Saturday, June 20, 2009

Karena bukan lagu kesukaan Dinda (3)


Teman-teman bandnya dan Dinda telah berteman akrab sejak masih duduk di bangku SD. Tetapi mereka lebih lengket 2 tahun belakangan ini. Memang semuanya lelaki, tetapi Dinda dan sahabatnya dibesarkan di lingkungan yang sama sehingga mereka sudah seperti saudara sendiri. Dalam perjalanannya persahabatan mereka juga ada jatuh bangunnya, kadang akrab, kadang jauh… dan itu wajar karena semuanya berkembang, berproses...

Persahabatan mereka semakin erat karena mereka memiliki kesukaan yang sama yaitu bermusik. Bagi Dinda, menyanyi tunggal adalah bagian dari hidupnya. Di mana saja dan kapan saja, Dinda pasti diminta menyanyi. Begitupun Jerry, Ade, Yono dan Dadik. Mereka selalu siap membawakan lagu-lagu kesukaan mereka di depan umum dalam acara-acara di lingkungan mereka.

Dinda mencoba menguraikan lagi permasalahannya. Rasanya hanya masalah lagu. Dinda telah sering mengecewakan teman-teman karena ingin menyanyikan lagu kesukaannya saja. Padahal teman-teman sering mengalah, karena tanpa Dinda mereka bukan kelompok yang solid dan bisa bermusik dengan baik.

Itu dia, Dinda bangkit dari posisinya. Ia nyaris terjatuh. Itu dia, demi keutuhan kelompoknya, mestinya ia mengalah. Semuanya telah pernah mengalah demi Dinda. Saat festival jazz, pop, band SMA hingga rock. Teman-teman selalu membiarkan Dinda memilih lagu, padahal mereka punya stok lagu yang sebenarnya tidak kalah jago jika dijadikan andalan dalam festival.

Dinda seketika merasa malu sendiri. Ada kalanya dalam bersahabat, kita dituntut untuk mengalah seperti ini. Ada kalanya kita boleh egois dan teman-teman membiarkan kita karena berbagai alasan. Bagaimanapun, sebenarnya Dinda tidak layak bersikap egois seperti ini. Persahabatan tidak dapat dibangun dalam kondisi menang-kalah. Semua pendapat harus didengarkan dan disepakati bersama sehingga semua merasa senang.

Jika ada yang bersikap tutup telinga terhadap pendapat orang lain, maka bisa dipastikan hatinya tidak akan terbuka menerima kebaikan. Pada akhirnya ia akan tetap terjerumus dalam kesesatan… Dinda menghela nafas sangat panjang. Meskipun ini hanya sekedar memilih lagu, tetapi Dinda ingin dapat bersikap sebijaksana mungkin.

Proses belajar ini tidak hanya berhenti sampai di sini saja. Jika ingin tetap memiliki sahabat, tentu kita harus belajar mendengarkan pendapat mereka. Dinda merasa mantap sekarang. Koi tadi pasti sekarang sudah berkawan lagi dengan teman-temannya. Dinda melirik koi merah yang tetap berada dalam kelompoknya. Syukurlah aku bisa belajar sesuatu, pikir Dinda dalam hati.

Dinda lalu mengambil hpnya dari dalam tas. Sedetik kemudian ia mulai menulis pesan minta maaf atas keegoisannya dalam memilih lagu pilihan untuk festival. Dinda juga berjanji akan lebih dewasa, asal teman-teman masih selalu mau mengingatkannya. Mereka tidak perlu kuatir Dinda akan ngambek, karena Dinda akan berusaha menerima kritik dengan besar hati. Dinda tahu bahwa sendiri tanpa sahabat-sahabatnya kurang menyenangkan. Mudah-mudahan mereka mau memaafkannya. Smspun dikirim.

Setelah itu Dinda segera membereskan tempat duduknya tadi. Dinda menutup flip hp, membersihkan pakaiannya yang terkena daun dan pecahan ranting lalu mengambil tasnya dan bergegas melangkah ke depan rumah. Sejenak senyum Dinda mengembang saat dilihatnya Dadik dan teman-teman lain berdiri di pojok rumah sambil menenteng peralatan band mereka.

“Hai, kenapa kalian hanya berdiri di sana?” sapa Dinda kepada mereka dengan riang. Mereka berpandangan lalu tersenyum lega. Dinda merasa bahagia sekali. Sulit memang meminta maaf, tetapi lihat, mengetahui kesalahan lalu mengoreksinya dengan meminta maaf sekalipun berat tidak akan menimbulkan penyesalan. Hatinya lebih ringan…

Sejenak kemudian mereka telah mulai bercengkerama di bawah pohon mangga sambil mencoba nada yang tepat untuk lagu Ello…

Pekanbaru, 16 Juni 2005