Salah satu skill yang baru kusadari penting dimiliki, adalah 'how to get along with friends'. Jujur saja, sudah nyaris 35 tahun umurnya (yay, birthdayku bulan depan!), aku sendiri masih sering sakit hati karena tidak paham soal pertemanan ini. Entah aku atau teman yang kurang saling memahami, maka sering juga aku terlibat konflik 'dingin' dengan teman-temanku.
Suatu hari sahabatku Mareese bertanya, "who's your best friend, Monita?"
Akupun menjawab, "my hubby".
Mareese tersenyum, "that's sweet," katanya, "thinking of a hubby as a friend".
Aku cengar-cengir, "is that wrong?"
Mareese, miss psikolog langsung bilang, "no, of course not. hubby could be your best friend, too, but I think it's so sweet of you to think of him as your 'best friend'."
Ngerti gag? Hehehe...
Maksud Mareese, memang hubby posisinya suami, anggapanku soal hubby is my best friend, dianggap Mareese menarik. Aku pernah membaca jika persahabatan antara suami-istri sangat penting dalam pernikahan. Berarti hubby bagiku, benar-benar menjadi seseorang yang membuatku nyaman, selalu ada saat kuperlukan, tidak perlu kuatir bilang ini-itu karena hubby akan berusaha rasional, mengingatkan jika aku keterlaluan, etc. Seperti seorang best friend, layaknya. Benar juga ya, mungkin karena itu aku menikah dengan hubby, hehehe...
Memiliki teman-teman mungkin adalah salah satu sumber kebahagiaan hidup. Kapan saja dan di mana saja, saat kita membutuhkan teman untuk bersuka-ria dan berduka-duka, maka kita inginnya dikelilingi teman-teman kesukaan kita. Sayangnya, namanya manusia, ada saja konflik dapat muncul dari pertemanan sehingga kita perlu mengakhiri persahabatan yang tadinya manis.
Tapi jika kita punya sedikit ilmu, maka kita tidak perlu kuatir soal berteman ini.
Hal pertama, jadilah teman yang menyenangkan. Maksudnya, kita membuat teman lain senang, tetapi tidak jadi 'miss yes or miss no'. Tidak selalu mengiyakan kata teman sehingga kita tidak memiliki waktu melakukan kepentingan kita. Juga tidak selalu menolak kata teman karena kita tidak mau membantu mereka. Yang penting, kita menyenangkan tapi proporsional, kalo lagi bisa membantu, ya dibantu. Kalo enggak, ya jujur aja, jangan cari-cari masalah. Jika teman marah kita menolak mereka, maka diamkan saja, karena toh, balik lagi seperti semula kalo udah enak perasaannya.
Hal kedua, kita boleh memiliki teman sebanyak-banyaknya. Jadi jangan terpaku dengan sahabat yang juga teman sekantor, teman kuliah, teman shopping, arisan, etc. Kita bisa berteman dengan mbak A karena satu pengajian, terus mas C karena satu tempat kursus baking cake, atau mbak Z karena sering nongkrong bareng di kantin. Kita tidak perlu mengkotak-kotakkan mau temenan dekat ma si B, E, J, atau M saja. Terus kita harus hang out bareng, ngobrol bareng, shopping bareng, kursus bareng. Nyantai ajalah, soalnya tiap orang punya kebutuhan berbeda, jadi teman-teman yang dimilikinya pasti berbeda juga. Semakin banyak tipe orang yang menjadi teman kita, maka semakin mudah kita menempatkan diri di berbagai lingkungan. Misalnya dulu aku suka berteman dengan tukang parkir di Jogja, tapi bukan karena itu aku lantas jago markir mobil. Tapi setidaknya, dari mereka aku sering dapat diskon biaya parkir ataupun gratis. Kalo lagi beruntung, malah sering kebagian keripik gratis. Haha...
Hal ketiga, jika teman sudah tak mau lagi berteman dengan kita, jangan memaksa. Tiap orang berdasarkan waktu, memang akan mengalami perubahan yang signifikan atau tidak signifikan. Seperti orang putus cinta, kitapun perlu taktik untuk melupakan rasa sedih ditinggal teman. Kitapun akan seperti itu juga, suatu saat tidak merasa cocok lagi dengan teman lama, kita akan dapat teman lain dan sendirinya intensitas pertemanan memudar. Jadi, coba menghindar dahulu, cari kegiatan sebanyak-banyaknya, teman-teman baru, lakukan hobi yang dulu tidak bisa dilakukan bareng, atau apa sajalah. Semua itu akan mendatangkan rasa percaya diri bahwa kita memang tidak punya masalah dalam menjalin persahabatan dan berpeluang mendapatkan banyak teman-teman baru.
Mudah-mudahan tips-tips tadi membuat hubungan pertemanan kita lebih menyenangkan, ya.
Perth,
love to have heaps of friends!
A lecturer, an engineer, a learner, a researcher, a reviewer, a traveller, an adventurer. Love plans and plants.
Wednesday, June 9, 2010
-
Semoga ini bisa jadi point untuk introspeksi diri bagi diriku dan teman-teman lain. Kuakui, diriku kadang suka sombong, padahal tidak memili...
-
Perth termasuk tempat beriklim Mediterranian, maksudnya memiliki musim panas yang kering dan curah hujan tinggi di musim dingin. Monaco, Rom...
-
Soal kucil-mengucilkan ini sering kita alami, kan? Kadang-kadang hati jadi panas membara mengingat perlakuan tidak adil dari teman-teman ata...