Thursday, June 3, 2010

Jilbab backpaker...

Cerita ini aku publish lagi ya, soalnya aku baru membaca berita mengenai mb Santi Soekanto, salah satu volunteer Freedom Flotilla yang sedang diserang dan sempat ditahan Israel. Mudah-mudahan beliau, suami dan seluruh volunteer dimudahkan Allah untuk melaksanakan misi mereka, membantu saudara kita di Gaza. Amin.


Aku ingat sebuah pemandangan seru saat pesawat kami transit di bandara Schipol, Amsterdam, sepuluh tahun lalu. Saat itu aku dan beberapa teman sedang dalam perjalanan menuju Manchester, Inggris, tempat tujuan studi kami. Bandara sedang lengang, pukul 3 pagi waktu setempat. Sambil menunggu pesawat pukul 7 pagi, kami mencoba berkeliling sambil berbicara tentang pengalaman di pesawat sebelumnya. Kami belum berani berpisah dari rombongan awal, soalnya semua baru pertama kali ke luar negeri. Selain itu, bandara ini luas sekali, jadi kalau berjalan-jalan sendiri pasti merasa kurang pe-de.

Tiba-tiba di depanku berdiri sosok wanita berjubah dan berjilbab lebar, menggunakan tas ransel dan memegang es krim. Iya, es krim... jam 3 pagi...

”Assalamu’alaikum...” sapanya manis.

Kamipun menjawab salam itu, sambil mulai berbicara dengan mbak tersebut. Ternyata kami satu pesawat dari Jakarta, dan sekarang ia sedang menunggu pesawat menuju Bristol, Inggris. Nama beliau, Santi Soekanto. Aku merasa pernah mendengar nama itu, tapi di mana ya? Aku lupa. Mbak itu terus berbicara dengan teman-temanku, lalu ia menanyakan namaku dan berbicara sebentar denganku.

Aku masih terpaku. Pada tahun 1999, bukan tahun 2009, jarang sekali ada muslimah berjubah lebar dan menyandang tas ransel berjalan-jalan di airport di Eropa, dengan begitu percaya dirinya. Saat itu aku baru pertama kali ke luar negeri sendiri, tanpa ditemani orang tua sehingga rasa was-was terus ada jika harus sendirian. Tetapi mbak itu, sempat-sempatnya membeli es krim di bandara, (pedenya, ya jam 3 pagi makan es krim!), berjalan ringan keliling bandara tanpa canggung, dan menyapa teman-teman barunya yang ia kira sepesawat dengannya dari Indonesia. How amazing... betapa percaya dirinya, betapa mengagumkannya dia bisa bersikap seperti itu di luar negara sendiri.

Tak lama mbak itu pamit akan ke gate tempat ia menunggu pesawatnya nanti. Aku masih terbengong-bengong membaca namanya di kartu nama yang ia berikan padaku tadi. ”Santi... Santi Soekanto...”. Tiba-tiba aku teringat... nama itu, bukankah nama seorang penulis di majalah UMMI favoritku?

”Welehhh, mas...” seruku pada teman yang tadi sempat berbicara panjang lebar dengannya.

”Mbak itu, penulis di UMMI ya?”

”Lha iya... kan tadi aku udah sempet bilang, wah anak pak Soekanto ya,... bapaknya kan juga penulis beken,”

Ahh, aku menyesal tadi tidak berbicara panjang dengan beliau. Dari jauh, kulihat jilbab beransel itu berjalan dengan riang menuju salah satu pojok bandara. Tangannya masih menggenggam es krim. Saat ia berjalan, ujung jilbabnya melambai-lambai, persis, seperti kartun si Annida.... Tetapi pemandangan itu sangat seru, karena terjadi di sini, di bandara Schipol...

”Wah, mbak itu, sering keluar negeri kok, ya pantes kelihatan pede pergi sendiri...” kalimat terakhir yang kudengar dari temanku saat aku masih tertegun.

Iya, aku ingin seperti mbak itu.... bisikku dalam hati.

Perth,
sedang mengagumi wanita-wanita pede...

Mohon maaf sama mb Sita Sidharta, kayaknya saya salah tulis waktu publish tulisan ini blog dan milis pembacaanadia...
yang saya maksud, mb Santi Soekanto:)

No comments: