Monday, January 4, 2010

Kyle belum mau mencari Tuhan


Kyle (baca: Kayl; nama samaran), salah seorang teknisi muda yang bekerja di lab tempatku riset. Ngakunya sih, orang Wales, Inggris asli, tapi kok mirip-mirip keturunan Greek, gitu, ya. Mungkin ibunya Kyle orang Jamaica, terus bapaknya Wales, canda Brandon, si kiwi kiting yang usil itu.

Dulu aku sering kongkow-kongkow dengan Kyle. Maksudku, ngobrol-ngobrol sambil ngetes sampel. Maklumlah, peralatan di labku masih ada juga yang dari jaman kuda. Berhubung aku tidak boleh mengoperasikannya sendiri, maka Kyle harus siap membantuku.

Acara ngobrol-ngobrol ini biasanya lebih banyak tentang kehidupan pribadi, gimana pendapat Kyle tentang Australia, perbedaan gaya hidup di sini dengan di UK serta macam-macam lagi. Biasanya obrolan ini berlangsung seru, karena Kyle tipe teman yang menyenangkan.

Suatu hari Kyle bertanya, mengapa aku selalu shalat. Soalnya aku seringkali minta ijin shalat dulu sebelum acara nge-tes yang biasanya berlangsung di siang hari saat dzuhur tiba.

"Karena itu perintah Allah" jawabku sambil mempersiapkan sampel yang akan diuji.

"Shalat itu kan ibadah kita kepada Allah. Dalam Islam, kita disuruh shalat sebanyak lima kali sehari semalam, dan ditambah dengan shalat sunat lain yang optional."

Kulihat Kyle kemudian mulai mengoperasikan mesin. Berhubung ga otomatis, load rate-nya mesti diatur sedemikian rupa seperti layaknya menyetir mobil. Aku menunggu hingga dia bertanya lagi.

"Tidak capek, ya?" tanya Kyle.

"Tidak, karena sudah dilatih sejak kecil shalat lima waktu."

"Kalau kamu shalat, kan menghadap ke Mekah ya, ke bangunan seperti kotak besar berwarna hitam itu? Apa namanya?"

"Ka'bah" kataku senang. Heran, Kyle kok tau soal itu.

Menurut Kyle, masa dia sekolah dulu di UK, ada mata pelajaran yang mengajarkan agama-agama di dunia, termasuk Islam. Kata gurunya, orang Islam shalat menghadap Ka'bah di manapun mereka berada. Mungkin Kyle ingat soal keunikan arah kiblat umat Islam itu.

"Agama kamu, apa Kyle?" aku mengira-ngira, apakah dia Katolik or Protestan.

"Kayaknya aku bukan beragama Budha, bukan Islam, terus satu lagi apa itu? Mm, Hindu, ya, kayaknya bukan. Kristen juga tidak." jawabnya santai.

Dengan heran, aku mencoba bertanya padanya untuk meyakinkan diri, "Masa kamu tidak punya agama? Mungkin kamu Kristen, kali, soalnya kan orang UK rata-rata Kristen,"

"Tapi aku tidak ke gereja, tidak merayakan hari besar agama Kristen, tidak menjalankan perintah Tuhan, ya tidak punya agama," terangnya.

Ini bukan pertama kalinya aku mengenal seorang atheis. Tetapi Sebastian, temanku dari Jerman Timur memang atheis karena negaranya komunis. Pertama kali mendengar soal dia atheis, beberapa dari kami sempat ngikik seolah-olah lucu kalau orang tidak punya agama.

Tapi, menurutku Kyle ini lain lagi, karena dia kan lahir di UK yang mayoritas beragama Kristen.

"So, kalo kamu in trouble dan perlu bantuan Tuhan, kamu berdoa ke siapa?" tiba-tiba hal ini mengusikku.

