Friday, May 8, 2009

Frenvy


Frenvy or Friend envy… jenis jealous antar wanita yang benar-benar mengganggu persahabatan/hubungan saudara. Kalo ‘frenvy’ bisa dikendalikan, jadilah ia pemicu semangat positif bagi kita untuk mencapai cita-cita tanpa menyabotase hubungan. Tapi kalau tidak bisa dikendalikan dalam jiwa. Ini, nih, baru perlu disehatkan.

Frenvy sering terjadi walaupun mungkin kita benar-benar ikut senang pada kebahagiaan teman. Kenapa? Pertama, karena kita punya kecenderungan untuk sempurna, jadi kadang-kadang kita malah mengukur kesuksesan kita dari sudut keberhasilan orang lain. Kita jadi kehilangan arah dan lupa dengan tujuan-tujuan hidup kita, kesuksesan pribadi kita dan mensyukuri apa yang kita punya.

Kedua, perasaan seperti itu terjadi karena merasa kurang berhasil. Perasaan ini sering timbul saat kita sedang merasa kurang bahagia, semuanya tidak berjalan seperti yang kita inginkan, atau kita sedang berada pada saat-saat sulit dalam hidup kita. Hidup ini sering up-side-down. Saat kita dalam posisi up, adakalanya kita bisa menerima kesuksesan teman/saudara, tapi kalo kita sedang down, yaa, semua terasa sensitif. Tapi, kalo kita di posisi up, rasa frenvy ternyata bisa dikendalikan, toh, kita sedang sama-sama sukses.

Saat sedang frenvy, kita suka lupa untuk berpikir sejenak dalam ’big picture’... sebenarnya ’apa yang terjadi sampai teman/saudara sukses seperti itu?”

Kan tidak ada semua orang mendadak sukses begitu saja, pasti ada kerja keras di belakangnya. Jika lihat saudara punya kulkas baru, mungkin saja dia bisa membeli karena telah hidup hemat dan menabung bertahun-tahun lamanya. Jika teman punya pekerjaan bagus? Mungkin aja waktu kuliah dia rajin belajar dan sibuk mempersiapkan masa depan. Well, karena kita cenderung punya persepsi selektif, maksudnya kita pilih-pilih sendiri persepsi kita tentang sesuatu, makanya kita merasa semua mudah untuk orang lain, bukan untuk kita.

Tanda-tanda teman sedang ’frenvy’ ke kita:
a)Kita jadi ga enak kalo share berita bagus ke teman/saudara. Mereka mungkin merespon positif, tapi kok ujung-ujungnya sering ditambahin komentar tidak enak.
b)Saat kamu share berita bagus ke teman/saudara dan meratiin kalo dia tidak bilang apa-apa waktu kamu cerita hal-hal menarik dalam kehidupan kamu
c)Kamu berusaha supportive dan menolong teman, tapi dia malah menginterpretasikan apa yang kamu bilang atau lakukan sebagai hal yang arogan, ikut campur atau sok tau.

Kalo kitanya yang frenvy?
a)Kita sering diam-diam menginginkan hal buruk terjadi pada teman karena kamu ga tahan dengar good news dari dia. Terus abis itu kamu feeling guilty.
b)Kamu pikir temanmu ’berhutang sesuatu’ ke kamu, karena hidup kita sepertinya sulit dan hidup dia selalu smooth.
c)Kadang kita malah jadi menutup diri, malas enjoying our life, lakukan hal positif dalam hidup seperti berubah.

Berat, kan, frenvy ini? So sisters, sebagai wanita, kita sering mengungkapkan kebahagiaan kita tapi dalam hati sebenarnya iri. Kalo terkena wabah ’frenvy’, coba deh gunakan hal berikut untuk menyadarkan diri, terus mulai mengatasi monster itu.

Pikirkan kalau, ”mungkin teman layak mendapatkannya... atau saudara kita lebih membutuhkan hal itu daripada kita...”

Pasti deh, hati lebih tenang. Terus, cari hal-hal yang bisa bikin kamu sukses juga, ga usah ikut-ikutan teman/saudara kalau kita memang ga cocok. Cari bidang-bidang di mana kita bisa berkiprah dengan sukses daripada cuman bisa jealous, ga produktif dan nakutin teman/saudara dengan frenvy kita. Kan kita ga harus sama... yang penting kita membantu umat...

Coba tiru sikap para lelaki dalam menghadapi frenvy. Kalo ada teman atau saudaranya sukses, mereka akan bilang, ”gimana caranya biar kita bisa dapat juga?” atau langsung aja seperti ini kalo ga tertarik, ”hmm... who cares? Aku ga tertarik”. That’s it!

Perth,
a green eyed monster called ’frenvy’... stay away from me!

disummary dan modifikasi dari artikel 'a green eyed monster', STM May 3, 2009