway, sebaiknya memang tidak minta-minta pada manusia. Tidak enak bergantung pada orang lain. Mereka cenderung menilai rendah seorang peminta-minta.  Lagipula, bukankah tangan yang di atas lebih baik daripada tangan di bawah? So, stop, meski minta seteguk air, segigit apel atau secubit garam, agar harga diri dan kemandirian kita tak tergerus dengan ketergantungan yang besar pada orang lain, selain Allah SWT.

Pekanbaru,
Di saat jengkel, karena masih berharap pada manusia.

1 comment:

monita said...

thank's do, haha, aku udah bisa respond your comment now:)