"Nothing. Mungkin aku coba menyelesaikan sendiri, kalau tidak bisa tanya teman, girlfriend, ortu, atau orang lain yang bisa. Tidak perlu tanya Tuhan" lanjut Kyle.

Jawaban yang lucu.

"Bagaimana kalau suatu hari kamu memerlukan Tuhan?" Aku mencoba memancing jawabannya apakah ia benar-benar percaya tentang Tuhan.

"I don't know, mungkin tidak perlu. Aku tidak bisa menjalankan agama, you know."

Aku memandang Kyle dengan wajah puzzle.

"Aku banyak melakukan maksiat, sex bebas, minum minuman keras, dan banyak lagi yang mungkin tidak dapat dimaafkan Tuhan. Tuhan tidak akan menerima orang yang banyak dosa seperti aku," Kyle terus berkata sambil menyetir alat tanpa melihat langsung ke wajahku.

Oh, kasihannya, kamu Kyle!

Aku langsung sadar, betapa rapuhnya manusia-manusia di Barat ini. Jiwa mereka hampa, karena mereka hanya memakmurkan kebutuhan fisik mereka. Jika bermasalah berat, maka mereka akan mengandalkan counselling, maupun melarikan diri ke kesenangan-kesenangan sesaat seperti berlibur, berbelanja, atau mabuk-mabukan. Mereka tidak tahu caranya menyelesaikan masalah batin secara tuntas. Selalu harus menyelesaikan permasalahan sendiri dengan cara yang tidak standard. Tidak pernah mengetahui ada perasaan ikhlas, pasrah, penuh ketawakalan kepada Allah karena tidak ada iman yang menyertai mereka. Tidak sedikit yang harus bolak-balik under depression treatment, mengkonsumsi obat-obatan antidepresan yang sifatnya hanya menyembuhkan sementara. Jika sudah tiba waktunya saat pertahanan jiwa mereka rubuh, datanglah pikiran untuk mengakhiri hidup dengan meloncat dari ketinggian, balkon apartment, minum obat tidur, atau menyayat urat nadi mereka sendiri!

Kulihat temanku yang masih muda ini. Ah, kasihan...

Aku ingin mengingatkan dia, bahwa suatu waktu ia akan berada di suatu kondisi yang memerlukan bantuan Allah, Sang Penguasa Semesta.

"Kyle, whatever you do, when you can't bear anything anymore in this world, don't commit to suicide or kill yourself. Just try as much as you can to seek for God or Allah, OK? Allah will forgive all your sins, if you ask Allah," kataku pelan-pelan.

"Really?" tanya Kyle.

"Iya, dalam Islam, sebanyak apapun dosamu, Kyle, jika kamu mengakui Allah dan masuk Islam, maka Allah akan mengampuni semua dosamu itu. Kamu bersih lagi, seperti bayi yang baru lahir," aku berkata dengan penuh semangat.

Semoga hidayah itu suatu saat akan menerpa Kyle. Menunjuki jiwamu yang berharga ini dan menerangi kehidupanmu selamanya.

"Monita!" Kyle mengagetkanku.

"All done," dia menunjuk sampel-sampel yang sudah dihancurkannya.

"Let's go," dia mematikan mesin.

Akupun mengemasi potongan-potongan sampel yang berhamburan di sekitar mesin. Setelah selesai, segera kumatikan lampu ruangan dan kututup pintunya.

Kulihat Kyle duduk di depan meja kerja. Ah, Kyle, pikirku iba.

"Thanks, Kyle, see you tomorrow," salamku.

"See you, Monita. Have a good evening!" Kyle membalas.

Saat kembali ke kantor, aku termenung-menung memikirkan orang-orang seperti Kyle.

Alhamdulillah, terima kasih Allah, kataku terus dalam hati saat berjalan kembali ke kantorku.

Begitu banyak pelajaran di sekitarku yang dapat mengingatkan, betapa beruntungnya diriku yang masih mengenal Allah ini. Subhanallah...

Perth,
To CL, my little brother