Friday, May 15, 2009

Chu Chi Tunnel Trip



Baru beberapa hari di Saigon (Ho Chi Minh City), aku sudah dapat mencium bekas-bekas perang di mana-mana. Orang-orang Saigon masih banyak yang mengenang masa-masa perang tersebut. Apa saja berbau US Army pasti famous. Orang HCMC juga banyak yang mahir berbahasa Inggris. Kayaknya mereka punya ikatan emosional dengan US, karena perang Vietnam tahun 60-an dulu.

Aku tidak begitu familiar dengan Saigon, Vietnam atau film-film perang Vietnam. Semua ini aku hanya dengar-dengar saja dari suami. Akhirnya, hari terakhir kita berada di Saigon, aku dan hubby setuju (terutama hubby nih, maklum requestnya) mengikuti tour ke Chu Chi Tunnel.

Tour semacam ini banyak diselenggarakan oleh hotel-hotel di Saigon. Aku pilih tour dari Rex Hotel, karena cuman itulah yang sempat aku hubungi, maklum, sebagai peserta conference yang punya waktu terbatas, kita mesti manfaatin resources terdekat saja. Tour dari Rex ini agak mahal, karena untuk 2-3 jam tour kita bayar sekitar USD45 per orang. Mungkin karena tour sejenis ini adalah private tour yang diantar oleh driver dan tour guide pribadi. Sedang tour dari hotel-hotel kecil, seperti tempat kita menginap (Bong Seng Annex) mungkin less than USD25 per orang. Kali aja seperti tour ke Mekong kemaren, naik bis rame-rame dengan satu tour guide per bis.

Pagi-pagi, kita udah duduk manis menunggu bis atau mobil yang menjemput kita. Hello, ternyata tour guide kita udah datang. Namanya Kha, orangnya kecil, tapi bahasa Inggrisnya, ampun mak, kalah native speaker, hehehe... Saat Kha mempersilakan kita ke mobil, sambil memperkenalkan driver kita hari ini, wow, aku dan hubby berpandang-pandangan. Mobilnya dongs... Camry Altise 2008! Mimpi apa kita semalam ya? Pantes aja mesti bayar USD45!



Mobil kitapun meluncur cepat ke arah Chu Chi Tunnel di daerah perbukitan luar kota Saigon. Perjalanannya sekitar 1 jam dari Saigon. Semakin dekat ke sana, jalan yang kita lalui makin sempit. Walaupun daerah pedalaman dengan jalan kecil, tapi jalannya bener-bener bagus dan tidak banyak lubang. Saat kita mulai masuk ke daerah Chu Chi, terlihat hutan-hutan karet dan perkebunan anggrek mendominasi.



Saat sampai di Chu Chi Tunnel, kita melihat banyak sekali orang datang untuk berkunjung dari berbagai tour. Tiket masuk sudah ditanggung oleh tour. Kha, tour guide kami, langsung mengajak kami berdua masuk ke dalam tunnel buatan (ini bukan yang asli, kan?) untuk minta stiker yang dipasang di baju.



Kemudian, di ujung lorong, kami mulai melihat beberapa rumah beratapkan daun dan banyak orang berseragam khas Viet Cong di depannya. Seragam khasnya, baju gelap, scarf kotak-kotak hitam putih, dan topi caping.

Wuih, sserius nihh?



Kita disuruh duduk dulu dalam pondok besar beratap rumbia dan dari kayu. Menurut Kha, kita akan menonton film dokumenter tentang Chu Chi Tunnel. Film ala bioskop tahun 60-an itu diputar sekitar 30 menit. Lengkapnya tentang bagaimana Chu Chi Tunnel dibuat, peran Chu Chi Tunnel dalam perang dan life style dalam terowongan besar itu. Chu Chi Tunnel ini ternyata panjang sekali, hampir 200 km. Terowongan itu jadi sarana transportasi dan tempat hidup para tentara VC yang bersembunyi dari tentara US di perbukitan Chu Chi sampai ke arah Saigon sana. Di dalam Tunnel itu ada kamar, dapur, ruang meeting, tempat membuang mayat, tapi please, jangan tanya toilet ya, soalnya tidak ada... jadi kayaknya pesing banget tuh, terowongannya.





Bayangin nggali tunnel segitu panjang cuman pake pacul.



Kalo memasak, biasanya tungku akan mengeluarkan asap. Tapi di dalam tunnel dibuat ruangan khusus penyimpanan asap. Asap tersebut akan dialirkan pada waktu malam hari. Tujuannya supaya tidak terlacak oleh pesawat tentara US. Agar ada aliran udara masuk dalam terowongan, beberapa pipa bambu dipasang untuk memasukkan ventilasi. Tapi letaknya perlu hati-hati, karena anjing pelacak tentara US sering menemukan pipa-pipa udara itu.



Terowongan Chu Chi ini, menjadi tempat hidup tentara Viet Cong. Terowongan dibuat hanya berukuran pas dengan orang Vietnam yang sedang berjalan jongkok. Jika tentara US masuk, mereka akan stuck di dalam, karena mereka terlalu besar dan sulit bergerak di dalam terowongan tersebut. Sebelum mereka sempat keluar dari terowongan, para tentara VC sudah menyerbu mereka dari seluruh arah. Trapped... dan selanjutnya silakan dipikir sendiri.





