Monday, June 8, 2009

Karena bukan lagu kesukaan Dinda (1)


Dinda menuruni tangga sekolah menuju halaman depan. Wajahnya terlihat tegang. Ia melihat sekeliling seolah-olah mencari sesuatu. Tak lama dilihatnya sebuah bus mendekati halte di depan sekolah. Semua anak yang akan berangkat dengan bus itu berlari-lari menghampiri dan berdesak-desakan menaikinya. Dinda menunggu beberapa saat sambil mengamati situasi. Akhirnya ia melangkah ke pintu bus. Dengan melompat kecil ia berpegangan pada pintu bus sebelum masuk ke dalam.

“Din” terdengar seseorang memanggil namanya.

Dinda menoleh, “Ria, ada tempat nggak?” tanya Dinda pada Ria yang duduk di depan. Ria menunjuk bangku di sebelahnya yang masih kosong. Dinda bergegas menuju bangku tersebut sebelum keburu diserobot orang lain. Ria menggeser tubuhnya ke bangku kosong tadi sehingga Dinda bisa duduk dengan tenang sekarang.

“Tumben sendiri…” tanya Ria.
Dinda meringis, “Anak-anak lagi pada ke mana, aku nggak tau.”

“Wah, gawat dong kalo Dinda sampe nggak tau ke mana empat sekawan itu... Biasanya kalian kan selalu bergerombol. Kalo gini apa kalian jadi ikutan festival band itu?” tanya Ria.

“Mungkin, tergantung bandnya” jawab Dinda cepat.

Seisi sekolah mengetahui ada festival band yang diadakan Fakultas Ekonomi salah satu Universitas dua minggu lagi. Festival ini diadakan untuk band SMA dan Universitas. Sekolah Dinda akan mengirimkan dua wakil terbaiknya, termasuk band Dinda yang berjumlah lima orang. Semua murid dianjurkan datang ke festival untuk memberikan dukungan.

“Memangnya kenapa dengan bandmu?” lanjut Ria lagi.

Dinda adalah vokalis tunggal dalam band kelasnya. Personilnya kelas kakap semua dan semuanya sahabat karib. Jerry si gitaris selalu menyabet penghargaan dari berbagai ajang festival band yang diikutinya. Dadik pemegang bass gitar yang betotannya maut, sedangkan Yono pemain keyboard selalu menjadi pengiring tunggal dalam unit paduan suara, Ade pemain drum adalah siswa sekolah musik khusus drum dan tentu saja, Dinda dengan suara emasnya.

“Anak-anak lagi nggak mood. Padahal aku sudah cocok dengan lagunya.”

“Lagunya apa?”

“Lagu wajibnya Januari dari Glenn Fredly dan lagu pilihannya dari Audy- Temui Aku”.
Ria memandang Dinda dengan girang, “Lalu kenapa mereka tidak mood? Padahal lagunya bagus-bagus semua”

Bus terus melaju dan berjalan pelan mendekati halte pertama. Dua halte lagi Ria akan turun. Beberapa anak yang akan turun segera menyalami Ria dan Dinda. Mereka akan turun sebentar lagi di halte pertama.

“Byee…” kata Ria kepada teman-temannya.

“Kalo gitu, pasti ada masalah. Kenapa tidak ditanyakan saja ke Dadik? Kan biasanya dia paling pengertian.”

“Aku udah nanya ke Dadik, tapi mereka tetap bilang pikir-pikir dulu mau ikutan festival” jawab Dinda. Dinda menunduk, mungkin ia teringat perbincangannya dengan Dadik beberapa hari yang lalu.

“Din, aku turun dulu ya, mudah-mudahan semuanya baik kembali. Jadi kita bisa nonton kalian di festival nanti” Ria segera bangkit dan menepuk bahu Dinda lalu bergegas turun.

Dinda turun di dua halte berikutnya. Ia berjalan pelan sambil menuju rumah sembari mengingat percakapannya dengan Dadik beberapa hari yang lalu.

“Lagu pilihannya sangat melankolis, teman-teman kurang semangat,” kata Dadik. “Baik, kalau begitu lagu apa cocoknya?” tanya Dinda. Ia tidak menyangka mereka kurang menyukai lagu pilihannya.
“Lagu Ello mungkin lebih menarik”
“Apa? Bukankah lagu itu cocoknya hanya untuk cowok-cowok?” Dinda mendadak malas membayangkan kemungkinan menyanyikan lagu itu.

“Tetapi kami juga ingin memainkan lagu yang menarik juga,” suara Dadik terdengar semakin tinggi. “Kami tidak enak kalau menolak, tetapi kalau lagunya bukan lagu Ello, mungkin kita jadi tidak semangat untuk bermain di festival itu” lanjut Dadik.

“Kalau begitu, aku juga mungkin tidak semangat menyanyikannya. Bayangkan menyanyikan lagu yang tidak kusukai,” kata Dinda sambil cemberut.

Lalu Dinda berlari ke kelas. “Din… Dinda… jangan lari begitu dong!” panggil Dadik. Dinda terus berlari hingga masuk ke kelas. Dadik hanya melihat lalu segera berjalan masuk kelas yang sama karena bel tanda masuk telah berbunyi.

Saat di kelas Dinda tidak mau menjawab pertanyaan teman-temannya bahkan Dadik. Bahkan saat pulang Dinda berlari menuju halte bus tanpa menunggu teman-temannya. Padahal biasanya Dinda dan teman-teman akan pulang diantar mobil van Jerry yang unik.