Sunday, December 26, 2010

Sibuk, tapi tetap memasak sendiri kan?

Aku jadi malu ditertawakan seorang teman OZ soal memasak makanan sendiri. “It’s not a big deal’, cooking is easy”, kata dia mendengar keluhanku. Of course it is a big deal, aku bersungut-sungut mendengar katanya itu.

Si mas OZ sih enak, kadang tidak makan nasi, hanya roti yang isinya selada segar, keju, tomat, mayonnaise dan daging yang cukup digoreng selama lima menit. Kadang-kadang mereka pakai dada ayam, fillet ikan, daging tanpa tulang yang tinggal dipotong-potong, masukin sayur dan bawang serta kasih garam plus merica. Selesai.

Lah, masak ala Indonesia yang mesti menyediakan at least tiga tipe masakan (termasuk nasi, dong) tidak makan waktu apa? Pertama, jelas nasi, kedua lauk seperti daging atau ikan, dan ketiga, so pasti satu macam masakan sayur. Takes 1-2 jam kan?

Sudah, sudah, giliran suamiku menasihati. Orang yang memasak makanan untuk keluarga, orang lain yang sedang beribadah atau berjuang, atau menjamu saudara serta membantu orang miskin, mendapat pahala. Apalagi memasak dalam kondisi beribadah dan berjuang, sama dapat pahala dengan orang yang beribadah dan berjuang tadi. Amin. Kalau diingat-ingat hal itu, aku tidak banyak mengeluh lagi.

Ok, mengeluh sudah tidak, tetapi apakah ini menyelesaikan masalah diriku yang sibuk tetapi mesti memasak juga?


Belajar membuat menu

Tadinya aku berpikir kalau memasak sekali tiga hari untuk lauk, kan tidak perlu masak beberapa hari kemudian. Akhirnya aku memasak ala orang baralek, yang buanyak kuantitasnya lalu disimpan dalam freezer dan tiap hari dikeluarkan dari kulkas lalu dipanaskan. Karena sayur dan nasi tidak dapat dibekukan, aku hanya tinggal memasak kedua jenis makanan itu tiap hari. Tetapi, sesudah beberapa tahun melakukan praktek yang sama, aku give up. Lama-lama makanan yang dibekukan kok membosankan dan rasanya so pasti tidak segar.

Hingga suatu hari, aku mendapat ide ‘memasak itu tidak perlu banyak, yang penting ada masakan segar setiap hari’. Hal ini berarti, jumlah masakan yang kumasak lebih sedikit sehingga waktu persiapan tidak lama serta kami bahagia karena masakan lezat nan segar bisa dimakan langsung.

Sejak itu aku tidak berbelanja terlalu banyak bahan masakan. Untuk mendisiplinkan diriku, aku mulai belajar membuat menu. Kuambil catatan resep, buku resep yang kubawa dari Indo sampai mengopi resep dari blog ibu-ibu di internet! Hebat bener hari gini bisa bikin sate padang sendiri tanpa perlu menelpon mami lagi, ya gag? Aku mulai memilih menu yang kusukai (ops, yang disukai hubby juga!)

Membuat menu memang membantu sekali untuk berbelanja, berhemat, tidak mubazir atau membuang makanan busuk yang kelamaan di kulkas serta mengontrol jenis makanan yang dimasak. Aku membuat budget dahulu, menentukan mau masak apa sehari-hari, lalu menentukan kuantitas yang akan dibeli lalu mencocokkan dengan budget yang kutentukan tadi. Prinsipnya, tidak berlebihan, tidak terlalu berlemak, banyak ikan dan sayur, variatif serta menghasilkan banyak energi. Menu itu ditulis untuk 3-4 minggu, lalu aku rotasi ke minggu-minggu berikutnya.

Saat berbelanja, aku tidak perlu membeli banyak-banyak bahan makanan. Misalnya dalam seminggu untuk 2 orang dewasa, aku membeli 0.5kg daging, 1 kg ayam, 1kg ikan, 6 butir telur, 0.5kg wortel, tiga ikat sayuran, satu brokoli dan kadang-kadang beberapa ketimun.


Koleksi aneka bumbu dan teman-temannya

Sekali-sekali aku bikin surprise masak nasi berbumbu menggunakan bumbu biryani India, bumbu nasi ayam Cina dan bumbu nasi kuning untuk masakan nasi. Nanti tinggal masak ayam goreng atau ikan goreng. Beri lalapan ketimun dan sedikit sambel terasi dan kerupuk. Beres.

Bumbu-bumbu lain yang wajib tersedia dan sudah siap untuk digunakan yaitu bawang putih giling, jahe giling, cabe giling, bahkan lengkuas giling. Gunakan saja blender, toh, rasanya beda tipis sama hasil gilingan! Katanya sibuk, kok masih sempat mengulek sih?

Bumbu praktis lain yang harus/wajib ada, seperti garam (of course lah), merica bubuk, bubuk pala, bubuk kayu manis, bubuk ketumbar (super wajib), cabe merah bubuk, tamarind, bubuk paprika, cengkeh, adas manis, daun jeruk kering, daun salam kering dan daun kunyit kering.

Aku juga punya kecap, kecap ikan, minyak wijen, saus tiram dan sedikit kaldu bubuk.

Perlu juga punya tepung-tepungan seperti tepung jagung, beras, kanji dan terigu untuk mengentalkan kuah dan membuat ikan bersalut tepung atau ayam goreng tepung.

Sesekali, punya bumbu instant juga tidak mengapa, misalnya bumbu pecel, bumbu rawon, dstnya.

Wuah, lengkap ya! Iya, katanya ga mau sibuk memasak. So, untuk menghemat waktu tetapi menghidangkan masakan yang menyelerakan perlu sedikit usaha, untuk melengkapi bumbu.


Tips memasak cepat

a) Targetkan semua selesai di bawah satu jam, kalau tidak, ya mana sempat, kan katanya sibuk!

b) Keluarkan/defroze bahan daging sebelum memasak, misalnya di tempat yang panas, letakkan di bagian bawah lemari es, sedang di tempat berudara dingin, bisa dikeluarkan dari lemari es.

c) Olah masakan yang membutuhkan waktu paling lama untuk dimasak, misalnya masakan daging/ayam.

d) Potong-potong bahan, marinate, lalu masak sesuai isi resep (maklum, aku tak pernah ingat prosedur memasak, tapi bisa kok membaca resep!)

e) Sambil menanti masakan tadi matang, mulailah menanak nasi.

f) Karena masakan belum juga matang (terutama potongan ayam gede dengan tulang besar, biasanya), kita bisa menyiapkan masakan sayuran.

g) Sayur perlu dibersihkan sebaik-baiknya, supaya tidak ada pasir yang masih menempel di daun.

h) Masaklah sayur, dan lihat-lihat masakan utama, siapa tau dah gosong.

i) Kalau tidak ada kegiatan, sambil menanti masakan matang, cobalah mencuci wajan, piring, sendok yang terpakai sedikit-sedikit. Ingat, targetnya kan tadi di bawah satu jam!

j) Kayaknya sudah pada matang tuh, bersamaan lagi!

Nah, bagaimana? Cepat kan?

Perth,

image was saved from allposters.com