Beberapa tahun kemudian, aku mendengar kembali kisah perencanaan hidup dari seseorang peraih beasiswa di lingkunganku. Menurut si teman, dia membuat cetak biru perjalanan kehidupannya dengan sangat kaku, seperti menetapkan umur dan waktu tertentu untuk tiap langkah kehidupannya, misalnya menikah, punya anak, sekolah lagi, jadi manajer, etc, pada umur sekian. Ternyata cara itu berdampak besar bagi kehidupannya dan dia memang mendapatkan apapun yang dia rencanakan tepat dengan isi cetak birunya.
Sedangkah diriku, aku menggunakan daftar panjang itu hanya untuk mengarahkan diri tiap tahun. Jika aku sudah mencapai suatu hal dalam masa tertentu, aku akan melihat kembali si daftar dan mencoba menjalankan hal lain yang kupikir menyenangkan untuk ditempuh. Pendeknya, tidak sekaku si teman cetak biru yang berusaha selalu tepat waktu, tetapi berusaha lebih rileks dan jika tidak tercapai pada waktu tertentu, aku tidak menyesalinya. Bagiku perbedaan cara menempuh cita-cita bukanlah masalah besar, karena tidak semua cara cocok untuk seseorang, karena yang paling penting adalah membuat hidup kita lebih bermakna di mata Allah, masyarakat dan dunia.
Dampak penting dari penulisan perencanaan hidup tadi terlihat dari cara seseorang menempuh hidupnya. Jika seseorang memiliki rencana, maka ia akan lebih fokus dan efisien dalam melangkah. Tiap waktunya digunakan sebaik mungkin untuk menyelesaikan hal-hal yang berhubungan dengan tujuan. Sedangkan tiap langkah yang dilaksanakan memiliki kaitan dengan tujuannya. Orang tersebut selalu mengarahkan pikiran, tindakan dan ucapannya untuk mencapai tujuan yang diyakininya akan terlaksana. Karena ada motivasi internal, maka ia akan lebih ringan dalam mengarungi samudera luas demi mencapai tujuan akhirnya tadi. Tanpa disadari, dengan berjalannya waktu, ia bergerak maju menyusuri jalan dan tiba di tujuannya.
Sedangkan orang yang tidak pernah memikirkan tujuan hidup atau memiliki rencana akan kebingungan dengan statusnya sekarang. Banyak yang berpikir setengah-setengah, seperti berkarir di luar rumah hanya agar tidak kalah dengan orang lain, tidak bahagia menjadi wanita karir atau wanita rumah tangga, merasa berat melakukan sesuatu sampai terlihat sangat stress. Lidahnya tak putus-putus mengeluh dan wajahnya jarang tersenyum. Apapun terasa tidak membahagiakan dan hidup seperti tak ada artinya selain mencari uang, makan dan kebutuhan hidup lain. Orang-orang seperti ini perlu membantu dirinya agar lebih menyenangkan, dengan mencari pengetahuan tambahan, tantangan baru atau bergaul dengan orang-orang yang punya tujuan hidup.
Dalam membuat perencanaan hidup, seseorang seharusnya mengaitkan tujuan itu karena Allah, atau karena ingin mendapatkan ridho Allah. Jika ini hasil akhirnya, maka kita akan lebih ikhlas dalam menghadapi berbagai kesenangan dan kesulitan saat berjuang. Hati kita akan selalu meminta kepada Allah agar dimudahkan, dan lidah kita tak putus berdoa kepadaNya dalam tiap perjalanan. Insya Allah, Allah akan membantu dengan jalan yang tak disangka-sangka dan memudahkan bagian perjalanan kita itu.
Buatlah perencanaan hidup, tuliskan apa-apa yang ingin kita capai dalam 5 atau 10 tahun ke depan. Lakukan hal-hal yang kita senangi dan pastikan tidak karena ikut-ikutan orang lain. Walaupun tidak memiliki karir di kantor, seseorang bisa memiliki rencana besar dalam hidup. Sesuatu yang kita sukai, dimulai dari yang kecil, dilakukan secara konsisten dan diniatkan karena Allah, Insya Allah akan menjadi sebuah tujuan mulia yang diterima Allah. Lakukan dengan gigih dan jangan menyerah hingga tujuan hidup kita tadi tercapai. Setelah beberapa lama, lihatlah ke belakang, berapa jauh kita telah melangkah dan mencapai tujuan yang direncanakan tadi. Hal ini membuat kita lebih bersyukur kepada Pencipta karena kini kita merasa hidup jauh lebih bermakna.
Perth,
Saat ditanya mengapa begini, mengapa begitu