Setelah film selesai, kita diajak Kha, tour guide pribadi kita, melihat tipe terowongan yang ada.

Kecil banget. Kok bisa muat ya? Kita memang mesti lincah kalo mo masuk terowongan. Itupun ga gampang, karena jalan masuk hanya diberi tanda daun yang berbeda-beda tiap hari. Kabar tempat daun itupun ga sembarangan. Karena bisa aja ada yang jadi mata-mata terus merubah informasi.

Terus, mereka harus ingat posisi trap yang mengerikan itu. Ada beberapa terowongan yang memang dibuat untuk menjebak tentara US, jadi isinya penuh dengan trap mengerikan seperti ini.





Melihatnya saja perutku sudah ngilu-ngilu. Apa rasanya... terinjak satu trap itu?

Kemudian kita melihat beberapa contoh kegiatan tentara VC di dalam terowongan itu. Di dapur mereka membuat rice paper, makanan pokok orang Vietnam. Ada tukang besi mendaur ulang sisa bom dari tentara US untuk membuat jebakan, senjata sederhana dan barang dari besi lainnya.



Ada pembuat sendal dari ban-ban bekas. Pola telapak sendalnya dibuat terbalik dari arah sendal normal. Sehingga kalau berjalan, jejaknya akan terbalik dan tidak bisa terlacak karena pergi ke arah berbeda.



Acara selanjutnya mencoba masuk terowongan. Aku udah gatal-gatal mo nyoba jalan di dalam terowongan itu. Kita disuruh masuk terowongan yang pendek sekitar beberapa ratus meter. Masuknya sih, curam, terus di dalam ternyata mesti jalan menunduk dengan cepat. Sedangkan my hubby cuman bisa jalan jongkok. Di belakang kami sekelompok bule mencoba masuk juga dan berjalan jongkok sambil mengaduh... aduh... piye... Udara di dalam terowongan sangat lembab dan pengap. Aku kepanasan sekali, karena harus tetap jalan jongkok, kekurangan udara, ga boleh stop ato ditinggal tour guide. Btw, aku di belakang pak tour guide, so tanggung jawabku juga kalo sampe ditinggal beliau kita jadi nyasar ke terowongan lain... Hiii...



Sampe di atas, kita udah berkeringat abis-abisan... puanas banget... Ga kebayang dah, jadi tentara VC yang harus berkeliaran lincah di dalam terowongan. Aku salut ma mereka. Sedang aku baru beberapa ratus meter aja udah kolaps gini.

Ternyata tempat paling menarik ada di bagian akhir perjalanan kita di Chu Chi. Ada penyewaan senjata-senjata yang dipakai selama perang Vietnam. My hubby sudah lama ngidam mo coba nembak pake AK 47 buatan Rusia yang legendaris itu. "Killing machine" ini memiliki kelebihan dibanding M-16 yang dipakai tentara US. Tahan air, jadi dipakai oleh VC agar bisa langsung menyergap pasukan US begitu keluar dari dalam sungai atau lumpur sawah. Banyak pintu terowongan dibuat di bawah muka air tepi sungai.

Karena super serem denger suara letusan, aku ikhlaskan aja hubby pergi mencoba AK 47nya.



Aku tinggal dekat dapur rice paper, sambil ngeliatin mbak-mbak itu yang membuat kepanasan dekat api. Cepet banget aksinya membuat rice paper, ga gampang. Paper rice dibuat dari beras yang ditumbuk dan diberi air terus di masak seperti dadar. Kemudian paper tadi dijemur sampe kering. Kalo mo makan, tinggal dibasahin air dikit dan diberi isian ikan goreng dan sayuran.



Tak lama, terdengar letusan AK 47 yang wuahh.... dor ... dor... serasa lagi di tempat perang aja. Aku berharap Kha sempet motoin hubby dengan senjata idamannya itu. Berani banget sih! Tapi... konon kabarnya, tidak ada satupun target yang kena, hihihi. Dasar sipil, (baca: Teknik Sipil), bukan militer.

Kita juga disuguhi makanan yang jadi makanan sehari-hari mereka juga saat perang. Looks familiar ni. Lha itu kan, singkong rebus pake gula jawa yang disisir... hehehe...



Final trip, cuman jalan liat-liat beberapa bekas lubang bom, tank US,



juga replika tentara VC dengan hammock nya, bekas-bekas bom tentara US. Gigih sekali tentara VC ini, ya. Buktinya mereka bisa berperang lewat terowongan sekecil itu bertahun-tahun. So unbelievable!




Akhirnya kita heading to Saigon dalam Camry super nyaman itu. Tau-tau kita ketiduran, dan sampe di Saigon, ternyata baru kusadari kalo tour guide kita ketiduran juga, pake ngorok dikit lagi… hihihi..

Berakhirlah tour 4 jam kami yang ekslusif itu, dan trip to Chu Chi Tunnel jadi tinggal kenangan.

Perth,
Chu Chi, what a heroic struggle...